irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhir Yang Bahagia

Tantangan Menulis Hari Ke-134

Rabu, 22 Juli 2020

#Tantangan Gurusiana

***

Sejauh mata memandang, kutatap hamparan sawah yang luas membentang. tidak dapat kupungkiri, hal ini mampu memberikan ketenangan hati yang sedang gundah memikirkan Mas Riyan yang jauh dirantau orang.

 

“Sudah tiga kali lebaran, kamu tidak ada kabar berita, Mas. Bahkan keluargamu sendiri tidak tahu keberadaanmu. Pupus sudah harapanku untuk mewujudkan janji kita.” kata hatiku.

 

Aku dan Mas Riyan mengikat janji akan tetap menunggunya sampai dia kembali. Papaku tidak menyetujui hubungan kami karena Mas Riyan hanya laki-laki biasa dan hidup sederhana. Tetapi ketulusan hati Mas Riyan membuatku tetap bertahan sampai sekarang. 

 

Sementara Papaku sudah kehabisan cara membujukku untuk mau menikah. Sebagai orang yang mempunyai segalanya, sangat mudah untuk mendapatkan pendamping. Tetapi entah kenapa, aku merasa sudah terlanjur cinta mati, sehingga tidak mudah menerima cinta lain.

 

Perlahan bisikan itu kudengar jelas ditelingaku, “Seruni, aku datang menepati janji kita.”

 

Aku menoleh kebelakang, ternyata Mas Riyanku datang. Kali ini penampilannya sangat berbeda dari biasanya. Aku seakan tidak percaya, penantianku berbuah manis. 

 

“Benar ini kamu, Mas?”

 

“Iya Seruni, Maafkan, Mas.Menyuruhmu menunggu terlalu lama.”

 

Aku hanya mengangguk dan tersenyum, air mata bahagia menggenang tak lagi dapat aku tahan. Mas Riyan yang selama ini aku tunggu telah datang lagi kepelukan. 

 

Kali ini Papa pasti merestui, karena Mas Riyan sekarang sudah mapan. Tetapi cinta yang tertanam dihati, tidak akan pernah berubah. Karna cinta yang aku punya tulus dari hati. Bukan karena harta atau rupa, tetapi kenyamanan yang mendatangkan kebahagiaan. 

 

Tidak terasa, matahari sudah hampir tenggelam, aku pulang kali ini tidak sendiri, melangkah dengan pasti, kali ini aku yakin cinta kami akan direstui oleh papa. Karena setelah kepergian Mas Riyan melihatku tetap bersekukuh mempertahankan pilihanku, papa menyerah. Papa tidak lagi memaksaku untuk menikah dengan yang lain. 

 

Papa menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada Mas Riyan, bukan karena Mas Riyan skarang sudah mapan, tetapi karena murni kesadaran yang datang dari hati, klau apa yang telah papa lakukan itu salah.

 

“Maafkan Bapak, Nak Riyan. Bapak pernah melakukan kesalahan, menentang hubungan kalian dan memandang rendah kamu waktu itu.”

 

“Tidak apa-apa,Pak. Aku mengerti, maksud bapak baik. Terima kasih, karena bapak saya bisa seperti sekarang ini.”

 

“Bapak, Nak Riyan, mama sudah selesai masak, yuk kita makan.” tiba-tiba mama datang.

 

“Tidak usah repot-repot, Bu.” kata Riyan sedikit sungkan.

 

Mama hanya tersenyum. Sedapnya masakan mama membuat nafsu makan Seruni meningkat. Lezatnya membuat Seruni lupa kalau selama tiga tahun belakangan ini perasaannya sangat tertekan. Piringnya bersih seketika bahkan, sisa makanan yang ada ditanganpun dijilatinya sampai bersih. Hal itu tidak luput dari perhatian mamanya.

 

“kamu, Seruni. Jika seperti itu, mama teringat masa kecilmu. Jika senang ya seperti ini. Nafsu makanmu langsung meningkat. Tetapi, mama senang, keceriaanmu telah kembali.” Seruni tersenyum saja menaggapi perkataan mamanya.

 

Karena sudah malam Mas Riyan pun pulang. Sentuhan tangannya membuat dadaku berdebar tidak karuan. Kebahagian ini semakin lengkap, saat Mas Riyan mengatakan kalau dia akan menikahiku bulan ini juga. Kuraba kembali kedua tangannya, kutatap matanya, aku melihat kesungguhan dimata itu. aku takut ini mimpi.

 

“Tampar aku, Mas?”

 

“Kamu aneh, Seruni. Dimana-mana orang mendengar kabar bahagia itu senang, ini malah minta di tampar.”

 

“Iya, Mas. aku Cuma ingin memastikan tamparan itu sakit atau tidak. Kalau sakit, itu artinya aku tidak sedang bermimpi.”

 

“Nggak harus ditampar, nih aku cubit saja.” kata Riyan sambil mencubit punggung tangan Seruni.

 

“Aduh, sakit, Mas.”

 

Walau sedikit sakit, tapi seruni senang karena apa yang dia dengar benar adanya dan sebentar lagi akan menjadi kenyataan. 

 

Semerbak harumnya bunga pagi itu membuat Seruni menghirupnya sesering mungkin. dia bahkan menciumnya berungkali, sebuah ganbaran hati yang bahagia. “Sungguh wangimu selalu mengingatkanku kepada Mas Riyan.”bisik hati Seruni manja. 

 

Penantian akan berbuah manis jika dilandaskan kesabaran dan keikhlasan. Terkadang Allah mendatangkan ujian untuk menilai sampai dimana kesungguhan itu dan sekuat apa perjuangan dalam mempertahankan cinta yang diinginkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post