Antara Luar dan Dalam
Antara Luar dan Dalam
Oleh : Masta Iriani Br Ginting,M.Pd.
( Pengawas SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara )
“ Bukan Lautan Hanya Kolam Susu, Kail dan Jala Cukup Menghidupimu”. Itulah satu syair lagu yang dikumandangkan Koes Plus, ketika saya melewati pasar yang menjual alat elektronik menuju pasar buah yang berada di jl. Setia budi Medan.
Lagu tersebut mengingatkan saya pada Indonesia Negara Agraris, yang begitu indah dan menawan dengan tanah yang subur dan lautan yang indah nankaya. Kenapa tidak tanaman singkong, ubi jalar, jagung, padi dan tanaman sayuran sangat baik tumbuh di bumi pertiwi yang indah ini.
Bukan tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan saja tapi perkebunannya juga dapat menghasilkan, seperti karet, kakau, kelapa sawit, kopi dan sebagainya.
Lautan juga tidak mau ketinggalan dengan hasil laut seperti ikan yang merupakan sumber protein serta rumput laut yang memiliki banyak kegunaan seperti bahan untuk kosmetik dan makanan.
Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa swasembada pangan, khususnya komoditas beras, pada saat era presiden Soeharto, Namun di sisi lain, Indonesia kerap mengimpor bahan pangan dari negara-negara lain.
Saya merasa bangga dengan Indonesia, tapi ada kebiasaan saya yang kurang baik, jika pulang kerja saya selalu singgah di pasar buah untuk membeli buah-buahan, maklum usia kepala lima disarankan banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, ketika saya melewati tempat penjualan jeruk, saya melihat orang berkumpul sedang sibuk memilih-milih buah jeruk, “ada apa ya” kata hati saya lalu saya menghampiri para pembeli dan ikutan memilih,
Lalu saya menanyakan kepada ibu-ibu sebelah saya “berapa sekilo bu”. kata saya , lalu dia menunjukkan pada sehelai kertas yang bertuliskan “delapan belas ribu rupiah,” ooo kata saya sambil mengangguk ngangguk, dan tidak berhenti disitu lalu saya bertanya kembali “dari mana jeruknya?” kata saya dia menunjukkan kertas yang menempel di kulit jeruk yang bertuliskan tulisan Cina.
Saya terus melangkah untuk mencari buah yang lagi diskon, maklum ibu- ibu paling suka membeli yang diskon- diskon, tidak saja pakaian, makananpun dicari diskon.
Ketika mata saya tertuju pada setumpuk jeruk yang berwarna hijau kekuning-kuningan dan berpenampilan yang kurang menarik, tidak seperti jeruk yang sudah saya beli tadi berwarna orange terang menambah selera untuk memakannya. Ketika saya membaca kertas di dinding atas jeruk tersebut “dua puluh lima ribu rupiah”, “jeruk berastagi”.
Pemandangan yang sangat ironis mengapa tidak jeruk yang lokal lebih mahal dari jeruk impor, kalau keadan ini berkelanjutan maka petani kita akan mengalami kerugian kata hati saya, lalu saya mengambil satu kilogram untuk membandingkan rasanya.
Dan tatkala saya makan rasanya tak jauh berbeda, bedanya kandungan airnya lebih banyak yang lokal dari pada yang luar, segarnya juga lebih segar yang jeruk dalam negeri, manisnya, yah lebih manis sedikit yang jeruk luar lalu kenapa harga lebih tinggi jeruk dalam negeri dari pada jeruk luar negeri?, sedangkan biaya transportasi dalam negeri dan luar negeri jelas lebih tinggi luar negeri
Marilah kita jaga dan cintai hasil bumi kita
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya suka himbauannya bu Masta, "Marilah kita jaga dan cintai hasil bumi kita"
Mks pak Yudha, salam suk
Mantap, bu
Makasih salam sukses juga
Mks bu
Padahal buah lokal banyak yang unik dan lezat ya, Bu??
Ya bu, salam sukses
Berbahagialah nikmat Tuhan yang melimpah. materi Inspiratif bu. yang Sadarkan kita semua. Salam sukses slalu.