Hidup Mirna Tidak Seindah Yang Dibayangkan (6)
Tantangan Menulis Hari Ke- 161
Selasa, 18 Agustus 2020
#Tantangangurusiana
***
Selama Mirna di rumah orang tuanya, membuat Yusuf semakin bebas dan keluyuran sesuka hati. Mirna tidak mengerti, orang yang dulu begitu mencintainya sepenuh hati dan mati-matian untuk mendapatkan dirinya, menjadi seseorang yang tidak peduli.
Pagi itu Yusuf masih tidur, Ibu dan adiknya datang ke rumahnya. Keadaan rumah sudah tidak terawat lagi, seperti layaknya kapal pecah. Semua tidak lagi terletak pada tempatnya. Berserakan.
"Aku tidak tahulah,apa yang ada dipikiran bang Yusuf, Bu. Perempuan sebaik Mirna dia sia-siakan. Bahkan hidupnya sekarang tidak menentu." kata Mirna kepada Ibunya, sambil membersihkan rumah kakak satu-satunya itu.
Dulu Yusuf bagi Risa adalah Abang yang baik. Hanya saja, setelah abangnya ditipu oleh sahabatnya sendiri, perangai Yusuf berubah drastis. Yang tidak bisa Risa terima, Yusuf menyalahkan Mirna istrinya sebagai pembawa sial dihidupnya.
Padahal semua itu terjadi karena kelalaian Yusuf sendiri,terlalu percaya kepada sahabat, sehingga saham yang ditanamkan tidak tertulis diatas kertas. Sekarang mau menuntut tidak bisa. Karena tidak ada bukti yang akurat kalau Yusuf korban penipuan sahabatnya.
Setelah semua rumah bersih, Yusufpun bangun. Dan setelah mandi, dia duduk di dekat ibunya. "Sepertinya pagi ini adalah waktu yang tepat untuk bicara dengan Yusuf dari hati ke hati. Semoga saja Yusuf mau mendengarkannya." bathin Ibu Yusuf dalam hati.
"Sampai kapan kamu seperti ini, Nak? Ibu kasihan sama istri dan anakmu. sudah lebih seminggu kamu tidak menemuinya. Jangan di siksa hidup anak orang, Nak. Kamu punya adik perempuan juga. Bagaimana jika adikmu nanti mengalami apa yang di alami Mirna. Apa kamu mau, adikmu menerima balasan atas apa yang kamu lakukan?" kata ibu panjang lebar.
Yusuf hanya diam saja. Seolah perkataan ibunya tidak bermakna baginya. Yang ada dipikirannya bagaimana cara membalas dendam kepada sahabatnya Budi. Karena setiap bertemu dengan Budi, Budi selalu di kawal oleh anak buahnya. Kalau Yusuf melawan sama artinya bunuh diri.
Pikiran itulah yang membuatnya hampir gila. Kenapa tidak, semua hartanya dia berikan kepada Budi. Bukan keuntungan yang didapatkan, tetapi hal itu memiskinkan Yusuf dalam waktu sekejap.
Begotulah, jika dada kosong dengan keimanan, terlalu memuja harta sampai harus lupa untuk bahagia.
Melihat Yusuf diam dan tidak menggubris apa yang dikatakannya. ibu Yusuf memilih untuk pulang saja ke rumahnya. Lagian percuma, tidak ada gunanya juga. Maka Ibu Yusuf dan adiknya memilih untuk datang ke rumah Mirna untuk melihat cucunya.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya Allah, kasihan si Yusuf, kehilangan arah. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Iya, Bu. Terima kasih.
Salam literasi, sukses selalu. Dirgahayu Republik Indonesia!
Salam Literasi. Merdeka.