Iqbal

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Butir 40. Beku

Butir 40

Baton Firapu menghantam apa yang seharusnya adalah kepala monster api biru itu. Tidak seperti sebelumnya, kali ini listriknya sama sekali tidak berpengaruh. Serangannya hanya berefek kinetik, dan monster itu terjengkang.

Ehrgeiz tidak ikut menyerang. Tongkat Ilnoir dalam mode bertahan. Sebisa mungkin dia mempertahankan aura anti api yang menyelubungi teman satu timnya.

Khuma’I merampingkan perisainya dan mengeluarkan gagang sehingga menjadi seperti sebuah pedang besar yang dia genggam dengan dua tangan. Menangkis dan menyerang.

Seperti monster api sebelumnya, yang inipun menyerang dengan bola api selain dengan serangan fisik langsung. Namun ditambah satu beam laser berwarna biru.

Firapu dan yang lain sinar itu tidak bisa ditangkis, jadi mereka setengah mati menghindar. Pertarungan berlangsung dengan a lot.

Sementara Pak Sabdan tidak ikut dalam pertarungan langsung. Dia mengambil jarak dan mengamati.

“Baiklah!” Tiba-tiba pak Sabdan berseru. “Firapu! Ubah scythe-mu jadi bentuk tombak, lalu ubah juga elemennya jadi besi!”

“Tapi listriknya!?”

“Aku tahu! Lemparkan tombak itu ke arah monster api dengan sekencang mungkin sehingga menancap. Lalu, Ehrgeiz! Hantam gagang tombak yang tertancap itu dengan auru beku Illnoir!”

“Ah! Kami mengeti!” Khuma’I berteriak, lalu mundur. Mengubah pedang besarnya kembali menjadi perisai baja. Berusaha menarik perhatian monster dan menangkis semua serangannya, sehingga memberi kesempatan Firapu untuk mundur sejenak.

Tombak besi di tangan Firapu meluncur dengan kecepatan dan keakuratan maksimal. Bunyi tertancap yang memuaskan terdengar dan Khuma’I melompat mundur. Memberi ruang Ehrgeiz dan Ilnoir menunaikan tugas finalnya.

“Klang!” Ujung tumpul Ilnoir menghantam gagang besi Scythe dan seketiak tombak itu membeku. Monster itu meraung tersiksa. Namun raungan itu hilang secepat munculnya, saat seluruh tubuhnya ikut mengkristal dalam es.

Firapu, Khuma’I dan Pak Sabdan tak membuang kesempatan. Ujung baton, sudut tajam perisai, dan tongkat Pak Sabdan menghancur patung es itu hingga lebur dan berserak.

“Fuuuh! Itu tadi mengerikan.”

“Ya..” Khuma’I terengah.

“Tapi kita menyelesaikannya dengan baik.” Ilnoir kembali ke moda bertahan.

“Sepakat. Kita tim yang hebat.”

Yang lainnya mengangguk.

.

Akhirnya mereka tiba di barak keempat yang masih seramai biasanya. Waktu itu pas bertepatan dengan jam makan malam, Squad penjelajah segera menuju ke kantin.

Setelah mengambil makan dan minum, Pak Sabdan bergabung dengan meja para petugas barak keempat. Sementara Firapu, Khuma’I dan Ehrgeiz mencari meja lain.

“Lihat. Kita kesana saja.”

“Ya, di sana sepertinya lumayan sepi.” Mereka mulai berjalan ke meja itu.

“Lagipula disana sudah ada Kagiri menunggu.” Ujar Ehrgeiz ringan.

“Oh iya, itu Kagiri kan ya.”

“Hahaha…”

.

.

.

“KAGIRI????!” Ketiganya berujar kencang hampir serentak.

“Hai Kawan-kawan.” Kagiri tersenyum seolah tanpa dosa.

.

69

69
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren.Salam literasi

28 May
Balas

Makasih

29 May

Mantap

28 May
Balas

Makasih

29 May

Mantap pak/

28 May
Balas

Makasih bu

29 May

Makasih bu

29 May

Apa tu..kayak gime

28 May
Balas

Iya. Terinspirasi dari mobile legend

29 May



search

New Post