Penghuni Rumah Tua (2)
Tantangan Menulis Hari Ke- 189
Selasa, 15 September 2020
#Tantangangurusiana
***
Erlin pulang sambil meringis kesakitan. Dia akan mencari tahu semua itu siang hari,karena di siang hari akan terasa leluasa mencari tahu mengenai suara itu. Tidak sabar rasanya menunggu pagi.
Malam ini terasa panjang bagi Erlin karena mata sulit sekali untuk dipejamkan. Bahkan untuk melerai ingatannya supaya lepas dari kejadian di rumah tua itu, tidak mampu beranjak sedikitpun dari pemikirannya.
Bukan tidak mau mengatakan kepada anggota keluarga yang lain. Hanya saja Erlin tidak mau memberi keresahan. Biarlah dia mencari tahu sendiri. Ketika sudah pasti baru kemudian dia akan berbagi informasi kepada orang lain.
Pagi itu cerah sekali, Erlin sengaja minta izin ke atasannya karena pelipisnya masih bengkak. Lagian hari ini dia mempunyai rencana lain yaitu dia bersiap pergi ke rumah tua itu. Erangan itu seolah nyata di telinganya.
"Eh , Nak Erlin. Tumben ke kebun sepagi ini. Biasanya juga siang." kata Pak Rinal sedikit heran.
"Iya, Pak. Ada pekerjaan yang ingin diselesaikan. Bapak mau kemana, rapi begini?" kata Erlin balik bertanya.
"Bapak mau ke kota, mau bawa langsung hasil panen kebun bapak kesana. Kata Pak Makmur di kota harganya lebih mahal dari di sini. kata Pak Rinal berharap.
"Oooo... Kalau begitu,hati hati di jalan ya,Pak. Saya mau melanjutkan perjalanan dulu."kata Erlin pamit.
Dengan langkah gontai dia menyusuri jalan setapak, rumputnya masih basah oleh embun. Setiba di rumah itu ada suara seperti barang di hempasan.
"Gubrak!!!"
Setelah itu diam lagi. Erlin terus menuju pintu belakang, ketika semalam ia kena goresan kucing. Tampak pintu terbuka sedikit. Rasa penasarannya semakin besar. Dia naiki satu persatu anak tangga dan membuka pintu itu perlahan.
Alangkah terkejutnya dia melihat kenyataan. Seorang wanita tua yang tiada daya dipasung kakinya. Wanita tua itu tampak kotor sekali. Bukan itu saja, bau tempat itu sangat menyengat, mendatangkan bau busuk. Yah, wanita itu bergelimangan kotoran.
Di depan wanita itu ada seorang laki-laki yang Erlin tidak tahu siapa. Karena posisi laki-laki itu membelakanginya. Erlin mempunyai firasat, pastilah laki-laki itu anaknya. Atau anggota keluarga terdekatnya. Yang tidak pernah Erlin memahami kenapa mereka tega memoerlakukan wanita tua itu seperti ini?
Pertanyaan itu terhenti di saat Erlin melihat , laki-laki itu memberikan nasi kepada wanita itu, dilemparkan dari jauh. Seperti mengasih makan binatang saja. Hati Erlin mendadak terenyuh pilu menyaksikan pemandangan yang tidak biasa itu.
Seorang ibu yang sudah sepuh, seharusnya mendapatkan kasih sayang dari anak-anak mereka. Bukankah mereka berlaku yang sama kepada anaknya. Setelah mengandung dan melahirkan dengan penuh perjuangan. Mereka dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan dicukupi kebutuhannya.
Tidaklah sepantasnya kita memperlakukan orang tua kita sekejam ini, di saat.ketidak berdayaan menghampiri hari senja.
Bukan itu saja, yang disaksikan oleh Erlin. Kata-kata kasar berselancar ringan di mulut laki laki itu. Ingin rasanya Erlin membungkam mulutnya. Tetapi itu tidak mungkin, karena dia bukanlah lawan yang imbang.
Bersambung.....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yg kereen
Ya bunda, terima kasih
cerita keren. Semangat berliterasi, sukses selalu.
Terima kasih pak. Sukses untuk kita semua
ceritanya mantap bu
Terima kasih pak