TAK SEINDAH REMBULAN
art : 3
04-01-2022
Marina mendorong kursi roda ibunya mendekatiku, hatiku terenyuh melihat tatapan matanya yang memelas, Tiba-tiba bayangan ibuku menjelma diwajah ibu tiriku.
"Nak, maafkan ibu, disaat itu kamu masih kecil untuk mengerti segalanya. Ada yang tidak kamu ketahui atas apa yang terjadi di keluarga kita."
Disaat itu juga, aku merasa kembali pada kenangan sepuluh tahun yang silam. Kenangan yang membuat aku tidak ingin lagi tinggal seatap dengan mereka, ibuku meninggal karena tidak kuat menerima kenyataan kalau ayahku nikah lagi dengan ibu Marina.
Untung saja adik ibuku yang berada di luar kota, mau menganggapku sebagai anaknya sendiri. Karena tante Sri memang tidak memiliki anak. Sehingga aku merasa semenjak ibuku meninggal aku hanya punya Tante Sri yang selalu mendampingiku, bahkan ketika aku menikah, aku hanya ingin ayah yang datang ke rumah Tante Sri karena harus menjadi wali nikahku saat itu.
Sedih memang, ketika harus mengingat momen terburuk dalam hidupku. Kalau bukan karena ayah yang menginginkan aku pulang dengan sedikit memaksa mungkin hari ini aku tidak akan pulang.
Ayah yang baru pulang, tiba-tiba saja datang memelukku. "Akhirnya kamu datang juga nak." Lembut, bahkan samar samar aku mendengarnya. Seketika itu kudengar nafas ayah terdengar berat. Lantas hatiku berkata, "Sepenting apakah yang ingin disampaikan ayah, sehingga tiba-tiba menyuruhku pulang?"
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar