Aku Hanya Ingin Mencintainya (7)
Tantangan Menulis Hari Ke- 170
Kamis, 27 Agustus 2020
#Tantangangurusiana
***
#Tak Usah Sesali Apa Yang Terjadi
Tidak semua orang bisa berbesar hati untuk sebuah kehilangan. Begitu juga dengan Ridwan, dia tidak pintar melakukannya. Seminggu sudah waktu berlalu, tetapi sulit baginya melupakan Anisa.
Aisyah, tetap fokus dengan pekerjaannya. Mengenai pesan yang telah terucap dan janji yang telah terpatri pada almarhumah Anisa, Aisyah serahkan pada waktu. Jika Allah berkehendak Insya'Allah mereka akan bersatu.
"Anisa, aku tahu takdir itu telah ditetapkan jauh sebelum kita dilahirkan, hanya saja aku belum siap kehilanganmu secepat ini." kata Ridwan menatap mata itu dengan penuh kerinduan.
"Bahagiaku disaat kamu bahagia, Mas. Aku tahu tidak bisa mendampingimu terlalu lama karena ibarat menunggu. Penungguanku telah berakhir." kata Anisa sambil memegang tangan Ridwan.
"Kalau kamu tidak bisa di sini bersamaku, bawa aku ikut serta bersamamu." Ridwan berharap tetap bersama dengan Anisa.
" Mas, kita harus ikhlas, sebagaimana ikhlasku melepasmu bersama Aisyah. Aisyah wanita yang baik. Jangan kecewakan aku, Mas.
"Tetapi Anisa......"
"Tidak ada alasan, Mas. Kamu ingin aku bahagia kan? Kalau begitu ikhlaskan aku pergi. Tata hidupmu. Jangan seperti ini. Aku sedih melihatnya." kata Anisa sambil berlalu.
" Anisa, Anisa jangan pergi!" Ridwan berteriak sekuat mungkin, sehingga ibunya pun mendekatinya.
"Ridwan, sadar nak. Bangun! Kamu mimpi Anisa lagi. Sampai kapan kamu seperti ini nak?" kata Ibu Ridwan sedih melihat kondisi anaknya.
Di saat bersamaan Aisyah Menelepon Ridwan. Karena Ridwan tidak mau mengangkat HPnya, ibu Ridwan pun mengangkatnya. Ibu sengaja berbicara tidak di kamar. Supaya sedikit bebas berbicara dengan Aisyah.
"Aisyah, bersyukur kamu menelpon, Nak. Ibu sudah kehabisan cara dengan sikap Ridwan akhir-akhir ini. Tolong Ibu Aisyah."
"Apa yang bisa Aisyah bantu, Bu. Ridwan sendiri enggan untuk bertemu dengan Aisyah."
"Jangan patah semangat begitu, Nak. Ibu yakin hanya kamu yang mampu mengembalikan Ridwan seperti dulu lagi."
"Iya, Bu. Tetapi caranya bagaimana?"
"Gimana kalau kamu sering main ke sini saja, Aisyah?"
"Bukan tidak mau, Bu. Hanya saja Aisyah senin sampai jum'at bekerja. Nanti Sabtu Aisyah datang kerumah Ibuk, bagaimana?"
"Kelamaan Aisyah. Ibu miris melihat kondisi Ridwan seperti ini. Sebelum semuanya terlambat."
"Baiklah, Bu. Insyaallah besok sore Aisyah datang."
Telepon pun di tutup. Besar tertumpang harapan Ibu Ridwan kepada Aisyah untuk menyembuhkan anaknya. Selain dia dokter, Aisyah dulu pernah ada dihati Ridwan.
Tidak usah menyiksa diri, semua sudah ada yang mengatur. Hidup juga seperti itu. Rezeki, jodoh, perpisahan itu ketetapan Allah. Kita hanya berusaha dan berdoa untuk yang terbaik bagi hidup dan mengenai hasilnya serahkan kepada semesta.
Bersambung...
Agam, 27 Agustus 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makin seru Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terima kasih Bu, atas motivasinya...