Cerminan Kehidupan
Tantangan Menulis Hari Ke- 202
Senin, 28 September 2020
#Tantangangurusiana
***
"Yang dibutuhkan dalam hidup bukanlah orang yang hebat tetapi tidak pernah mengerti." kata Sundari pada Lisa.
"Tetapi yang hebat dan mengerti itu pasti ada dong?" kata Lisa tak mau kalah.
"Ada, Lisa. Tetapi dalam seribu mungkin ada satu. Ibarat mencari jarum ditumpukan jerami, sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan." kata Sundari penuh semangat."
"Segitunya, jangan jadikan kegagalan yang kamu alami membuat kamu berpikiran seperti itu. Lagian tidak semua laki-laki begitu Sundari." kata Lisa.
Lisa paham bahkan sangat paham, kenapa Sundari berkata seperti itu. Dua kali pernah gagal dalam mengarungi mahligai rumah tangga bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak tahu dimana salahnya, kedua mantan suaminya pergi meninggalkankan dirinya demi wanita lain.
Tetapi tidak ada salahnya Sundari intropeksi diri daripada menyalahkan orang lain dan beranggapan kalau laki-laki itu semuanya sama. Kejadian apapun itu pasti ada sebabnya. Tidak mungkin terjadi begitu saja.
"Sundari, jangan marah ya? Jika apa yang aku katakan ini, bisa saja menyakiti hatimu. Tetapi sebagai teman tidak ada salahnya aku mengingatkan sesuatu yang lupa. Mengingatkanmu dari kesalahan dalam bersikap. Semua ini aku lakukan semata aku sayang kepadamu." kata Lisa menatap Sundari.
"Kok jadi serius begini, Lisa? Aku jadi deg-degan nih." kata Lisa memegang dadanya.
"Mau mendengarkan atau tidak nih, masukan dari Aku." kata Lisa.
"Oke deh, Lis. Silahkan, apa yang ingin kamu katakan kepadaku." kata Sundari memperbaiki duduknya.
Lisa menyadari, mehakimi seseorang bukanlah jalan keluar yang baik. Bisa jadi apa yang dia katakan akan jadi masalah baru karena Sundari salah dalam menafsirkan kata-katanya.
"Sundari, sebagai seorang istri kita harus menyadari, apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai. Semua terjadi adalah cerminan tingkah laku dan perbuatan yang telah kita lakukan. Kita tanam kebaikan, maka kebaikan yang akan mengiringi perjalanan hidup kita dan begitu juga sebaliknya." Lisa sengaja menghentikan katanya. Membiarkan Sundari mencerna sendiri apa maksud perkataannya itu.
Tiga menit kami saling diam, tanpa berkata apapun juga. Berharap Sundari paham kemana arah Perkataan sahabatnya Lisa.
"Maksudmu, aku tidak cukup baik dalam bersikap?" kata Sundari.
"Ya, tentang semua itu kamu yang lebih tahu, Sundari. Sekarang tidak usah kamu jawab. Kamu renungkan apa maksud perkataanku itu. Karena sudah hampir magrib sebaiknya kita pulang." kata Lisa.
Kemudian mereka menuju rumah masing-masing. Jarak rumah mereka hanya dibatasi beberapa rumah saja. Kapanpun mereka ingin bertemu itu bukanlah sesuatu yang sulit.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang sangat bermanfaat
Terima kasih bunda
Cerpen keren Bu Irfa. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.
Terima kasih, Pak. Sukses untuk bapak juga
Luar biasa. Salam sukses dan salam Literasi
Terima kasih, pak. Sukses untuk bapak juga. Salam literasi.