Ir Masta Iriani Br Ginting.M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mutiara Diantara ilalang

Mutiara diantara ilalang

Oleh : Masta Iriani Br Ginting,M.Pd.

( Pengawas SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara )

Pada saat saya mengajar di Pematang Raya daerah simalungun tahun 1993 pasaran jahe gajah ( Zingiber officinale ) mengalami penurunan harga, dikarenakan produksi jahe yang meningkat sehingga daya tampung di eksportir berlebih padahal pada saat itu jahe bukan hanya dipasarkan didalam negeri saja tapi diekspor keberbagai Negara.

Akibat harga yang menurun petani enggan menanam jahe dikarenakan Hasil panen tidak dapat menutupi biaya produksi oleh sebab itu sebagian petani kerap tidak memanen hasilnya malah membiarkan, hingga membusuk di lahan.

Ketika saya melangkah dari rumah menuju sekolah, saya melewati kedai kopi di depan sudut perumnas yang saya tempati ,kok sepi kata hatiku sambil terus melangkah, ketika sampai di jalan raya dekat kedai kopi itu saya bertemu dengan pemilik kedai kopi yang sedikit lesu. Ketika saya mau menyapa lebih dulu pemilik kedai kopi menyapa saya katanya “sekolah bu?’ spontan saya jawab “’ya inang”, saya memanggil dia inang karena suaminya marga saragih sama dengan marga saya ginting. “Kok sepi” kata saya, lalu dijawabnya “yah beginilah kalau pasaran jahe sepi orang pada minum kurang”

Memang biasanya kedai kopi ini sangat ramai dikarenakan tempat berkumpul antara agen jahe dan petani jahe yang akan memasarkan hasil panennya, namun dikarenakan pasaran jahe menurun, para agen kurang bergairah dan petani merasa lesu sehingga enggan ke kedai kopi.

Saya bertanya kepada inang itu’ apa sebabnya pasaran lesu nang?” inang itu menjawab “ menurut agen pengiriman dihentikan karena banyak jahe yang busuk” saya tersentak ketika bunyi klekson bus Sinar Tani sudah mendekati tempat saya menunggu angkutan. Sayapun menyetop angkutan tersebut sambil berkata kepada inang pemilik kedai kopi ”nanti kita sambung ya nang”

Di sepanjang jalan saya berpikir “apa penyebab jahe busuk” saya sebagai guru hama penyakit tanaman harus tanggap terhadap situasi yang demikian agar pelaksanaan proses belajar mengajar yang menganut program relevansi yakni prinsip keterkaitan dan kesepadanan (“Link and Match”) antara program pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dan dunia usaha dapat berjalan dengan optimal

Saya sebagai tenaga pengajar di sekolah pertanian pematang raya merasa terpanggil, karena setiap saya mengajar saya mengingatkan siswa harus pandai membaca situasi jangan hanya pandai menanam tapi tak pandai memasarkan.

Dengan bekal itulah saya mengajak siswa memanfaatkan peluang yaitu membeli bibit jahe dengan harga semurah- murahnya, maklum selama kami praktek bibit jahe tidak bisa terbeli dengan skala yang besar.

Dengan berprinsip kepada Pengantar ilmu ekonomi yang dipelajari dimasa kuliah yaitu hukum permintaan ( The Law of Demand ) jika semakin banyak jumlah barang yang tersedia maka harga akan mangkin rendah dan sebaliknya semakin sedikit jumlah barang maka harga semakin tinggi, berbekal hukum permintaan, kami mulai menanam jahe gajah.

Dengan ilmu hama dan penyakit yang siswa terapkan, mulailah memotong rimpang jahe dengan pisau yang steril yang akan di jadikan bibit, setiap bibit memiliki 2-3 bakal mata tunas yang akan di tanam lalu di rendam dengan bakterisida dan fungisida agar tidak terkena penyakit.

Setelah bertunas ditanam ke lahan yang sudah diolah dan diberi pupuk organic dalam hal ini kami gunakan pupuk kandang yang dibeli dari peternakan sapi yang ada di daerah pematang raya.

Berkelanjutan dengan pemeliharaan. Seiring dengan waktu lahan jahe yang seluas 1000 m2 sudah berumur 7 bulan dan sungguh sangat luar biasa rimpangnya sudah kelihatan besar ada yang memanjang,ada melingkar. Wah sungguh pemandangan yang menarik.

Ketika itu datang seorang agen jahe yang menawar ingin membeli jahe tersebut, saya mengatakan belum sampai umurnya, dia terus mendesak katanya saya beli Rp1000/kg. Pada saat itu harga paling mahal Rp 800 /kg,saya tetap bertahan belum bisa di panen karena saya merasa beratnyapun belum maksimum. Selama sebulan banyak agen jahe yang datang untuk menawar jahe tersebut

Tantangan yang kita ubah menjadi peluang dengan membaca situasi menghasilkan keuntungan yang luar biasa sehingga jahe yang kami tanam menjadi primadona agen jahe dan dapat kami jual dengan Rp 1200/kg.

Mutiara ditengah ilalang kiasan yang menjadi kenyataan bagi sekolah dan siswa yang pandai membaca situasi mengubah tantangan jadi peluang.

Kenangan mengajar yang menarik bagi saya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bu. Bukan cuma mengajar rupanya, ternyata ibu juga suka berbisnis. Hebat.

30 Jun
Balas

Ibu cerdas membaca situasi, luar biasa...

01 Jul
Balas

SMK bisa... pak Yudha

30 Jun
Balas



search

New Post