Ukhuwah (1)
"Rena, kamu baik-baik saja kan?" tanya seseorang sembari menepuk lembut pudaknya.
"Naira, kamu selalu saja mengagetkanku.." balasnya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Rena dan Naira merupakan dua sejoli yang di pertemukan oleh Allah untuk saling melengkapi sebuah ukhuwah yang masih terbilang rumpang.
Ukhuwah yang terbina diantara keduanya sangatlah erat bahkan bisa melebihi kedekatan saudara yang terlahir dari rahim yang sama.
"Ren, kamu kenapa, ayoklah berbagi duka denganku, apapun itu, kita bukanlah seseorang yang asing lagi, bahkan pertemuan kita bukan berawal dari subuh pagi tadi, namun bahkan sudah terbilang dari beberapa tahun yang lalu, apakah mungkin waktu yang terbilang lama tersebut tidak cukup meyakinkanmu untuk mempercayaiku sebagai saudarimu sendiri?"
Airmata yang telah ia tahan bahkan sudah layaknya gelombang tsunami yang hendak menerjang tepian pantai akhirnya bercucuran membasahi lautan pipinya.
Naira yang menyaksikan kepiluan yang tengah berada di depan pelupuk matanya itu, bersusah payah menahan kelajuan airmata yang ikut memenuhi pelupuk matanya akhirnya tumpah sudah.
Sembari sesegukan Rena mulai mengurai keluh kesahnya yang tengah ia rasakan.
"Naira, aku ingin lebih baik lagi, lebih dekat dengan-Nya lagi, aku lelah dengan kehidupan yang sulit untuk di mengerti, seolah-olah setiap jejakan langkah yang ku ayunkan ini hanya berpicu kepada kesia-siannya saja"
"Naira, aku iri denganmu, kita yang selalu berusaha untuk lebih baik setiap saat tetapi kenapa kehampaan selalu menyelimuti hariku,apakah kadar imanku tak sekokoh dirimu?"
"hiks..hiks..." Tangisan Rena kembali pecah bahkan melebihi aura sebelumnya.
Mendengarkan hal itu mengakibatkan sesak yang begitu hebat tengah terjadi, seolah-olah mengguncang bumi tempat Naira berpijak, sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benaknya akan mencuat begitu saja dari mulut sahabatnya.
Akankah ia hanya peduli dengan dirinya saja hingga berkesan mengabaikan kepedihan hati sahabatnya.
Naira mencoba membela dirinya dan meluruskan kelokan pemahaman yang tengah terjadi di antara mereka.
"Aku tak sebaik yang kamu kira, masih sangat tertatih dalam meniti jembatan iman, maafkan aku jika masih terkesan egois hingga alfa dalam menggenggam tanganmu."
"Maafkan aku, mari saling mengingatkan dalam berpijak dalam kebaikan, karna aku ingin bertemu denganmu cukup dua kali saja, pertama di duniaNya dan kedua di JannahNya."
Setelah melepaskan aura kepiluan dari hati yang mulai gersang kedua sejoli tersebut berpelukan, mencoba mengikhlaskan apapun yang telah terjadi dan berazzam untuk mencoba membuka lembaran baru dengan kadar iman yang lebih tinggi lagi.
Hingga pada akhirnya pelukan hangat kedua sahabat tersebut mengokohkan ukhuwah yang tengah sama-sama berjuang dalam meniti jembatan keimanan dan berharap ridhoNya akan selalu menaungi ukhuwah di antara mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar