Kisah Perjalanan Ke Sungai bersama Ibu Genta
Tantangan Menulis Hari Ke-65
Kamis, 14 Mei 2020
#TantanganGurusiana
********
Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung, pepatah ini sudah tidak asing lagi, dimana kita berada, disana kita harus mengikuti tradisi daerah setempat. Seperti halnya Arumi sedikit bingung melihat ibu Genta pulang kerumah sudah membawa kain siap di cuci sebakul.
“Ibu dari mana ? Ngga nyuci dirumah tooh ?” kata Arumi, seperti kebiasaan yang dia lakukan , apa – apa saja dilakukan di rumah.
“Dari sungai yang berada tidak jauh dari belakang rumah ibu, sambil menjemur kain itu satu persatu.
“Waaahh....pasti enak ya bu mandi mandi disana, teringat waktu mandi kolam renang .” kata Nadin sumringah, ada keinginan untuk mandi – mandi disana, tetapi semua peralatan sudah masuk dalam tas, sekarang sedang di lansir sama Genta dan Galih menuju tempt perkemahan.
Nadin yang dari tadi di kamar, keluar mendengarkan percakapan Ibu Genta dengan Arumi, Cewek tomboy yang satu ini sangat hobby sekali berenang.Hal yang sering kali dia lakukan ketika berda ditempat neneknya.
“Arumi kita ajak ibu ke sungai yuk, lagian Galuh sama Genta pasti lama disana, karna mendirikan tenda terlebih dahulu untuk tempat barang. Kata Nadin tiba – tiba sudah nongol saja di belakang Arumi.
“Tanya ibu dulu Nad, apakah beliau mau atau tidak ?”
Ibu mendengar percakapan Nadin dan Arumi senyum sambil angkat bicara, kalau kalian pengen ikut, ayuuk atuh, Ibu masih ada yang mau di cuci ke sungai.” Karena bagaimanapun, ibu Genta merasa terpanggil hatinya supaya sahabat anaknya ini mempunyai pengalaman yang berkesan dan tak dapat dilupakan selama berada di tempatnya.
“Asyiiiikkk...” kata Arumi dan Nadin bersamaan.
“Beneran bu ?” kata Arumi sambil mendekat ke Ibu Genta yang masih menjemur kain.
“Benerr, kalau kalian mau ikut, ayuuukk...” kata ibu Genta menuju rumah dan keluar membawa beberapa potong kain untuk dicuci.”
“Tapi sayang ya Nad, kita ngga punya pakaian ganti, kalau ada kan bisa mandi mandi disana.” Kata Arumi, wajahnya sambil ditekuk, ada guratan kekecewaan kalau keinginan untuk mandi- mandi tidak tersampaikan.
“Gimana Kalau kalian pakai kain basahan aja kalau mandi, kan bisa dipakai lagi itu baju.”
“Iya bu, kenapa tidak kepekiran sebelumnya ya..” kata Arumi lagi yang disambut dengan senyum Nadin. Perasaan senang menghampiri.
“Tapi bagaimana dengan Si Galih ? Kata Nadin , karena teringat Galih didalam main Game,. “Apa tidak kita sebutkan dulu kepadanya kalau kita ikut ibu ke sungai, nanti dia kehilangan.” Lanjut Nadin
“Biarin sajalah dia tu, dia ituuuuuu.....” kalimat Arumi tiba- tiba terpotong karena orang yang dibicarakan langsung nongol di balik pintu. Bikin Arumi keki saja.
“Ayoooo...ituuuuu kenapa..?? kata Galih sambil menunjuk Arumi.”
“Kamu ituuu, suka usil, aku tidak suka aja.” Kata Arumi
“Sepertinya perang dunia kedua akan dimulai, kalau aku tidak menengahkannya.” Bathin Nadin dalam hati.
“Sudahlah Galih, Arumi, jangan begitu ! Malu kita sama ibu setiap hari berantem terus. Lagian Arumi, kamu sudah tau gimana Galih, bikin sakit hati kalau di lawan!” Kata Nadin kepada Arumi.
“Ya sudah, semua boleh ikut, Galih juga. Kata ibu senyum senyum sambil geleng kepala mellihat tingkah sahaabat anaknya ini.
Mereka memang seperti itu adanya, dekat seperti Tom and Jerry, tapi kekentalan sahabat yang terjalin diantara mereka tidak diragukan lagi. Hampir dua tahun mereka menjalin persahabatan sampai sekarang.Tidak ada satupun yang bisa memecah belah persahabatan yang tercipta. Pertengkaran kecil seperti itu adalah bumbu perjalanan kisah , sehingga diantara sahabat itu saling merindukan saat mereka berjauhan.
“Jangan bawa Galih bu, nanti dia intip kami mandi.” Kata Arumi lagi, ngotot sekali kalau Galih tidak boleh ikut.
“Nanti Galih mancing aja, gimana ?” kata Ibu kepada Galih.
“Boleh bu, boleh. Hanya saja saya tidak punya pancingan bu ?”Kata galih penuh semangat.
“Ibu punya, tunggu bentar ya, akan ibu ambilkan .” sambil berlalu menuju dapur.
“O, iya...Kata Juragan Kohar, lokasi perkemahan kita ditepi sungai, nanti kita beli pancingan ya Nad..”
“Untuk apa ?” kata Arumi lagi.
“Untuk nangkap ikanlah....!! Aneh kamu Arumi, masa iya untuk nangkap belalang.”Kata Nadin.
“Kok kamu yang jawab sih Nad ?
“habisnya, pertanyaanmu aneh sih.”
Galih senyum- senyum saja mendengarkan pembelaan dari Nadin. Arumi akhirnya diam aja sambil berlalu menemui Ibu Genta. “Sudah ketemu pancingannya bu ?”
“sudah, ini dia.” Kata Ibu Genta” sambil menyodorkan pancingan itu kepada Galih, galih senang. “ umpannya apa bu ?” kata Galih, sambil menerima pancingan itu dari ibu Genta.
“O...iyaaa...Lali ibu.” kata Ibu Genta sambil kedalam kembali menuju daput untuk mengambil cangkul. Karena tanah di halaman samping rumah Genta gembur, tentu banyak cacing disana. Genta mengambil tempurung untuk tempat cacing. Setelah selesai, Galuh dan Genta datang.
“Kok sebentar mas, Kata Galih kepada Galuh.
“Iya , ini juga balik cepat, tenda belum jadi didirikan, rencana bawa semua barang dulu kesana. Laaa...kalian mau kemana ? Tanya Galuh, karena melihat Nadin, Arumi, sudah siap- siap berangkat.
“Kami mau ikut ibu kesungai, rencananya mau mandi-mandi.” Jawab Nadin
“Terus untuk apa cacing itu ?kata Galuh sedikit penasaran.
“Yaaaa...Untuk mancing lah mas.” Kata Galih.
“Okelah Kalau begitu, mas bawa barang bawaan kita dulu, kalau kelamaan nanti barang kita yang dilokasi itu hilang. Sempat ditutup sama daun saja tadi.”
Genta sudah keluar rumah bawa semua barang, itu artinya tidak ada lagi barang yang dijemput. Palingan dua kali balik lagi, untuk menjemput Arumi, Nadin dan Galih. Genta dan Galuh meneruskan perjalanannya membawa barang sedangkan Arumi dan Nadin serta Galih ikut Ibu Genta ke sungai.
“Aku jadi ragu mandi Arumi,” kata Nadin dalam perjalanan menuju sungai.
“Kenapa Nad, kok ragu sihh ..? kata Arumi sambil terlihat sedikit kecewa karena rencana mau mandi tapi gagal.
“Kenapa tidak jadi, ibu kan ada bawa kain basahan untuk kalian nanti.” Kata Ibu ikut nimbbrung.
“Aku mau mancing sama Galih saja bu.”
“kalau begitu, aku juga mau ah mandi sendirian.” Kata Arumi.
