#Tantangan30HariMenulis

#Tagur21

Di suatu hutan antah berantah, hiduplah seekor Kancil dan Monyet. Mereka hidup damai dan rukun. Meski Kancil dan Monyet saling usil tapi mereka masih terlihat akur.

Suatu sore Kancil mendatangi Monyet untuk mengajak menanam pohon pisang. Monyet mengangguk dan mengikuti langkah Kancil. Mereka menemukan beberapa rumpun pisang. Ada yang masih tunas, ada yang anak kecil dan ada yang sudah berbuah tapi belum masak.

Kemudian Kancil mengambil anak pisang yang masih kecil. Tapi Monyet malah mengejek. Biar cepat panennya lebih baik mengambil pohon pisang yang udah berbuah usulan Monyet tidak dihiraukan Kancil. Dan kancil tidak memperdulikan ajakan Monyet karena dia tahu yang bagus untuk ditanam itu adalah yang masih anak pisang.

Setelah mendapatkan yang mereka cari, akhirnya mereka serentak menanam di kebun belakang gubuk. Setiap hari mereka membawa air untuk menyiram tanaman masing-masing.

"Kancil, lihat pohon pisangku, udah tumbuh subur dan daun-daunnya sudah mulai tua dan sebentar lagi buahnya akan masak". Ujar Monyet pada Kancil dengan wajah berseri-berseri.

"Pohon pisangku baru tumbuh. Dan daunnya baru beberapa pelepah". Sahut Kancil.

Monyet berkacak pinggang, mengejek Kancil karena tidak mau mengikuti sarannya untuk menanam pisang yang sudah tua. Tapi itu tidak mematahkan semangat Kancil. Setiap hari dia selalu menyiram dan merawatnya dengan telaten.

Pada suatu hari di depan pohon pisang masing-masing. Monyet teriak kegirangan sambil melompat-lompat.

"Hore.... satu tandan buah pisangku sudah menguning dan sebentar lagi akan masak." sambil melirik ke arah Kancil.

Kancil sedih, karena pisangnya baru berbuah. Mungkin akan lama baru bisa panen. Tapi tidak menyurutkan langkahnya untuk terus merawat dengan sepenuh hati.

Beberapa minggu kemudian, di suatu pagi Kancil melihat Monyet menangis, meratapi pohon pisang yang buahnya layu pertanda akan mati. Sementara pohon pisang Si Kancil sudah siap panen dengan buah yang sudah menguning. Kancil mencoba membujuk Monyet untuk tidak menangis lagi. Dan berjanji akan berbagi kalau nanti buah pisangnya sudah panen.

Keesokan harinya karena Kancil tidak pandai memanjat maka Monyet mengusul untuk memetikkan buah pisang Si Kancil. Tapi Kancil merasa khawatir karena Monyet itu akalnya sering bulus. Jangan-jangan nanti semua buah pisangnya habis dimakan.

Kemudian Kancil mencari akal, mengambil kerancang yang sudah dia bolongi bawahnya. Dan mempersilahkan Monyet memanjat untuk memetik buah pisang yang ditanamnya. Benar saja dugaan Kancil kalau Monyet memakan buah pisangnya terlebih dahulu.

"Nyet, jangan dihabiskan. Masukkan kekeranjang nanti kita bagi dua ,"kata Kancil penuh harap.

"Iya-iya", sahut Monyet dengan kesal.

Kemudian merasa sudah memetik semua buah pisang dan memasukkan ke dalam keranjang, Monyet akhirnya melompat ke pohon mangga yang ada di sebelah pohon pisang dan melambaikan tangan ke arah Kancil. Sepertinya Monyet akan kabur dengan sekeranjang buah pisang sambil melempar senyum manisnya pada Kancil. Benar saja dalam hitungan detik Monyet telah menghilang dengan keranjang di pundaknya.

Tapi sayang Monyet yang buruk laku akhirnya tidak mendapatkan apa-apa karena Kancil sudah mendapatkan buah pisang yang di tanam dari hasil jerih payahnya. Beruntung Kancil yang cerdik karena telah melubangi keranjang. Sehingga buah pisang yang masak jatuh dan berhasil dinikmatinya. Hasil dari ketelatenan Si Kancil merawat dan menjaga selama ini.

Tamat

Pekanbaru, 19-01-2021