Tantangan Menulis Ke-256

Sabtu, 21 November 2020

#TantanganGurusiana

***

Manusia hanya bisa berencana, keputusan ada ditangan-Nya. Sekuat apapun kita mengatakan ingin jika Allah tidak meridhoi tidak akan pernah ada kata mungkin.

Menjalani sesuatu yang bertentangan dengan hati bukanlah sesuatu yang mudah. Seringan apapun mulut berucap tidak, tetap saja hati sakit. Ibarat menentang matahari, mata sendiri yang tidak kuat menahannya. Begitu juga dengan Sinta. Keputusannya memutuskan hubungan secara sepihak, menyisakan sakit tak terperi.

Dilema datang silih berganti, air mata tidak mampu meringankan rasa yang terlanjur usai karena ketidakberdayaan dirinya untuk menentang keinginan orang tua. Sampai saat ini Sinta masih berpegang teguh pada pernyataan , ridha Allah terletak kepada ridhanya orang tua dan murkanya Allah terletak pada murkanya orang tua.

"Pa, mama perhatikan semenjak kepindahan kita kesini, Sinta menjadi sangat pendiam."

"Itu mungkin perasaan mama saja, ini tahap penyesuaian, ma. Nanti dia bakal ceria lagi kalau sudah terbiasa dan memiliki banyak teman."

"Mudah-mudahan, Pa. Jujur, mama sedih melihatnya lebih sering menyendiri dan mengunci diri di kamar."

"Sudahlah, Ma. Papa berangkat kerja dulu. Kuatirmu itu berlebihan. Setiap hari membahas Sinta melulu. Papa pusing, Ma."

Papa Sinta berangkat tanpa menoleh. Hatinya hancur dan mulai ragu pada keputusan yang telah diambilnya. Dalam kebingungan, papa Sinta tidak menyadari ada mobil yang melintas didepannya. Kecelakaan tidak dapat dielakkan lagi.

Bersambung....