Akhirnya mereka tiba ditepi sungai, dari kejauahan air itu sangat berkilauan dan jernih. Semakin lama semakin dekat. Arumi sambil berlari mendekati air. Cahaya dari dasar aair terpntul kemata Arumi, selayaknya bercermin , wajahnya terlihat begitu jelas.
“Woooooowww....jernihnya.” pekik Arumi tanpa disadari banyk pasangn mt yng menoleh kepadanya . karna keindahan sungai Arumi lupa melihat sekitar. Ternyata ban yak orang di sungai itu. ada yang mandi dan ada yang mencuci.
Gemercik air sungai bagai suara yang berirama yang mengalun lembut dan merdu. Dari hempasan air mengenai batu batu besar yang ada didalamnya. Suara air itu semakin indah tatkala suara burung berkicau ria diatas batang kayu yang ada ditepi sungai. Seolah merasakan perasaan Arumi yang terbius akan indah dan sejuknya sungai di desa Genta.
Cahaya matahari yang berhasiil meloloskan diri antara dedaunan. Memantullkan cahaya di riak- riak air yang menimbulkan efek kerlap kerlip dipermukaan airnya.
“Galih, disana khusus tempat pancingan ikan, silahkan kesana, ibu mau mencuci dulu.” Kata ibu sambil menunjuk ke arah orang yang dusuk di balai- balai pancingan lagi berderet. Sengaja dibuat supaya orang yang lagi mancing tidak kepanasan bisa sambil santai juga.
Galihpun menuju lokasi yang telah ditunjukan oleh ibu Genta. Ketika sampai di balai-balai, Galih menyapa orang yang ada disana dengan ramah.
“mau mancing juga ya nak.” Kata bapak- bapak yang ada disebelah Galih.
“Iya pak, semoga saja ikannya mau mendekati pancingan saya.” Kata Galih penuh harap.
“Semoga ya nak, tapi disini ikannya pada nangkap, disini menangkap ikan hanya boleh memancing, tidak boleh pakai racun atau mercaon. Itu makanya ikan disini ikannya banyak.” Kata si bapak bercerita penuh semangat. Galih mangangguk-angguk apa yang dikatakan sebapak.
“semoga saja nanti aku banyak dapat ikan. Bismillah.” Bathin Galih pancingan siap dilemparkan ke sungai. Tidak berapa lama pancingan seperti ada yang menarik, Galih mencoba membalas tarikan itu. “Aku dapat .” teriak Galih. Bapak yang disampingnya iku senang. Ketika Galih mendapatkan ikan lumayan besar. Dengan semangat dia kembali memasang umpan dipancingannya dan melemparkannya kembali. Hal serupa kembali terjadi. Sudah banyak ikan yang Galih dapatkan.
Sementara Arumi dan Nadin masih menikmati main air. Rasanya tidak ingin pulang, tapi apa daya, satu jam tak terasa, Ibu Genta sudah selesai mencuci.bagaimanapun mereka harus pulang.
“Nadin, Arumi, panggil Galih gih. Ibu sudah selesai mencuci, ayo kita pulang.” kata ibu sambil berdiri mengangkat baskom dan meletakkan diatas kepalanya.
“Iya bu,”Kata mereka serentak dan menuju tempat Galih. Alangkah terkejutnya mereka melihat Galih banyak mendapatkan ikan.
“Yeeee...Galih Hebatt.” Kata Nadin. Arumi hanya senyum saja. Hatinya malas memuji Galih , nanti, Galih bisa besar kepala dipuji oleh Arumi, secara Arumi dengan Galih selalu musuhan.
“Galih ibu sudah selesai mencuci, ayo kita pulang.” kata Arumi. Galih menarik pancingan terakhirnya . ikan besarpun didapatkan. Cukup sudah tangkapan hari ini mereka pulang dengan perasaan senang dan bahagia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap un
Makasih say
Seru buk
Makasih bu...
seru bu
Makasih bu
keren cerpenya
Makasih ibu..