Ir Masta Iriani Br Ginting.M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Abu Kena Hujan Kena

Abu Kena Hujan Kena

Abu Kena Hujan Kena

Oleh : Masta Iriani Br Ginting,M.Pd.

( Pengawas SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara )

Perjalanan antara Medan dan desa kelahiran suami saya dikaki Gunung Sinabung sangat melelahkan, yang membuat saya enggan untuk berangkat, tetapi kami harus berangkat karena ada perayaan “Kerja Tahun” di desa Siabang-abang, tepatnya di kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Kerja Tahun merupakan perayaan rutin yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat suku Karo. Konon, perayaan kerja tahun tersebut dilaksanakan setelah kegiatan menanam padi selesai dilakukan. Perayaan tersebut dimaksudkan sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta agar tanaman padi tersebut diberkati jadi bebas hama, dan panen yang dihasilkan berlimpah.

Perjalanan menuju desa Siabang-abang memakan waktu kurang lebih 3 jam. Kenapa “kurang-lebih” 3 jam? Karena jika memakai jalan pintas dari Berastagi hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 jam, dan jika melalui kabanjahe membutukan waktu lebih dari 3 jam disebabkan oleh kemacetan di daerah Pasar Buah.

Perjalanan kami memakai jalan pintas yaitu melalui Berastagi dengan kecepatan 40 Km/jam . Setelah kami melewati berastagi dan sampai di desa Simpang Empat di kaki Sinabung, perasaan saya tenang kenapa tidak melihat pemandangan yang sangat indah, sambil menghirup udara yang segar dan bersih jauh dari hiruk pikuk perkotaan..

Disepanjang jalan kami melihat tanaman kubis yang hijau, kentang, wartel yang masih kecil, tanaman jeruk yang sudah mulai menua, ketika mata saya tertuju pada sisi Timur Gunung Sinabung, betapa hati saya teriris melihat sebagian dinding Sinabung yang sudah botak tak ditumbuhi oleh tumbuhan hanya terlihat batu-batuan, tetapi sebaliknya didinding yang lain masih ada semak-semak yang menutupinya walaupun masih ada pepohonan yang hidupnya sekarat.

Asyik-asyiknya saya memandang tiba-tiba terjadi erupsi yang tingginya kira-kira 100 m, saya berteriak “meletus meletus, ayo berheni, kita foto”, sambil mengeluarkan handphone dan mencoba mengambil foto dari mobil, tetapi selalu gagal karena di halangi oleh mobil, pohon dan rumah penduduk..

Setelah berhenti saya dan keluarga masing-masing mengambil foto sinabung saat memuntahkan laharnya, sungguh pemandangan yang spektakuler mengapa tidak, karena kita dapat melihat peristiwa alam secara langsung.

Saya dan keluarga tetap meneruskan perjalanan dengan menaikkan sedikit kecepatan, takut kalau abu vulkanik dapat menghambat perjalanan kami ketika saya melihat penduduk setempat, mereka tetap tenang menjalankan aktivitas tak menghiraukan letusan sinabung.

Saya bertanya kepada suami saya, kenapa penduduk tetap tenang, padahal, abu vulkanik sudah berhembus ke desanya. “Yah sudah biasa” kata suami saya, “mau apa lagi?, kemana harus pergi?”, katanya lebih lanjut

Saya menatap jauh kedepan pikiran saya berkecambuk, penduduk sekitar gunung sinabung sudah pasrah, kalau datang abu terima saja, mudah-mudahan turun hujan biar tercuci abu yang ada di daunan, sekitar jalan raya dan atap rumah, tapi kalau turun hujan, resikonya datang lahar dingin, serba salah, abu salah hujan salah seperti filmnya Dono,Kasino dan Indro “Maju Kena Mundur Kena”,

Kisah perjalanan 25 juni 2017 melewati tepian kaki Gunung Sinabung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengalaman yang luar biasa bu. Keren.

13 Jul
Balas

Benar benar spektakuler Ibu....

13 Jul
Balas

Makasih bu Prapti

13 Jul

subhanallah bisa menyaksikan erupsi .....tapi selalu waspada ya Bu Masta,

15 Jul
Balas

makasih pak, salam sukses

13 Jul
Balas

Ok ibu, kita tidak tahu kapan berhentinya erupsi, yg pasti terus berjaga jaga mks ibu sukses selalu

15 Jul
Balas

Bagaimanapun tetap akrab dengan alam. Sebuah apresiasi yang informatif. Salam.

13 Jul
Balas



search

New Post