Duduk manis di dalam perut burung besi lebih dari dua jam akan terasa lama jika tidak dibarengi aktivitas lain. Bagiku ini momen yang tepat mengetik di note, bila kedua bola mata tidak memberi isyarat untuk disembunyikan. Menghimpun ide yang terserak dan belum sempat digoreskan, atau sekadar menuangkan apa yang terlintas dalam benak.

Jika konsentrasi terasa mulai menurun, ujung jari telunjuk menari di layar _touchsreen_ yang ada di depan kursi memantau posisi pesawat. Sesekali melempar pandangan ke luar jendela, menyaksikan pemandangan yang membuat batin akan berdecak kagum akan kekuasaan ilahi. Mencoba merenungkan ayat yang sangat familiar dibaca pada saat sholat, Qs Ali Imran:190-191.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Orang yang berakal, menggunakan logika yang sehat dalam konteks ayat ini disebut sebagai ulil al baab. Yakni mereka yang hati maupun lisannya senantiasa berzikir mengagungkan kekuasaan Allah pada setiap waktu dan keadaan. Akalnya digunakan untuk berpikir mentadabburi keindahan ciptaan-Nya.

Bukan mereka yang hanya mengingat Allah di kala pesawat yang membawanya terbang keluar masuk dalam gumpalan awan tebal dan mengalami turbulensi.

#Muhasabahdirisendiri

#Menulisituibadah

#Tangguh_30

#Hari_1