irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku Setelah Kepergianmu

Tantangan Menulis Hari Ke- 208

Minggu, 04 Oktober 2020

#Tantangangurusiana

***

Hanya Aku dan Tuhan yang tahu, bagaimana aku setelah kepergianmu. Bahkan dunia tidak tahu bagaimana rasa ini beriak, hati meronta karena apa yang diharapkan tidak sejalan dengan kenyataan. Mereka hanya menerka tanpa bukti nyata dan menghakimi tanpa kenal iba. Sungguh aku terpuruk dalam dilema rasa yang tidak bisa aku pungkiri keberadaannya.

Siang ini aku ditemani oleh Mbak Sri. Panas cukup membuat kering tenggorokan. Mataku tidak berhenti mencari sebuah nama yang ada pada alamat.

"Rani, kok kita tidak menemukan alamat temanmu itu ya, padahal ini sudah mau masuk terminal ini?

"Iya, Mbak. Aku sendiri heran. Kalau aku tidak salah jalannya di sini."

Melihat mereka berdua kebingungan mencari alamat, hal itu tidak luput dari perhatian penumpang yang ada di angkot tersebut.

"Emangnya adek mau cari alamat siapa, boleh kakak lihat kertas yang ada ditanganmu itu?"

Salah satu penumpang,melihat dengan seksama.sambil tersenyum penuh makna. Aku dan Mbak Sri sedikit heran apa yang membuat perempuan itu tersenyum.

"Ya iyalah, adek berdua tidak bertemu alamat ini di sini. Karena jalannya kan sudah beda. Betul di sini Kampung Tempurung, tetapi di alamat ini kan jalan Tempurung yang tertulis."

"Oh, tidak sama ya kak?"

Terus, jalan Tempurung ini dimana lokasinya, Kak?"

"Adek naik saja, oplet berwana biru di terminal itu. Nanti turun saja dekat bioskop yang tidak jauh dari lampu merah. Disana adek tanya nama yang tertera di alamat ini."

Sesaat oplet yang kami tumpangi sudah sampai ke Terminal. Setelah mengucapkan terima kasih, kami berdua memutuskan untuk naik mobil biru sesuai dengan petunjuk. Tetapi belum sampai ke mobil aku melihat Bayu dengan menggandeng seorang perempuan yang sedang hamil tua.

Semula aku ragu kalau itu Bayu, karena yang aku tahu, berpisah dengannya baru sebulan ini. Mungkinkah Bayu telah memiliki istri ketika berpacaran denganku. Aku sempat menyesali, karena mencintai orang yang salah. Bahkan sampai saat ini aku terus memikirkannya.

"Mbak, tunggu sebentar!"

Belum sempat aku mendengar jawaban dari Mbak Sri. Aku sudah keburu hilang dari pandangannya, tentu saja Mbak Sri sedikit heran dan kebingungan melihat sikapku. Tanpa aku sadari Mbak Sri mengikutiku dari belakang.

"Mas Bayu, tunggu!"

Setengah berteriak ku panggil nama itu, tetapi tetap saja tidak menoleh. Aku terus mempercapat langkahku, setelah itu aku pegang bahunya. Spontan dia menghadap kebelakang, ternyata dia bukan Bayu.

"Ada apa, Mbak? Apa kita saling kenal?"

"Maaf, Aku salah orang, aku kira kamu temanku."

Laki-laki itu berlalu, aku melihat tatapan curiga dari istrinya. Hal itu aku rasa wajar, tetapi secepatnya aku balikan badan menuju Mbak Sri. Alangkah terkejutnya aku ternyata Mbak Sri sudah ada di depanku.

"Sampai kapan kamu tidak lagi memandang semua laki laki itu dirinya. Ini bukan sekali ini saja, Rani."

Aku menunduk, tidak terasa airmata menggenang di sudut mataku. Wajar aku belum bisa move on, dia pergi tanpa alasan. Aku kehilangan dan sampai saat ini tidak bisa terima kenyataan. Apa yang membuatnya sampai harus meninggalkanku.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang keren Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

04 Oct
Balas

Terima kasih bunda. Doa yang sama untuk bunda juga ya....

04 Oct



search

New Post