Ketika Kamu Memilih Untuk Pergi (4)
Tantangan Menulis Hari Ke- 177
Kamis, 03 September 2020
#Tantangangurusiana
***
# Di Sekap di Rumah Kosong
Sebelum menikah dengan Ibunya, Ayah Dian adalah orang yang sangat berada. Hanya saja, waktu Ayah Masih muda dijodohkan oleh kakek dengan anak sahabatnya. Pada saat itu Ayah menolak karena dia mencintai wanita yang sederhana, yaitu Ibu Dian sekarang ini.
Karena tidak mau mengikuti kehendak kakek, Ayah di usir dari rumah dan tidak mendapatkan harta sedikitpun dari orang tuanya. Tekad ayah sudah bulat, dia pun pergi dari rumah dan mulai menata hidup dari nol bersama Ibu.
Kakek sekarang sudah semakin renta dimakan usia. Berpuluh tahun lamanya tidak bertemu membuat kakek begitu merindukan ayah sehingga menyuruh pak Budi mencari ayah sehingga akhirnya takdir pun mempertemukan kami dengan Pak Budi.
"Tujuanku kesini adalah ingin menyampaikan pesan ayah pak Candra, untuk kembali ke rumah. Bapak ingin di hari tuanya ada Pak Candra dan keluarga menemani. Bapak juga minta maaf atas apa yang telah terjadi." kata Pak Budi.
"Terima kasih sebelumnya, Pak. Sebenarnya saya juga sangat ingin bertemu dengan ayah. Hanya saya takut ayah belum bisa memaafkan saya." kata Candra.
"Kalau Pak Candra dan keluarga bersedia ikut saya. Kita temui Bapak sekarang." kata Pak Budi.
Ajakan itu di setujui oleh Pak Candra. Dia membawa istri dan anaknya ikut serta ke rumah ayahnya. Bagaimanapun sebagaimana anak dia juga merasa bersalah. Berpuluh tahun lamanya mengabaikan ayah.
Aku juga tidak sabar lagi bertemu dengan kakek. Bahkan aku tidak tahu bagaimana rupanya. Karena ayah tidak pernah memberitahuku kalau kakek masih hidup.
Setelah itu kamipun menaiki mobil Pak Budi. Tetapi dalam perjalanan Pak Budi tidak membelokkan mobil ke arah yang ingin di tuju.
"Bukankah rumah Ayah saya ada dekat persimpangan jalan Sudirman itu." kata Ayah mulai merasakan ada sesuatu yang mencurigakan.
Sebelum tanya ayah dijawab. Mobil berhenti dua orang laki-laki masuk ke dalam mobil dan ternyata itu adik ayah yang bernama Joko. Akhirnya baru ayah tahu, apa tujuan mereka menyekap ayah, ibu dan aku di sebuah rumah kosong.
Hanya karena Paman tidak mau ayah sebagai pewaris kakek satu-satunya mendapatkan harta kakek, yang telah tertulis di wasiat kakek.
"Enak saja, berpuluh tahun lamanya aku mengincar supaya bisa menikmati harta kakakku, dengan semudah itu saja dia menulis semuanya atase namamu. Padahal semenjak kamu pergi. Aku yang ada didekatnya." kata Paman marah.
Ayah yang tidak tahu apa-apa, hanya bingung saja. Tidak tahu apa yang telah terjadi selama ini. Yang ada dalam pikiran ayah saat ini adalah ingin bertemu dengan ayahnya. Bukan karena semua harta yang ditulis atas namanya, tetapi perasaan bersalah telah meninggalkan ayahnya dengan seorange paman yang berhati iblis. Ayah pasti begitu tertekan dengan kenyataan ini.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seruuu ...ceritanya. Ditunggu berikutnya,Bu. Salam sukses
Terima kasih bu