MENUJU LOKASI PERKEMAHAN
Tantangan Menulis Hari Ke- 66
Jum`at, 15 Mei 2020
#TantanganGurusiana
*****
Ketika sampai dirumah, ibu langsung kehalaman samping, menjemur kain. Kemudian lanjut ke dapu memasak ikan yang didapatkan oleh Galih. Setelah itu nasi dibungkus bersama lauk sebanyak 10 bungkus.
“Ibu, mau kemana? Kok nasinya dibungkus gitu ? kata Arumi yang sedari tadi menemani ibu di dapur.
“Ibu sengaja bungkus nasi ini untuk kalian, lima bungkus pertama ini sengaja tidak ibu pisah sambalnya untuk kalian makan ditempat perkemahan siang ini. Yang kantong ini sambalnya ibu pisah untuk makan malam, supaya tetap enak rasanya.”kata ibu menunjuk kantong yang sudah ada dihadapan Arumi.
Arumi terharu, begitu besar perhatian Ibu Genta akan dirinya dan sahabat yang lain. Terasa seperti ibu sendiri . rasa nyaman ini sangat terasa. “Terima kasih bu, kebaikan Ibu tidak akan Arumi dan kawan-kawan lupakan, maafkan kami telah menyusahkan ibu.”Kata Arumi sambil memegang punggung tangan ibu yang sedang mengikat kantong plastik, sehingga ibu terdiam sejenak.
“Arumi sayang, kalian semua sudah ibu anggap seperti anak sendiri, jadi...jangan nggak enak hati begitu.”kata ibu membalas memegang tangan Arumi. Ibu melanjutkan pekerjaan yang lain, sementara Arumi mencuci semua prralatan yang kotor. Sebenarnya ibu sudah melarang Arumi.. tetapi Arumi tetap ngotot melakukannya.
Rumah juga sudah disapu bersih sama Nadin.”Alhamdulillah, semua pekerjaan rumah sudah selesai, sekarang siap-siap menunggu jemputan untuk ke lokasi perkemahan. Rasa tak sabar membalut resahnya. Tidak berapa lama Galih lewat dihadapannya.
“Mau kemana Lih ?
“Rencanaku mau beli pancingan, kamu kan tahu lokasi perkemahan kita dekat dengan sungai, kan nanti kita bisa mancing gitu.” Kata Galih semangat. Pembicaraan mereka terdengar oleh Ibu Genta. “Galih, kamu bawa aja pancingan yang tadi, untuk apa di beli lagi.” Kata ibu setengah berteriak. Karena Galih sudah berada di ruang tamu.
“Biarin saja bu, kan nanti ada dua pancingan, aku bisa ikutan juga mancing nanti.’ Kata Nadin
“kalau mau satu lagi, ibu punya, bawa yang ini saja Nad.”
“Beneran bu ? “ Galih berjalan menuju dapur. Melihat Galih muncul, ibu segera mengambil pancingan satu lagi di sudut ruangan dapur.
“Benerlah..., masa ibu bohong sih, Ini nih pancingannya, kamu bawa gih kesana ! nanti ketinggalan.” Kata ibu sambil menyodorkan pancingan satu lagi.
Si tomboy Nadin sangat senang, terbayang nanti dapat banyak ikan. Sebenarnya di sungai tadi Nadin ingin ikut mancing sama Galih, tetapi keindahan sungai mampu membius hatinya, sehingga melupakan rencananya itu.
Semua peralatan sudah di bawa oleh Galuh dan Genta ke lokasi. Hanya tinggal makanan dan pancingan saja yang belum. Sambil menunggu jempiutan Galih, Genta dan Arumi duduk-duduk diruang tamu.
“Nad, nanti kalau disana, jangan pernah tinggalkan aku ya ? kata Arumi, entah apa yang ada dalam pikirannya, sehingga tiba- tiba ia berbicara seperti itu.”
“Iyalah Arumi, mana mau aku meninggalkanmu, kita akan tetap sama- sama selama disana.”
