Penghuni Rumah Tua (3)
Tantangan Menulis Hari Ke- 190
Rabu, 16 September 2020
#Tantangangurusiana
***
Setelah menyaksikan kebiadaban laki laki itu kepada wanita tua yang sudah sangat sepuh dan tidak berdaya. Erlin memutuskan untuk pergi dari rumah itu sebelum semuanya terlambat. Jika ketahuan, Erlin yakin dirinya akan ikut di sekap di sana.
Setibanya di rumah, Erlin menceritakan apa yang dia saksikan kepada adik dan kakaknya. Di antara mereka memuji keberanian Erlin. Karena berkat penasaran dan perjuangan serta rasa ingin tahu, Erlin telah berhasil mengetahui erangan yang nyaris setiap melewati rumah itu selalu terdengar.
"Sungguh anak durhaka dan biadab laki-laki itu. Sampai tega menyiksa ibunya sedemikian rupa." kata ibu Erlin yang terus menggerutu tidak tahu tujuannya ke siapa. Bagi kami yang mendengarkan diam saja. Karena jika di bantah tekanan darah mudah saja naik.
Setelah membuat kesepakatan, Erlin beserta adik dan kakaknya. Berniat menyelamatkan ibu itu. Setelah dipastikan aman mereka masuk ke rumah tua itu. Tetapi perjuangan sedikit melelahkan karena kakinya di pasung dan kuncinya tidak ditemukan.
"Dik, tolong ambilkan batu di bawah ya,agak besaran dikit ya." kata Erlin.
Tanpa menunggu lama Johan adik Erlin setengah berlari mengambil batu. Tetapi alangkah terkejutnya dia,dari kejauahan ada seseorang yang datang menuju rumah tersebut. Johan kembali lagi ke atas dan memberitahukan kepada kakak dan abangnya Ihsan.
Belum sempat mereka bersembunyi, laki laki itu sudah terlanjur melihat mereka. Sehabis rasa takut keberanianpun datang, setidaknya itu yang dirasakan oleh tiga beradik itu. Lagian laki-laki itu sendiri.
"Kebetulan kamu datang, kamu anak yang biadab. Menyiksa ibumu seperti ni." kata Ihsan.
"Apa urusan kalian, ikut campur urusanku " kata laki-laki itu garang.
"Memang ini ibumu, tetapi kalau kamu sudah berbuat di luar batas itu menjadi urusan kami,bukankah Allah berfirman dalam QS Al-Asr ayat tiga, kita diwajibkan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran." kata Ihsan dengan nada datar. Berharap laki-laki itu sadar,jika apa yang dilakukannya itu salah.
"Omong kosong, Kalian. Pergi kalian dari sini! Kalau tidak...!!!
"Kalau tidak !!! Kenapa?" potong Ihsan cepat.
"Kalau tidak, kalian akan berurusan denganku. Hidup kalian tidak bakalan tenang!" hardiknya.
Mata laki-laki itu sudah memerah menahan marah. Kedua tangannya di kepal. Melihat hal itu Ihsan tidak pernah gentar. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Karena sejatinya Allah bersama dengan orang-orang yang benar.
Bersambung ...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen Keren Bu Irfa. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu.
Terimakasih Pak EDI. SUKSES untuk kita semua. Salam literasi