irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jodoh Kiriman Allah di Bulan Penuh Berkah

Tantangan Menulis Hari Ke- 144

Sabtu, 01 Agustus 2020

#Tantangangurusiana

***

"Braaaakkkkkkk."

Bunyi itu sangat kuat sekali ku dengar. Aku tidak berani untuk melihatnya sementara yang lain berlari berhamburan menuju sumber bunyi.

"Andaikan aku memiliki jantung yang kuat dan tidak mudah menggigil melihat kecelakaan itu, tentu aku akan berlarian juga menuju TKP." bisikku dalam hati.

Seumur-umur aku hanya mendengar orang lain menyebutkan tentang kecelakaan belum pernah melihat secara langsuang. Tapi kalau aku yang mengalami sendiri, pernah.

Ketika itu bulan ramadan, aku dan seorang sahabat Perempuanku pergi berbuka puasa ke sebuah tempat yang cukup jauh dari rumah.

Setiba di tempat yang di tuju, waktu magrib telah masuk, setelah meminum beberapa teguk teh manis, kami mengambil wuduk dan meletakkan jam tangan dan juga HP di sudut kamar mandi. Setelah itu kami melaksanakan salat.

Makan saat itu terasa lahap sekali, memandang riak danau yang begitu indah. Suasana seperti itu baru aku rasakan. Berharap suatu saat nanti bisa datang lagi ke tempat itu dengan orang yang spesial. Tetapi siapa?

Aku bermain dengan pikiranku dan senyum sendiri jika bisa mewujudkan keinginan hati . Mungkin rasanya akan lebih bahagia dari ini. Saat itu lamunan ku buyar, ketika sahabatku mencubit tanganku.

"Aduuhh, sakit Fit. Bisa nggak, manggil itu pakai mulut saja, tangan tidak ikut nyubit." merasa sedikit kesal saja Fitri menganggu lamunanku.

"Habis dari tadi aku panggil-panggil kamu nggak nyahut, asyik memandang ke tengah danau. Serius amat. Aku di anggurin." kata Fitri tidak kalah kesal.

*Maaf, aku terhipnotis melihat pemandangan, kerlap-kerlip lampu membuat danau ini semakin indah, tempatnya yang sejuk membuat kita betah. kataku kepada Fitri tanpa menoleh sedikitpun kepada Fitri.

"Iya Miska, aku juga suka pemandangan di sini. Jika diperturutkan keinginan hati, aku juga ingin berlama-lama menikmatinya. Tetapi kita harus pulang Mis. Sebelum keburu gelap." kata Fitri.

Fitri benar, tidak aman bagi kami para gadis berjalan malam. Setelah itu kami memutuskan untuk pulang. Setelah dua puluh menit mengendarai motor, dan jarak tempuh sudah cukup jauh. Aku teringat kalau jam tangan dan HP masih tertinggal di kamar mandi.

Aku dan Fitri memutuskan untuk kembali ke danau itu lagi. kali ini dengan kecepatan lebih. Takut ada orang yang mengambilnya.

Jangan terlalu kencang begitu, Mis. Aku takut." kata Fitri sambil menguatkan pegangannya. Aku hanya diam dan tetap fokus mengendarai motor.

Malang tidak dapat ditolak. Karena kecepatan lebih, aku sulit menghindari motor yang tiba-tiba melintas di depanku. Rem pun percuma, dentuman itu keras sekali. Motorku dan motor yang di depanku sempat terpelanting ke sisi jalan.

Syukur Alhamdulillah, kami berdua masih diberi keselamatan, walau ada lecet di kaki dan juga tangan, hal itu lebih baik karena tidak sampai masuk rumah sakit. Begitu juga dengan bapak-bapak yang aku tabrak.

Tetapi ada sesuatu yang membuatku cemas, istri bapak yang melihat tabrakan itu di depan matanya, ketika sedang duduk santai di teras rumah. Penyakit jantungnya kumat. Badannya jatuh kelantai, dadanya sesak. Tangannya sesekali memegang dadanya.

Rasa sakit yang ada di badan seketika itu terlupakan begitu saja. Aku berlari menuju ibu itu dan melakukan apa yang bisa aku lakukan. Dan alangkah terkejutnya, setelah bapak itu membuka helmnya, ternyata dia adalah teman profesiku. Aku dan bapak itu mengajar di kecamatan yang sama.

"Maafkan aku, Pak." Saya telah menabrak motor Bapak dan membuat ibu seperti ini."

Belum sempat si Bapak menjawab, polisi tiba-tiba datang dan bertanya tentang kronologis kecelakaan itu. Aku bertambah pucat saat itu. Karena kesalahanku banyak. SIM, Helm, kaca spion tidak ada tambah lagi motor pajaknya mati pula. Aku hanya pasrah saat itu, berharap dan berdoa, semoga semuanya baik-baik saja.

"Tidak apa-apa pak, nanti biar kami selesaikan secara kekeluargaan saja."

kata si Bapak yang aku tabrak.

Pertama polisi itu cukup ngotot untuk membawa motor kami ke kantornya. Tetapi si Bapak juga bersekukuh membelaku.

"Maaf, Pak. Sungguh kami tidak apa-apa. Biar nanti kami saja yang menyelesaikan. Kami sama sama mengajar di tempat yang sama."

Karena itu pak polisi pun pergi dan menasehatiku agar mengendarai motor hati hwti yang dan tidak ngebut. Aku hanya mengangguk saja saat itu. Ada perasaan plong saate polisi itu pergi, dan istri Bapak sudah mulai tenang. Nafasnya sudah mulai beraturan.

"Maafkan saya Bu."

kata-kata itu yang mampu saya ucapkan berulang kali. Karena dalam hal ini saya yang salah. Untung saja si Bapak memilih jalan damai. Jika ada yang sakit kita berobat dengan biaya sendiri. Begitu juga dengan motor yang rusak sama-sama diperbaiki sendiri-sendiri.

Pada saat semuanya selesai dan memutuskan untuk pulang saja. Biarlah jam tangan dan HP itu hilang. Saat itu aku sudah merelakannya. Aku hanya ingin bagaimana bisa sampai rumah dengan kondisi kaki yang sedang sakit. Tiba-tiba saja sebuah motor berhenti di dekatku. Ternyata Taufiq dan temannya yang bernama Ihsan.

Setelah dia tahu apa yang terjadi denganku dan sahabatku. Mereka memutuskan untuk membawa kami pulang. Aku berboncengan dengan motor Taufiq dan Fitri bersama dengan ihsan mengendarai sepeda motorku.

Semenjak saat itu, Taufiq rajin menanyakan khabarku kepada adikku. Karena adikku sekolah di tempat dia mengajar. Sesekali memberanikan diri juga untuk datang ke rumahku melihat keadaanku.

Seminggu kemudian, aku dan Taufiq memutuskan untuk berbuka ke danau itu lagi, sambil menanyakan tentang jam tangan dan HP yang tertinggal. Mana tahu masih ada rezeki.

Ternyata benar, Pemilik rumah makan itu masih menyimpannya dan menyerahkan kepadaku. Kalau masih rezeki tidak akan kemana.

"Alhamdulillah Ya Allah."bisikku dalam hati."

Entah dari mana mulanya kedekatanku dengan Taufiq. Aku tidak tahu pasti. Hanya saja semenjak kecelakaan itu dia begitu sangat perhatian. Sehingga setahun setelah kecelakaan itu, melalui proses yang panjang dan berliku, sempat tidak direstui. Aku dan Taufiq menikah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post