Irfan Syahrul

Guru Garis Depan Alumni Prodi Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Buras (Burasa')

Buras (Burasa')

Beberapa hari ini, media sosial dibanjiri dengan ucapan selamat hari raya idul fitri 1441 H. Ummat muslim di Indonesia seakan tidak mau ketinggalan untuk saling memberikan ucapan selamat hari raya di media sosial mereka. Ucapan selamat hari raya juga sebagian besar berlatar foto dari keluarga besar mereka masing-masing.

Selain ucapan selamat, di media sosial juga ramai dihiasi menu makanan yang khas nuansa lebaran. Pengguna media sosial tidak pernah absen untuk menggunggah foto makanan. Menu makanan yang popular dan wajib tersaji di meja makan adalah ketupat. Makanan pengganti nasi ini selalu hadir dan sudah menjadi tradisi di setiap momen lebaran.

Di beberapa daerah di Indonesia, makanan pengganti nasi tidak hanya ketupat. Ada beberapa menu makan yang lain, seperti lontong, lemang, dan lemper. Khusus di Sulawesi selatan, terutama suku bugis-makassar ada menu makanan yang khas. Makanan itu bernama buras. Buras ( burasa’) merupakan makan yang terbuat dari beras yang dicampur dengan santan. Kedua bahan ini kemudian dimasak hingga setengah matang, sampai santannya mengental. Selanjutnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang berbentuk persegi panjang. Setelah itu, diikat menggunakan tali rapia. Biasanya satu ikatan terdiri dari dua bungkus buras.

Tidak sampai disitu, buras kemudian di masak selama berjam-jam hingga benar-benar matang. Buras dikatakan sudah matang jika teksturnya sudah lembut. Sama halnya dengan ketupat, buras sangat cocok dikonsumsi bersama dengan makanan yang berkuah, seperti sop , soto, kari dan sebagainya.

Tidak semua orang bisa mengikat buras. Walaupun tampak sederhana, mengikat buras membutuhkan keahlian khusus. Selain ikatan harus kuat agar tidak terlepas ketika dimasak, buras juga harus diikat dengan simpul khusus. Itu sebabnya membuka buras tidak memerlukan pisau atau gunting untuk melepas ikatannya. Cukup ujung tali pada buras ditarik, maka ikatannya bisa langsung terlepas.

Ada ungkapan yang beredar di masyarakat Sulawesi Selatan. Dikatakan para gadis bisa menikah jika sudah bisa membuat ketupat dan mengikat buras. Tentu itu hanya sebuah ungkapan, yang di masa lampau dimaksudkan agar nantinya bisa melayani suaminya dengan baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak, Mohon maaf lahir dan batin

26 May
Balas

Maaf lahir batin Ibu

26 May

Harus dilestarikan

25 May
Balas

Makanan khas suku bugis-makassar. Di tanah rantau pun pasti tersedia di meja makan :)

25 May



search

New Post