Hidup Mirna Tidak Seindah Yang Dibayangkan (3)
Tantangan Menulis Hari Ke- 158
Sabtu, 15 Agustus 2020
#Tantangangurusiana
***
Semenjak bisnisnya mengalami kebangkrutan, Yusuf menjadi pribadi yang pemarah. Mirna yang sedang hamil muda tidak mampu untuk menghindari sikap kasar suaminya.muka, tangan dan badannya lebam karena pelampiasan emosi suaminya.
Yusuf tidak pernah lagi memberikan nafkah kepada Mirna. Sehingga iya pun pergi mengunjungi ibunya dan meminjam uang untuk keperluan rumah tangganya.
"Ayah dulu pernah mengingatkan suamimu, jangan tanamkan modal sama Si Budi itu, tetapi suamimu tidak mendengarkan." kata ayah kepada anaknya Mirna.
"Iya, Ayah. Pada saat ayah mengatakan semua itu Bang Yusuf telah terlanjur memberikan semua uangnya sama Budi."
kata Mirna.
"Tidak ada yang perlu disesalkan, semua itu sudah menjadi bagian takdir yang harus dijalani." Ucap Ibu bijak.
Bagi orang tua Mirna, ingin anaknya bahagia. Semenjak Yusuf tidak pernah lagi memberikan uang kepada Mirna. Ibu Mirna selalu mengirimkan uang tanpa di minta oleh Mirna. Bahkan Mirna sudah melarang ibunya, tetapi Ibu Mirna selalu saja mengirimkannya. Sebagai anak semata wayang ibunya hanya ingin Mirna bahagia.
Di saat Yusuf tahu akan hal itu, dia sangat marah sama Mirna. Mirna di tampar, di pukul bahkan di tendang. Karena emosinya dia tidak memikirkan janin yang ada dalam perut Mirna. Semua badannya biru. Sungguh Mirna sangat tersiksa dan menderita atas apa yang telah dilakukan Yusuf terhadap dirinya.
"Maafkan Mirna, Bang. Mirna tidak pernah meminta uang sama Ibu. Ibu sendiri yang mengirimkan uang itu ke Mirna." rintih Mirna sambil meringis menahan sakit.
"Jika abang tahu, kamu menerima uang dari ibu kamu, maka kamu akan menyesal." kata Yusuf Geram sambil menarik ranbut Mirna.
Semenjak kejadian itu Mirna tidak pernah lagi menerima uang pemberian ibunya. Jika ibunya memberinya uang selalu di tolak oleh Mirna dan dikembalikan lagi. Dan mengatakan kepada ibunya kalau uang pemberian Bang Yusuf sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Kebanyakan wanita hamil selalu mengkonsumsi gizi yang cukup untuk calon anak mereka supaya tetap sehat dan berkembang dengan baik, tetapi hal itu tidak berlaku untuk Mirna. Mirna sering kelaparan. Hal itu selalu di tahannya. Bahkan tidak pernah mengadu sedikitpun pada orang tuanya.
Tidak ada satu haripun yang di lalui tanpa siksaan dari suaminya. Sampai kandungannya membesarpun Yusuf tetap saja melakukan hal yang sama. Karena kebangkrutan dirinya disebabkan oleh istrinya Mirna. Mirna pembawa sial bagi hidupnya. Sehingga rasa sayang yang dulu itu telah berganti dengan kebencian.
Pernah suatu ketika Ibu dan Risa adik Yusuf datang bertamu ke rumah Mirna. Sudah lama Ibu Yusuf tidak melihat menantunya. Ada rasa rindu terhadap anak, menantu dan calon bayi yang ada di perut Mirna. Tetapi alangkah terkejutnya Ibu dan adik Yusuf melihat luka lebam di sekujur tubuh dan muka Mirna. Setelah di desak akhirnya Mirna menceritakan semua yang dia alami.
"Kurang ajar sekali bang Yusuf, Bu. Memperlakukan Mirna seperti ini. Apakah dia lupa, dia dulu yang mengejar- ngejar Mirna sehingga Mirna demi bang Yusuf rela menerima dan belajar mencintai sehingga mau menjadi istri Bang Yusuf." kata Risa adik Yusuf Geram.
"Ibu tidak pernah menyangka Yusuf setega ini kepadamu, Nak." kata ibu sambil membelai rambut menantunya. Mirna bersandar ke bahu Ibu Yusuf dan air mata mengalir deras. Karena selama ini berusaha memendam. Walau sakit itu masih terasa tetapi setidaknya ada sedikit berkurang.
"Ibu, itu abang pulang. Aku akan bilang sama Abang. Apa sih maunya! Kalau memang tidak suka, kembalikan Kak Mirna ke orang tuanya jangan siksa begini anak orang, kasihan." kata Risa menyusul abangnya ke depan teras, tetapi tangannya di tahan oleh Mirna.
"Jangan Risa, kakak tidak ingin ada keributan antara kalian. Insya'Allah kakak masih kuat dengan semua ini." ucap Mirna Lirih air matanya kembali mengalir deras.
Tidak pernah Mirna menyangka kalau hidupnya bagaikan di neraka. Tidak pernah lagi ada kelembutan dan kasih sayang dia dapatkan dari suaminya. Tetapi doa terus saja tidak berhenti mengalir dari bibirnya. Semoga suatu nanti suaminya berubah dan kembali menyayanginya.
"Abang, apa yang abang lakukan sama kakak Mirna. Kasihanilah bang, kakak sedang hamil begitu. masih kakak siksa juga " kata Risa kepada Yusuf.
"Ibu tidak pernah mengajarkanmu berlaku sekeji ini, Nak? Ibu dengan almarhum ayahmu tidak pernah ridho kalau kamu mempunyai sifat binatang seperti ini!" ucap ibunya.
Entah apa yang terjadi sama Yusuf, tanpa berkata sedikitpun dia menjungkir balikan perabot rumah yang ada di dekatnya. Sehingga membuat Ibu dan adiknya terkejut. Tidak menyangka Yusuf bisa berlaku seperti itu terhadap Ibunya.
"Kamu sudah gila, Yusuf. Ayo Mirna, Ibu di rumah ibu saja. Ibu kuatir akan keselamatanmu kalau kamu tetap berada di rumah ini bersamanya." kata Ibu sambil menolong Mirna Untuk berdiri.
"Jangan sekalipun bawa Mirna pergi dari rumah ini! Dia istriku. Tidak ada pergi kemana-mana tanpa izinku!" hardik Yusuf kepada adik dan ibunya.
"Biar Mirna di sini saja, Bu. Sebaiknya Ibu dan Risa pulang, sebelum Bang Yusuf semakin marah." kata Mirna kepada mertuanya.
Dengan berat hati Ibu dan Adik Yusuf pun pulang. Perasaan mereka semenjak itu tidak tenang. "Ya Allah, berikanlah kesadaran pada anakku Yusuf. Supaya kembali ke jalan-Mu. Selamatkan menantuku." bisik hati Ibu Yusuf pedih.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren, bikin penasaran... kisah berikutnya ditunggu bu. sukses selalu