Irfai M h

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

I am stupid

Siang hari yang menyebalkan, tahun 2013.

Dengan alasan untuk menyeragamkan kemampuan guru dalam membaca Al-Quran, lembaga tempat saya bekerja mewajibkan semua guru untuk mengikuti pembinaan cara membaca Al-Quran. Semua guru akan dilatih secara privat, one by one, tentang cara baca Quran yang sesuai dengan makhraj dan ilmu tajwid. Program ini diberlakukan untuk semua karyawan dan guru yang bekerja di lembaga tersebut. Bukan cuma guru PAI saja, tapi semua guru mapel, wali kelas, guru ABK, dan staf TU, harus mengikuti program ini.

Waktu itu saya sempet jengkel dengan ketentuan tersebut. Soalnya, saya mengajar untuk anak berkebutuhan khusus (autis, MR, ADHD, Down syndrom), yang notabene memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Anak ABK tidak memerlukan kemampuan membaca Quran seperti anak-anak lain pada umumnya. Mereka, ABK, memiliki banyak hambatan dalam belajar. Jangankan untuk membaca Quran sesuai dengan makhraj yang benar, untuk berkomunikasi sehari-hari saja, kebanyakan mereka tidak mampu berbicara.

Apakah ini hukum karma? Mungkin saya pernah meremehkan anak yang slow learner, atau berkemampuan rendah? Ini sepertinya pembalasan. Saya diberi kesempatan untuk merasakan pada posisi sebagai orang yang berkemampuan rendah. Rasanya tidak nyaman bangeeet...

Identitas

Berkaitan dengan program membaca Al-Quran tersebut, saya menanyakan identitas kepada diri sendiri. Siapakah saya? Saya adalah orang yang tidak bisa membaca Al-Quran dengan makhraj dan tajwid yang benar. Dengan kata lain, dalam hal kemampuan membaca Quran, saya ini bodoh, I am stupid.

Kepercayaan (belief)

Saya percaya bahwa saya tidak mengetahui makhraj dan ilmu tajwid, baik secara teoritis maupun sebagai sebuah keterampilan. Selama ini saya memang tidak pernah mempelajarinya secara formal maupun informal. Saya belajar membaca Al-Quran seadanya. belajar dari guru ngaji di mesjid pedesaan, yang tidak pernah diuji kemampuannya dalam ilmu makhraj maupun ilmu tajwid. Jadi saya yakin, saya ini tidak menguasai makhraj dan ilmu tajwid. Saya percaya bahwa saya tidak dapat membaca Al-Quran dengan benar.

Kemampuan

Sebelum memulai kegiatan inti, berupa program pembinaan rutin cara membaca Al-Quran, semua guru harus mengikuti pre test. Setiap orang harus membaca beberapa ayat AlQuran di depan penguji secara bergantian. Jenis tes yang digunakan bukan bentuk tes uraian, juga bukan bentuk tes pilihan ganda, melainkan bentuk performance test. Saya ngga PeDe mengikuti tes ini. Dapat anda bayangkan, saya membacanya dengan nada bergetar. Bukan karena kedinginan. Tapi karena saya harus mendemonstrasikan ketidakmampuan saya di depan penguji. hihihi..

Perilaku

Karena saya tahu bahwa saya tidak tahu cara membaca Al-Quran dengan makhraj dan tajwid yang benar, maka saya selalu tidak percaya diri saat membaca AlQuran. Saya merasa tidak nyaman bila ada orang yang sengaja mendengarkan bacaan saya. Jarang saya berani membaca Quran dengan lantang di tengah orang banyak. Saya lebih suka membacanya d itempat tersembunyi. Saya suka membela diri perilaku saya ini dengan mengatakan; kita harus ikhlas dalam membaca Al-Quran. Pelan-pelan saja, karena Allah maha pendengar. Dia pasti mendengarkan ibadah kita, walaupun kita membacanya dalam hati sekalipun.

Lingkungan

Sekolah dan perguruan tinggi tidak pernah mengajarkan kemampuan membaca Quran dengan Makhraj dan ilmu tajwid. Kalaupun mereka merasa sudah mengajarkannya, tetapi saya tidak pernah merasa sudah mempelajarinya. Teman-teman sebaya saya banyak yang tidak bisa membaca Al-Quran. Keluarga saya juga mengajari saya seadanya, asal bisa bunyi menyerupai orang arab, walaupun tidak tahu ilmunya.

Apa yang terjadi dalam diri saya itu dijelaskan oleh Gregory Bateson melalui teori Neuro Logical Level (NLL). Teori itu menjelaskan bahwa proses terbentuknya identitas di dalam diri seseorang, dipengaruhi oleh kepercayan (belief), kemampuan, perilaku, dan lingkungan.

Akhirnya

Siang hari yang menyenangkan, tahun 2015.

Setelah saya mengikuti program, saya harus mengikuti post test. Hasilnya, saya lulus di semua jilid dengan tuntas, sampai jilid ke tujuh. Identitas saya mulai berubah. Saya mulai percaya diri. Kemampuan saya meningkat pesat. Saya tidak perlu sembunyi-sembunyi membaca Al-Quran. Am I stupid?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Pak Irfai. Saya usul bisa nonton film I'm stupid, film singapure.

05 May
Balas

ooo ... yang tiga anak bersahabat itu ya... sy pernah nonton. itu lucu filmnya...

06 May



search

New Post