Galih yang mendengarkan Arumi berbicara seperti itu, kali ini diam saja. Dia tidak sedang ingin adu jotos. Karena dia paham sekali, kalau kali ini Arumi bicara serius. Arumi sepupunya, dia sebenarnya sangat penakut. “Semoga diperkemahan nanti tidak terjadi apa-apa”Kata Galih menambahkan. Arumi dan Nadin mengaminkannya secara serentak.
Yang ditunggu-tunggupun akhirnya datang juga. Tetapi hanya Galuh saja sedangkan Genta tinggal diperkemahan. “Ayooo siapa yang duluan aku antar.”Kata Galuh . Kami saja duluan, nanti biar Galih belakangan.”Kata Nadin.
“Kok kami ? emang muat bertiga tuh motor.” Kata Galih
“Muatlah, badan kami kan kurus-kurus”
“Aku ngikut ajalah..” kata Arumi singkat.
“Ya sudah, kamu yaang duluan naik Arumi, biar aku dibelakang”Kata Nadin. O..iya Galih, nasi sama pancingan kamu aja nanti yang bawa ya?” lanjut Nadin kepada galih.
“Siip..”kata Galih sambil ngacungin jempol. Ibu sedari tadi hanya memperhatikan sambil senyum-senyum saja. Sebelum berangkat Arumi dan nadin pamit dulu sama ibu Genta. Setelah selesai bersalaman, mereka pun naik ke atas motor. Motor melaju perlahan. Karena jalan yang mereka lalui bukan jalan besar tetapi jalan setapak.
Sepanjang perjalanan Nadin memperhatikan pemandangan yang hijau ,asri yang mampu menyejukkan mata. Semakin lama semakin dekat dengan hutan. Jiwanya membuncah, “ Sungguh ini perjuangan pertama semoga berkesan.”bathinnya dalam hati. Lain hal dengan Arumi, hatinya begitu mengagumi semua keindahan yang ada disekitarnya, tetapi rasa takut selalu menari- nari dibenaknya. “Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga.” Kata Arumi, karena melihat Genta sedang memasang tenda di depan. “Okee, silahkan turun. Saya akan jemput Galih dulu.” Kata Galuh.
Nadin dan Arumi setengah berlari, mendekati Genta, maksud hati ingin bantu- bantu. Tiba- tiba...
“Sreeeeeett.....” bunyi Rok Arumi yang sobek karna nyangkut sama ranting kayu yang belum sempat dibersihkan.”
“Yaaaa... sobek deh.”kata Arumi mengangkat sedikit roknya. Benar saja bekas sobekan ujung bawah roknya sudah menjulai ke tanah.
“Srett...srett...sreeeet.”
“Kenapa kamu sobek rokmu Arumi ?” kata Nadin sedikit heran.melihat Aumi sengaja merobek roknya sehingga tidak ada menjulai melambai lagi ke tanah.”
“dari pada nyangkut lagi dan bikin aku jatuh.” Kata Arumi enteng.
“Terserah kamu sajalah,” Kata Nadin berlalu menolong Genta.
“Arumi sih, masa pergi kemah pakai rok, seperti Nadin itu, pakai celana panjang, kan bisa bebas bergerak.” Kata Genta sedari tadi hanya fokus bekerja, terpaksa angkat bicara, karna bunyi robek rok Nadin mampu membuyarkan fokusnya.
“Iya..aku ada kok bawa, tapi kan kita belum mulai.” Kata arumi mencoba membela dirinya.
Beruntung Arumi berdebat dengan Genta, karena Genta berbeda dengan Galih yang siap adu mulut.
“Gen, apa yang harus aku lakukan untuk bantu- bantu.”kata Arumi
“Tolong ambilkan aku tali dan kayu yang ada dibelakangmu itu Arumi.”Kata Genta. Arumi dengan sigap mengambil kayu yang dimaksud Genta.
