Penyesalan Tak Berujung
Tantangan Menulis Hari Ke-107
Kamis, 25 Juni 2020
#TantanganGurusiana
***
“Jika kamu ingin kembali kepadanya, mengapa aku yang kau sakiti?”jerit hati Arimbi memecah sunyi.
Tiba-tiba Arimbi teringat kembali akan sebuah peristiwa, di saat Mas Fikri suaminya mengatakan, kalau saat ini dia ingin tenang. Fikri meminta Arimbi untuk tidak lagi menghubunginya, biarlah nanti dia yang menghubungi jika waktu memungkinkan. Lama sekali Arimbi menunggu kabar dari Fikri, sehingga rasa sabarpun menggoyahkan pertahanannya. Arimbi menelpon Fikri, tetapi nomor yang dituju tidak aktif lagi.
“Salahku juga, mempercayai hati kepada seseorang yang pintar melukai. Andai saja saat itu aku tidak menerimanya di kehidupanku, tentu aku tidak seluka ini sekarang.”bisik hati Arimbi.
Perasaan sesal itu selalu datang di akhir. Arimbi mendengar kabar kalau suaminya telah kembali kepada istri pertamanya. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain pasrah menerima keadaan. Arimbi tidak mempunyai kekuatan untuk menuntut apapun dari suaminya karena tidak memiliki bukti yang cukup. pernikahan akan dianggap sah apabila tercatat di KUA bagi muslim dan di kantor catatan sipil bagi non-musim.
“Inilah yang ibu takutkan, kenapa dulu ibu melarangmu menikah dengan nya.”kata ibu memulai pembicaraan. Pernikahan yang dilaksanakan secara siri berakibat pihak perempuan rentan diabaikan. Apalagi dia sudah mempunyai istri, sudah pasti seiring berjalannya waktu dia akan kembali kepada istrinya”mata ibu menyiratkan kesedihan.
“Maafkan Arimbi, Bu. Andai saja waktu itu Arimbi mau mendengarkan nasehat ibu. Hal ini tidak akan terjadi.”kata Arimbi.
“Untung saja kamu belum memiki anak dengannya, jika ada, betapa malang nasib anakmu kelak.”ucap ibu.
Arimbi membenarkan dalam hati apa yang dikatakan ibunya. Dia pernah mendengarkan seorang ustadz mengatakan, anak hasil pernikahan siri dinyatakan negara sebagai anak di luar nikah, dan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Arimbi menghela napas panjang, ingin melepaskan beban berat yang mengisi rongga dadanya. Jika dia memperturutkan emosi, ingin rasanya menemui Fikri meminta pertanggungjawaban atas apa yang dia lakukan. Tetapi jauh dalam lubuk hati, Arimbi menyadari kesalahannya dan dia tidak akan mengulangi kebodohan yang sama.
Di saat Arimbi sudah bisa menerima, bahwa semua yang terjadi antara dirinya dan fikri adalah bagian takdir yang harus dilupakan. Pada saat itu Fikri kembali datang di dalam kehidupannya.
“Arimbi, bagaimana kabarmu? Aku selalu mengingatmu. Maukah kamu kembali menjadi istriku?”kata Fikri spontan, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
“Ringan sekali mulutmu meminta kita balikan, Mas ! Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku, bukan maaf yang kau lontarkan. Jangan berharap aku akan menerimamu kembali!”jawab Arimbi marah. “Jika kau ingin kembali kepada istrimu, aku tak kuasa mencegahnya, tetapi yang tak bisa aku terima, kamu membohongiku!” lanjut Arimbi, seolah melepaskan semua beban yang terpendam selama ini.
“Aku bukan bermaksud membohongimu, tetapi Mia mengancamku. Jika aku tidak meninggalkanmu maka dia akan bunuh diri.”kata Fikri.
“Trus, aku harus percaya?”kata Arimbi sambil menyipitkan matanya, menahan luka yang kembali menganga.
“Aku janji, akan menikahimu secara sah.”kata Fikri berusaha meyakinkan.
“Terlambat, aku tidak lagi mencintaimu, atas apa yang telah kau lakukan padaku,kau tak ubahnya bagiku seorang pecundang!”Arimbi pun berlalu.
Fikri menyadari, apapun yang akan dia katakan tidak akan pernah diterima oleh Arimbi. Karena apa yang telah dia lakukan meninggalkan luka yang dalam dan bisa jadi bekasnya tidak akan hilang.
Sejatinya, cinta itu akan menetap dikala keberadaannya di anggap dan akan hilang ketika rasa sakit sudah berada dibatas sabar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Santiang adiak uni ko
Santiang lah uni ir lai...
Cinta sesaat akan nenimbulkan luka, karena cinta hanya setipus kulut ari.. Hheee.. Salam
Iya bu, salam kembali.
Cinta lenyap lukapun tiba.keren
Terima kasih Bu, telah hadir..
penyesalan seumur hidup..
Iyaa ,Pak