Tantangan Menulis Hari Ke- 216

Senin, 12 Oktober 2020

#Tantangangurusiana

***

"Uni, sebaiknya uni pergi saja dari hidupnya. Seseorang yang sudah mendua dan membagi cintanya dengan wanita lain, tidak pantas lagi untuk diharapkan."

Mirna mendapatkan pesan singkat dari sahabatnya Tuti. Keningnya berkerut, pertanda heran. Hatinya penuh tanya, darimana sahabatnya tahu permasalahan yang terjadi antara dia dan suaminya. Setahu Mirna sampai saat ini, Dia menyimpan rapat-rapat persoalan pelik yang dia hadapi. Sehingga tidak ada seorangpun yang tahu.

"Ti, kamu jangan asal bicara seperti itu, hah! Hubunganku dengan Mas Bayu baik-baik saja. Jikapun berita itu benar, biar itu menjadi urusanku!

Mirna sedikit kesal kepada sahabatnya, seharusnya dia tahu batasan jangan mencampuri apalagi ikut andil menghasut dan memutuskan, jalan apa yang harus dia tempuh.

Mirna tak kuasa menahan air matanya. Kenangan tentang Bayu datang lagi disaat dirinya tidak mampu lari dari sepi. Dia tidak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri.

"Salahku juga, mengapa terlalu sibuk mengejar karir sehingga membuat Mas Bayu berpaling." Isak Mirna dan mengusap air matanya.

Andaikan waktu bisa diputar kembali, Mirna ingin memperbaiki semua yang telah terjadi. Apalah artinya jabatan yang tinggi kalau dia harus kehilangan orang yang berarti dihidupnya.

"Tok- tok. Permisi, Bu."

"Silahkan masuk." Jawab Mirna.

Suara ketukan itu membuat lamunan Mirna Buyar. Sekretarisnya merasakan ada yang berubah dari atasannya, tetapi untuk bertanya dia tidak mempunyai keberanian.

"Kebetulan kamu datang, Laila. Tolong kosongkan jadwalku tiga hari ini, saya mau cuti, ada urusan keluarga."

Sekretarisnya hanya mengganggukkan kepala. Pertanda sudah paham, apa yang telah disampaikan.

Bersambung