Jodoh Pilihan Bapak
Tantangan Menulis Hari Ke-234
Jum'at, 30 Oktober 2020
#TantanganGurusiana
***
Menapaki jalan sepi berbalut sunyi mencekam. Semangkin lama langkahnya semakin cepat. Sesekali kepala tengadah berharap bulan dan bintang ikut menyertai.
Dingin merasuk relung hati, sesekali menoleh kebelakang, perasaan takut pun bergejolak mengambil alih serasa ada yang mengikuti. Kali ini Sukma berlari sekencang yang dia bisa. Semakin lama semakin tak terkendali, sampai ia lupa kalau di depan ada lobang cukup dalam.
"Brettttt , Brugh."
"Astagfirullah, Ya Allah berikanlah kemudahan untukku melanjutkan perjalanan ini."
Tak terelakkan lagi, ujung rok Sukma nyangkut di ranting kayu. Keseimbanganpun menjadi hilang dan masuk kedalam lobang. Berharap pertolongan datang tetapi keinginannya hanya sebatas ingin. Apa yang diharapkan hanyalah sebatas harap. Karena tidak seorangpun yang melalui jalan itu sampai kokok ayam sayup-sayup mulai terdengar pertanda pagi sudah menjelang.
"Ibuuuu, Kak Sukma tidak ada dikamarnya." teriak Loni adik Sukma.
"Jangan bercanda kamu, Nak. Mungkin Sukma lagi di kamar mandi."
"Tidak ada, Bu. Loni sudah periksa setiap ruangan."
Pagi itu seperti biasa, Pak Burhan sedang minum kopi sambil membaca buku di teras rumah. Semenjak pensiun, Dia sangat menikmati hari-harinya dengan berkebun disamping rumah. Mendengar teriakan Lani dan Istrinya diapun bergegas menuju sumber suara.
"Kebiasaan, pagi-pagi sudah pada bising!"
"Bukan maunya ibu, Pak. Gimana ibu tidak panik, melihat anak gadis kita tidak ada di kamarnya."
Lha, kemana Sukma. Semalam Bapak melhatnya ada di kamar?"
"Jangan-jangan Sukma kabur dari rumah, Pak. Karena tidak mau kita jodohkan."
"Bisa jadi, Bu."
Pak Burhan, terduduk di sudut ruangan. Guratan cemas terlihat jelas di mukanya yang sudah keriput. Randy adalah laki-laki yang sudah mapan dan baik. Tidak menyangka jika perjodohannya membuat Sukma pergi.
Di saat kebingungan memikirkan keberadaan Sukma, Pak Burhan mendengar suara bising di teras rumahnya.
"Assalamualaikum, Pak."
"Wa'alaikum salam."
Pada saat itu alangkah terkejutnya Pak Burhan melihat Sukma di gotong oleh warga. Ibu yang menyaksikan anaknya dengan kondisi tidak sadar seperti itu sangat panik.
"Kami menemukan Sukma jatuh ke lobang dekat jalan pintas menuju lingkaran, Pak.
"Apa?, Jalan pintas menuju lingkaran?"
"Iya, Pak."
"Terimakasih banyak Bapak- bapak, telah menolong anak saya."
"Iya, Pak sama-sama. Lagian ini sudah kewajiban kita untuk menolong sesama. Kalau begitu, kami permisi pamit dulu,Pak."
"Iya, ya."
Loni mengambil bawang putih dan didekatkan ke hidung kakaknya. Baunya yang menyengat dikenal ampuh menyadarkan seseorang dari pingsannya. Ternyata benar.
Perlahan Sukma membuka matanya, dan dia terkejut di sekelilingnya ada Bapak, ibu dan adiknya. Ingatannya kembali mengingat kejadian semalam saat berupaya kabur sampai masuk ke dalam lobang.
"Kenapa kamu harus melakukan semua ini, Nak. Kamu kan bisa ngomong sama ibu, Sukma."
"Maafkan Sukma, Bu. Sukma sadar Sukma salah."
"Bapak juga minta maaf, tetapi kamu harus menyadari, orang tua manapun tidak akan pernah memiliki niat yang buruk terhadap anaknya. Bapak menjodohkanmu dengan Randy karena ayah tahu dia laki-laki yang baik, mapan dan bertanggung jawab."
Sukma diam, ibu diam begitu juga dengan Lani. Sukma menyadari setiap kesalahan yang dia lakukan. Air mata menggenang disudut matanya. Pada saat seperti itu Pak Burhan melanjutkan kata-katanya.
"Jika pilihan Bapak tidak membuatmu bahagia, kamu berhak menentukan pilihanmu, tapi Bapak mohon jangan dengan Rio."
"Tetapi kenapa, Pak? Sukma sayang sama dia, Pak.Bahkan kami sudah berjanji akan lebih serius lagi dan meminta izin kepada Bapak untuk merestui pernikahan Sukma dengannya."
"Jangan terlalu cepat mengambil keputusan,Sukma. Bapak selama ini diam, bukan pertanda setuju. Bapak ingin kamu memikirkan kembali keinginan kamu itu."
"Maaf. Pak. Keputusan Sukma sudah kuat. Sukma hanya ingin menikah dengan Rio."
Sebagai orang tua, mengarahkan pilihan ke arah yang baik itu merupakan keharusan. Untuk keputusan akhirnya serahkan pada ketentuan Allah. Karena Allah sudah menulis takdir manusia dengan siapa dia berjodoh.
Namun seharusnya seorang anak mendengarkan dan mematuhi keinginan orangtuanya selagi keinginan itu baik. Bukankah ridho-Nya Allah terletak pada ridhonya orang tua. Begitu juga sebaliknya.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar