Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Peribahasa ini menjelaskan bahwa kita harus dapat beradaptasi dengan adat dan kebiasaan di mana kita berada.

Salah satu adat atau budaya di tempat kami adalah adanya budaya ngelemang atau memasak lemang sehari sebelum pesta adat atau nayuh diselenggarakan. Memanggang lemang dilakukan oleh khagah atau bapak-bapak. Lemang yaitu makanan yang terbuat dari beras ketan yang diberi bumbu dan santan dan dimasukkan ke dalam bambu. Memasaknya dengan cara memanggangnya di depan api.

Ketika bapak-bapak membuat lemang ibu-ibu nyelimpok yaitu membuat selimpok. Selumpok yaitu penganan yang dibungkus daun. Selimpok yang dibuat pada hari ngelemang biasanya adalah selimpok apam atau selimpok ranyat.

Selimpok ranyat terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur gula merah semacam adonan dodol tetapi dimasaknya dengan cara dikukus. Sedangkan selimpok apam terbuat dari tepung beras yang dicapur dengan gula merah, air dan ragi. Adonannya disimpan dulu semalaman supaya mengembang, baru besok paginya dibungkus dengan daun kemudian dikukus.

Baik memanggang lemang maupun membuat selimpok dilakukan bersama-sama oleh para undangan yang umumnya adalah tetangga sekampung dan keluarga besar dahibul hajat. Kegiatan ini menunjukkan adat yang menjunjung sikap kekeluargaan dan gotong royong untuk mendukung suksesnya acara yang akan diadakan oleh sahibul hajat.

Liwa 11 Juni 2021

Tagur, 11