Tidak lama kemudian, Galuh dan Galih datang. Mereka semua bekerja sama mendirikan tenda. Tidak lama terdengar lantunan ayat Al-Qur`an di ponsel Arumi, pertanda sebentar lagi azan shalat zuhur. Pemasangan tenda sedikit lagi selesai.
“Okey teman- teman, kita berhenti dulu sebentar, istirahat sholat dan makan.” Kata Genta memberi perintah kepada teman- temannya. Karena tidak baik bekerja di tengah hari begini. Apalagi tempat ini asing bagi mereka.
Sambil duduk-duduk, mata Galih mengarah kepada sungai yang tidak jauh dari tempat mereka berada. “Heyyy lihat itu, ada anak kecil disana !! kata Galih berteriak kepada teman-temannya. Semua pandangan mata tertuju kepada arah tunjuk Galih. Mencari- cari sosok anak kecil yang dikatakan Galih.
“Mana ? kok aku tidak melihat ada apa- apa disana?”kata Arumi
“Aku juga.” Kata Nadin
“Ituuuu....ituuuu.., dekat batu besar itu dia duduk disana.” Kata galih lagi.
Semua tidak ada yang bisa melihat keberadaan anak kecil itu, selain Galih.
“Pasti kamu bercanda kan ?” Kata Galuh, karena dia tidak melihat apa- apa disana kecuali sungai dan batu- batuan yang ada disana.
“Kalau kalian tidak percaya, ya sudah. Lagian untuk apa pula aku bohong.” Kata Galih santuy. Tapi dalam hatinya jadi kepikiran, kenapa dia sendiri yang bisa melihat anak kecil yang duduk dibatu itu. ketika dia pandang lagi, anak kecil itu malah melambaikan tangan kepadanya. Bulu kuduknya mulai merinding. Tapi dia mencoba seperti biasa. “Mungkin aku lagi beralusinasi saja” bathin Galih dalam hati. Karena setelah dia pandangi sekali lagi, dia tidak melihat anak kecil itu berada disana.
“Kita mau makan dulu, atau shalat dulu ? kata Galuh memberikan isyarat kepada teman-temannya setelah mendengar suara Adzan di HP Arumi.
“Sebaiknya shalat dulu,baru kita makan.”kata Genta. Kelima sahabat itu bersama- sama menuju sungai untuk mengambil air wuduk. “Airnya bening sekali.” Kata Arumi. “iyaaa, ini mungkin sungai yang sama ketika kita kunjungi tadi pagi.” Kata Nadin.
“Kamu benar Nad, sungai dekat rumahku itu berasal dari sini.”kata Genta.
Batu disungai itu cukup besar- besar, sehingga memudahkan Arumi dan Nadin untuk melakukan aktifitas tanpa merasa diintip oleh ketiga sahabat cowoknya itu. Setelah selesai melaksanakan wudhuk mereka kembali menuju lokasi perkemahan. Genta dan galuh tidak lupa membawa air untuk keperluan di perkemahan. Mana tahu mau bikin kopi atau teh nantinya.
Setelah melaksanakan shalat, mereka makan dengan ikan hasil tangkapan Galih, daging ikan itu terasa manis, mereka makan dengan lahap. Rasanya enak sekali makan di tempat seperti itu, hembusan angin menambah suasanan semakin indah.
Berada diantara pohon-pohon yang tinggi menjulang, membuat disana terasa lebih dingin daripada dirumah Genta. Walaupun pohon itu tinggi, tapi batangnya masih kecil, berbeda sekali dengan pohon yang ada di tepi hutan itu , batangnya besar dan rimbun.
“Ayo kita lanjutkan, sebelum keburu sore, karena bagaimanapun sore ini semua tenda harus sudah terpasang.”Kata Galuh membuka percakapan setelah mereka makan. Kalau tidak di ingatkan seperti itu , mereka semua bisa kelamaan istirahatnya. Disamping perut kenyang, tambah angin sepoi-sepoi memberikan kesejukan. Ngantuk pasti datang. Karena jam- jam segini waktunya untuk tidur siang.
