Mungkin kalo ada yang baca baik-baik postingan-postingan saya, bakal ada yang sadar. Saya mulai lupa nama-nama tokoh dari novel yang sedang saya susun. (Yang itu loh, yang pake butir-butir). Dan ini kecelakaan yang sepertinya fatal, bahkan untuk penulis yang baru mencoba menulis novel seperti saya.

Bukan hanya namanya, bahkan pembawaan karakternya juga saya mulai kurang paham (haha). Ini membuktikan betul bahwa saya harus banyak belajar. Dan bukan hanya belajar, latihan. Dan bukan hanya latihan, kerja. Saya harus kerja lebih keras untuk naskah novel ini. Saya harus membuka kembali dari awal cerita. Mengecek semua nama dan latar. Karakter dan alur cerita.

Itu rasanya akan sangat melelahkan. Bukan untuk fisik, sih. Tapi untuk mental saya. Membaca ulang tulisan kita selalu bukan pengalaman paling menyenangkan, bahkan bisa menyakitkan. Sering ada kesalahan masa lalu yang diri hari ini temukan tak bisa dimaafkan. Sering ada kekeliruan di awal masa yang membuat kita pusing tujuh keliling. Tapi itulah gunanya edit. Itulah yang bisa membedakan kualitas satu tulisan dan tulisan lainnya, sepertinya.

Tidak ada itu, yang namanya tulisan sempurna, pasti. Tapi usaha menuju itu tetap harus dilakukan. Edit salah satu jalan. Bisa saja saya tulis plek sampai jadi satu naskah, lalu menyerahkan pada editor penerbit untuk mengurus semuanya. Bisa sekali. Dan tidak ada salahnya kalau ada yang mau begitu. Tapi keegoisan saya mau cerita ini betul ada di bawah kekuasaan saya. Setidaknya dalam arah dan alur yang saya ketahui, sadari, pahami.

Jadi mungkin saya harus belajar dulu cara-cara mengedit tulisan. Lalu mencari dan bereksperimen sampai menemukan yang sesuai dengan karakter dan ritme kepenulisan saya. Kalau bisa dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. (Panas juga liat teman-teman angkatan yang udah setor naskah. Makasih loh motivasinya, hehe).

Maaf Ya, Firapu dan kawan-kawan (nama karakter di rancangan novel saya). Sepertinya petualangan kalian harus sedikit ditunda. Atau tidak. Kita lihat saja nanti.

65