irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Goresan Luka

Goresan Luka

Terkadang kita pintar untuk menilai orang lain tetapi kita lupa mencari pembenaran dari apa yang kita nilai.

Apa yang terlihat oleh mata, jangan terlalu cepat disimpulkan, karena bisa saja pandangan mata itu berbeda, pemiikiran juga berbeda sehingga melahirkan kesimpulan yang berbeda pula.

Cara seseorang menyimpulkan sangat dipengaruhi oleh pembiasaan cara berpikirnya. Jika seseorang itu suka berpikiran positif, sudah pasti tidak mudah mehakimi sebelum tahu kebenarannya.

Lain hal nya dengan seseorang yang berpikiran negatif, benarpun, terkadang salah dimatanya.

Kecewa itu pasti, karena kata yang terlontar sempat meninggalkan goresan dihati.

Sesuatu yang tujuannya baik seharusnya dilakukan dengan cara yang baik.

Menuduh itu berbeda dengan mengingatkan.

Mehakimi itu berbeda dengan menunjukan kepedulian.

Bukan tidak senang diperhatikan. Tetapi pakailah etika sehingga perhatian itu merupakan wujud sebuah kepedulian, bukan wujud dari sebuah rasa kebencian sehingga menciptakan jarak yang seharusnya tidak perlu tercipta.

Bagaimanapun besar usaha untuk ikhlas, tetap saja goresan itu terasa. Lidah memang tajam bahkan mengalahkan tajamnya pedang. Luka di luar seiring waktu bisa untuk disembuhkan tetapi luka di dalam hati akan sangat sulit untuk dilupakan, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan selalu teringat sepanjang nafas melekat di badan.

Kenapa harus sesedih dan seserius itu dalam menanggapi? Sebagian orang bisa saja melontarkan pertanyaan itu. Anggap saja angin lalu. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Sebenarnya sangat ingin melakukan sesuai dengan tanggapan sebagian mereka, tanpa harus larut dalam merasakan setiap goresan luka yang sesekali menganga sehingga goresan itu sangat sakit terasa. Tetapi tetap saja tidak bisa, aku merasa paling pintar mengolah goresan luka menjadi air mata.

Sudahlah, anggap saja cara penyampaiannya yang salah, atau memang penyampaiannya memang seperti itu adanya. Tahukah dirimu wahai hati, itulah yang aku lakukan sekarang. Mencoba untuk memahami dan mengerti, berusaha dan berjuang keras untuk itu, tetapi tetap saja goresan itu sesekali hadir dan sakitnya kembali terasa, jika mengingat kata yang terucap. Begitu sulitkah berdamai dengan ucapan yang telah menggoreskan luka?

Hal ini memberikan pelajaran bagi diri, jika berkata jangan asal bicara, bisa jadi canda mendatangkan luka dan sulit untuk disembuhkan, seperti yang aku alami sekarang. Karena sejatinya, jika aku merasakan sakit, sudah pasti bagi orang lain akan merasakan hal yang sama. Semoga setiap yang terjadi bisa mendatangkan hikmah bagi diri.

#Tantangan Gurusiana- 1

Bawan, 24 Mei 2021
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

24 May
Balas

Terima kasih bunda

24 May



search

New Post