“iyaa...ayo teman- teman.”kata Nadin sambil berdiri dan membersihkan sampah sampah yang ada disekitar. Semua sibuk dengan pekerjaannya masing- masing. Tenda yang dibuat ada tiga buah. Tenda untuk laki- laki dan tenda untuk perempuan, diantaranya mereka membuat tenda untuk memasak atau tempat panggang ikan . yang hanya tertutup bagian atasnya saja. Samping kiri dan kanan sudah berbatas dengan tenda, tinggal kasih hambatan dibelakangnya. Semua sudah selesai tepak pada waktunya.
“Alhamdulillah pendirian tenda sudah selesai, sekarang silahkan masukkan peralatan kita sendiri kedalam tenda. Tapi sebelumnya bentangkan tikar itu dulu didalamnya.” Kata Galuh. Semua melaksanakan perintah galuh. Bagaimanapun juga Galuh sudah mereka anggap sebagai ketua karena sudah berpengalaman dalam hal ini.
Semua sudah tertata dengan rapi, halaman tenda sudah dibersihkan. Jemuran kain juga sudah dibuat. Tungku untuk memasak juga sudah ready. Hanya tinggal peralatan masakan yang masih tertumpuk letaknya. Melihat hal itu Galuh mengambil ranting kayu yang agak besar , lalu menancapkannya di tanah. Ranting itu di potong pendek-pendek untuk menggantungkan peralatan memasak.
“Hebat kamu Galuh,” kata Nadin melihat kecekatan galuh dalam mempersiapkan segala sesuatu dengan cepat. Untuk melepas lelah, mereka masuk kedalam tenda. Maksud hati ingin melepas lelah sejenak. Tetapi alangkah terkejutnya mereka, ketika mendengar suara orang berteriak lantang, menyuruh mereka keluar dari tenda.
“Heyyyy anak muda, KELUAR KALIAN !!!!” suara itu memecah kesunyian sore itu.
Galuh, Galih dan Genta keluar. Sementara Arumi dan nadin hanya mengintip saja dari dalam, tanpa mempunyai keberanian untuk keluar.”
Ternyata yang datang adalah juragan Kohar dengan beberapa orang anak buahnya.
“Ada apa bang ?”kata Genta sedikit ciut juga melihat tampang-tampang kasar yang ada di depannya. “Bukankah kemaren kita sudah sepakat, kalau abang mengizinkan kami berkemah dilokasi ini.” Lanjut Genta.
“Iya...aku datang kesini , mencoba mengingatkan kalian. Jangan sekali-kali mendekati hutan itu. kalau itu kalian lakukan makan kalian akan HABIS.” Kata Juragan Kohar sambil menggerakkan telunjuk tangan di lehernya.
“Arumi menggigil ketakutakutan, entah tenda yang panas, keringatnya mengucur deras. Nadin berusaha menenangkan sahabatnya sambil meletakkan jari ke mulut, untuk memberi isyarat supaya Arumi tetap diam dan tenang.
“Iiii....Iiiiya bang, kami tidak akan mendekati hutan itu.” kata Genta sedikit gagap, karena ketakutan. Genta dan Galuh sebenarnya ingin ikut bicara, tapi dia lebih memilih aman. bukan karena takut, tapi karena Juragan Kohar dan anak buahnya suka nekat dan tidak punya belas kasihan.
“KAMU..!!! kata Juragan kohar menujuk kening Galuh. “Jangan pernah coba macam- macam disini.”
“Iya bang, tujuan kami kesini hanya berkemah , tidak ada maksud lain bang.” Kata Galih tegas. Setelah itu juragan Kohar dan anak buahnya berlalu dan menghilang dibalik pohon kayu yang tidak jauh dari mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh...
Kenapa bu ...?
Kenapa bu ...?
Kenapa bu ...?