irfan azis

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Selamat Jalan, Romdhon!

Seperti biasa, sebelum ustaz masuk kelas, siswa muallimin menazamkan bait-bait amrithi dan afiyah. Lagu yang sedang trend di blantika musik nusantara dengan kreatif diadopsi para santri dalam nazhaman. sebuah orkestra nazhaman yang luar biasa meriah hasil perpaduan lagu lawas dan lagu baru terdengar bergantian dari kelas paling buncit yang menyanyikan nazam amrithi hingga kelas akhir yang mendendangkan bait bait nazham alfiyah.

Suasana nazhaman semakin meriah dengan iringan kendang yang di mainkan secara rancak oleh salah seorang santri. Semakin lama pukulan kendang semakin cepat, memacu para santri mempercepat tempo mereka dalam bernazham dan memacu adrenalin melanyahkan hafalan masing masing.

Di kelas kami, kelas 4 mualimin, Romdhon adalah pemukul kendang terbaik. Sayangnya sejak pertengahan tahun ia sakit. Ia pulang kampung. Karena jauh, Aku dan teman-teman belum sempat menengoknya. Beberapa hari yang lalu ia datang ke sekolah. Ia tampak kurus sekali. Ia datang hanya untuk membayar uang yang ia pinjam pada beberapa temannya.

Dia bukan sekadar teman sebangku saya. Dia sahabat saya juga di komplek Al Husen. Dia santri abdi dalem. Tugasnya memasak di dapur katering pondok putri. Saat malam-malam saya lapar, tanpa saya minta, dia akan datang memberi solusi. Ia bawakan nasi sedikit pera dan sisa sisa lauk apa saja yang dapat membuat kami kenyang sehingga bisa tidur lelap sampai pagi.

Dia juga parter terbaik saya dalam bermain bola. Kedekatan kami di luar lapangan begitu berbekas di dalam lapangan. Ia tahu kapan memberikan umpan terobosan kepada saya dan sebaliknya. Kami berdua seperti sevchenko dan inzaghi duet maut Ac Milan saat itu. Duet kami ditopang kiper hebat bernama Edwin asal Jakarta dan bek tanpa kompromi bernama Caroko asal Cilacap menjadi momok menakutkan saat itu. Sejak kelas 2 mualimin, kelas kami selalu juara sepak bola saat class meeting. Kami berempat juga langganan masuk skuad utama tim sepak bola mualimin untuk haflah alkubro (perlombaan antar sekolah di lingkungan Al Hikmah).

Selain soal sepak bola Romdon juga terbuka soal apa saja. Katanya ia punya kenalan santriwati asal Jakarta. Titin namanya.

"Ah...Romdon". Gumamku.

Suasana riuh rendah nazhaman kelasku hari ini terasa hambar begitu saya mengingat kata terakhir dari Romdhon.

" Saya belum bisa melanjutkan sekolah, kang". Begitu jawab Romdhon ketika saya bertanya kapan kembali ke pondok.

Dari nada suaranya ia tampak lesu dan lemah. Demikian juga wajahnya masih sangat pucat, matanya cekung, lobang hidung terlihat menyempit. Membuat siapa saja yang melihatnya jadi iba.

" ya sudah kang. Sampeyan istirahat saja dulu di rumah. Semoga cepat sembuh dan cepat kembali ke sini. Biar Kita maen bola lagi". Saya berusaha menghibur dan menyemangatinya.

Suara nazhaman di kelas masih terdengar, saat pak Sobri memasuki kelas kami. Beliau adalah wali kelas sekaligus pembina OSIS kami.

" Assalamualaikum anak-anak." Sapanya pada kami

" waalikum salam warahmatullahi wa barakatuh". Jawab kami kompak dan lengkap mengamalkan ayat yg artinya jika 'kamu diberi salam balaslah salam itu secara sepadan atau lebih lengkap'.

" Langsung saja. Bapak mau menyampaikan kabar duka cita. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Saudara Romdon, teman kalian di kelas ini baru saja meninggal dunia. "

Bagai disengat listrik, saya tergagap mendengar kabar duka itu. Kami sangat sedih. tapi di sisi lain sedikit muncul rasa kagum pada apa yang terjadi pada Romdon. Sedih karena dia telah wafat, kagum karena ia masih sempat ke pondok membayar hutang hutangnya. Saya berani bersaksi kalau Romdon adalah orang baik. Dia insya allah husnul khotimah bahkan mati syahid sebab ia pada dasarnya meninggal saat mencari ilmu.

Dengan cepat, kami sebagai teman sekelas sekaligus pengurus Osis mualimin segera bergerak. Kami masuk kelas kelas untuk mengabarkan kabar duka dan memohon sumbangan dari siswa.

Lalu saya bersama rosid sebagai ketua osis, jauhar sebagai ketua kelas, dan junet selaku bendahara berangkat ke rumah duka.

Kampung Romdon ada di daerah pedalaman. Tidak ada angkot yang lewat ke sana. Satu satunya cara adalah naik Truk.

(Nantikan kisah selanjutnya).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post