Sungguh sebuah ironi ketika kita menengok sejenak realita yang terjadi di negari tercinta ini. Berbagai tindak kriminal khususnya pada anak menjadi konsumsi berita di media sosial. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dilansir oleh Kompas.com, selama pandemi terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak, baik verbal maupun fisik. Dari data KPAI menunjukkan, kekerasan verbal mencapi 62%, sementara kekerasan fisik 11%.

Diduga terjadi karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal senada disampaikan oleh Retno, pada acara

Webinar "Rangkul Keluarga Cegah Kekerasan" pada hari Rabu, 22 Juli 2020, menyatakan bahwa

“Kekerasan verbal memang paling banyak, karena ini pun dari pengakuan anak di media sosialnya,”

Menyikapi hal tersebut, sekolah pusat pendidikan sebagai harus membangun paradigma baru dalam mendidik anak untuk menciptakan generasi tanpa kekerasan, menumbuhkan kepedulian orang dewasa serta memenuhi hak dan melindungi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Dalam hal ini, guru ditantang untuk lebih bijak dan cermat dalam memilih tindakan dalam mendidik anak di sekolah. Melindungi anak-anak dari kekerasan juga merupakan bagian dari upaya mendidik. Memang tidak mudah menghadapi anak yang hidup di era digital. Mereka adalah generasi yang diberi nama generasi Z atau generasi millenial, yang memiliki karakteristik pengguna berat handphone. Dari hasil survey, mereka menghabiskan waktunya lebih dari 3 jam sehari di perangkat selulernya.

Selain sekolah, yang tak kalah pentingnya adalah keluarga. Peran keluarga sangat menentukan dalam pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan benteng pertahanan pertama sekaligus utama dalam hal membentuk karakter anak. Keluarga pulalah yang madrasah pertama dan utama bagi seorang anak. Mereka dibentuk seperti apa didikan yang diinginkan orang tuanya. Membentuk karakter bukan hanya pada membentuk anak agar cerdas secara intelektual, tetapi hal sangat penting, bagaimana membentukbkecerdasan emosional dan spiritual sehingga akan melahirkan generasi emas.

Beberapa pandangan Al-quran tentang anak:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al kahfi : 46).

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Attaghobun : 15)

Amanah yang harus ditunaikan dengan memberikan hak dan kewajiban anak, memberi nama yang baik, makanan yang halal dan toyyib. Berupaya menjadikan anak sebagai zurriyat (keturunan), dan menjadi qurrota a’yun (penyejuk mata).

Penting bagi kita orang tua untuk selalu berdoa agar dianugerahi keturunan yang baik. Jangan sampai anak menjadi musuh bagi orang tuanya.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu adalah musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. ”(QS. 64:14)

Tanggungjawab orang tua untuk membekali anak dari memiliki akhlaq, intelektualitas, terlebih spiritual yang baik. Salah satu doa yang dapat diamalkan yakni:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء

Artinya: “Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengabulkan do’a.” (QS. Ali Imran:38)

Mari menjadikan peringatan Hari Anak Nasional ini sebagai momentum untuk menggugah kesadaran, kepedulian, dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat agar anak-anak tumbuh dan berkembang secara maksimal. Anak adalah aset bangsa yang harus dipelihara dan dilindungi.

Selamat Hari Anak Nasional!

Kota Daeng, 23 Juli 2020

#MenulisituIbadah

#Tagur_180Hari

#Hari_94