IRIYANTI SAHARI BULAN

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
POTRET PENDIDIKAN INDONESIA DARI MASA KOLONIAL  SAMPAI SAAT INI

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA DARI MASA KOLONIAL SAMPAI SAAT INI

Iriyanti Sahari Bulan

UPT SPF SDN 2 Terang-Terang

Jl. Sawerigading No. 12 Bulukumba

E-mail : [email protected]

Pendidikan di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Peperangan dan penjajahan mewarnai perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia. Di zaman Belanda menguasai Indonesia, pendidikan adalah suatu yang mahal untuk bangsa pribumi. Sekolah-sekolah yang didirikan di masa penjajahan Belanda pun, pada mulanya hanya bisa dirasakan anak-anak golongan bangsawan, priyayi, dan pegawai negeri saja. Saat itu, di tahun 1848, Pemerintah Hindia Belanda mulai menerbitkan peraturan pendidikan dasar bagi masyarakat yang kemudian dimatangkan pada 1892. Sekolah hanya ada di keresidenan, kabupaten, kawedanan, pusat kerajinan dan perdagangan saja. Untuk pendidikan bagi anak di usia enam tahun, ada Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang didirikan di Indonesia pada 1914. Anak-anak Indonesia yang belajar di sini pun hanya anak-anak "istimewa" yang orang tuanya terpandang atau memiliki gelar bangsawan..

Pada tahun 1854 beberapa Bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai. Dan pada tahun yang sama lahir pula Sekolah Bumiputera itupun hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat pada zaman Kolonial Belanda hanya diberikan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung seperlunya. Orang-orang pribumi pun diberikan kelonggaran mengenyam pendidikan tetapi terikat pada satu tujuan yang nantinya orang-orang pribumi teresbut akan menjadi pembantu usaha dagang Kolonial Belanda. Orang-orang pribumi tidak bebas memilih dan mereka tidak berhak menentukan pekerjaan yang mereka inginkan selepas mereka memperoleh pendidikan.

Pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Dan pada akhirnya tahun 1922 lahirlah Taman Siswa Yogyakarta yang menjadi gerbang emas bagi kemerdekaan dan kebudayaan bangsa. Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara ini hadir sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas. Sejak saat itu Suryadi Suryadiningrat memakai nama Ki Hajar Dewantara. Anak-anak dari semua kalangan bisa bersekolah di Taman siswa tanpa ada tekanan dan ikatan yang nantinya akan bebas menentukan arah dan tujuan mereka selepas dari sekolah ini. Mengingat semboyan dari perguruan ini adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Prinsip ini berlaku bagi pamong dan murid di Taman Siswa. Prinsip ini bermakna bahwa di depan memberi teladan, di samping memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Setelah Indonesia merdeka, Presiden mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai menteri pendidikan pertama dengan Semboyangnya yang kita kenal sampai sekarang yaitu Tut Wuri Handayani. Sejak saat itu para warga Indonesia bebas dan merdeka dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran. Sekarang, Anak-anak sudah memiliki kebebasan penuh dalam artian merdeka belajar merasakan pendidikan tanpa harus ada lagi kekangan dan doktrin dari siapa pun. Anak bisa belajar dengan tenang dan belajar sesuai dengan bakat dan minat mereka. Tugas guru adalah menuntun sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh anak. Dituntun agar tidak salah arah dan bisa menjadi manusia yang bahagia dan aman hingga akhirnya anak bisa mandiri.

Pendidikan sekarang sudah mulai maju apalagi di era abad 21 ini, anak-anak tidak lagi didikte oleh keinginan siapa pun. Anak bebas memilih keahlian dan nantinya juga bisa bekerja sesuai bakat dan keahlian yang mereka miliki tanpa harus terikat dan terkungkung oleh intimidasi dari kaum komunis yang harus menjadi pembantu usaha dagang mereka. Anak-anak sekarang berhak mendapat pendidikan dan pengajaran yang menyenangkan dan nyaman. Mereka berhak atas pendidikan yang merdeka dan bebas tekanan, yang berbanding terbalik dengan proses pembelajaran pada zaman Kolonial. Sekarang anak tinggal belajar dengan beragam fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Indonesia. Semua diadakan cuma-cuma atau gratis, tinggal anak menjaga dan merawat fasiitas yang disiapkan tersebut.

Namun di balik perbedaan yang begitu terasa, masih ada kesamaan yang masih melekat di bangsa kita dengan Belanda yakni perlakuan khusus bagi anak pejabat dan orang kaya. Mereka diberlakukan atau diberikan jalur khusus disbanding dengan anak yang berada pada kalangan ekonomi menengah ke bawah. Para anak pejabat atau anak konglomerat diberlakukan spesial bisa memilih jalur pendidikan yang mereka inginkan tanpa berbagai macam aturan dan persyaratan untu menempuh pendidikan. Ini sama halnya pada zaman Kolonial, anak-anak priyayi bisa menikmati pendidikan dengan perlakuan khusus dibandigkan anak-anak pada kalangan ekonomi ke bawah dan juga anak rakyat biasa.

Dunia pendidikan dari zaman Kolonial sampai di era modern ini banyak mengalami perubahan pesat seiring perubahan zaman yang semakin canggih. Segala aturan dan tujuan pendidikan perlahan mulai berubah dimulai saat Ki Hajar Dewantara hadir dan mendirikaan Taman Siswa. Anak-anak bisa menikmati pendidikan dan pengajaran yang awalnya masih terbatas pada zaman colonial yang perlahan berubah seiring perubahan zaman. Anak-anak sudah bebas dan merdeka dalam pendidikan dan pengajaran. Mereka bisa belajar dengan tenang dan bahagia yang kelak diharapkan bisa mandiri dan memilih jalan hidupnya denga pekerjaan yang mereka minati. Anak-anak sekarang bisa belajar dengan berbagai fasiitas yang disiapkan oleh pemerintah tanpa tekanan dan pembatasan. Dengan istilah yang sekarang kita kenal dengan "Merdeka Belajar".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat bermanfaat sekali bun,kilas balik pendidikan tempo dulu dengan pendidikan sekarang,salam literasi...

25 Oct
Balas

Ulasan keren Bunda. Izin tanya nm kcl KHD apa bkn Suwardi Suryaningrat? Krn di ulasan tertls Suwardi Suryadiningrat. Trmksh & mhn mf

25 Oct
Balas

Terimakasih telah berbagi Bun.

19 Apr
Balas

Kereen bu

25 Oct
Balas

ulasan yang menarik bu

19 Apr
Balas

terima kasih pak

19 Apr

Mantaapp Bu. Jadi tahu betapa perjuanganKHD dalam mencerdaskan bangsa dan memperjuangkan kemerdekaan bukan hanya merdeka dari penjajahan tapi merdeka dalam mengenyam pendidikan.

19 Apr
Balas

terima kasih ibu untuk penguatannya, semoga ke depannya bisa lebih baiklagi dalam karya tulis.

19 Apr

Sama-sama ibu. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan.

19 Apr
Balas



search

New Post