Pagi tadi dapat kabar duka, Pak Masran teman baik Paksu meninggal dunia. "Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun", spontan kalimat istirja terucap dari mulut ini. Saya langsung terbayang dengan Bu Yunida istri almarhum dan anak-anaknya. Saya ikut merasakan kesedihan yang tentu sedang dirasakan oleh mereka.

Pak Masran adalah Kepala Sekolah SMPN 3 Liwa, menggantikan Paksu yang pindah ke SMPN 1 Liwa. Sedangkan istrinya adalah kepala sekolah SD. Ketiga putra-putri almarhum adalah murid saya sewaktu di SMP. Bahkan anaknys yang ragil sampai sekarang masih menjadi anak didik saya. Sayapun cukup kenal baik dengan almsrhum dan istrinya. Jadi sudah sewajarnya kalau saya turut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh istri dan anak-anaknya.

Kepergian Pak Masran bisa dikatakan mendadak karena sehari sebelumnya beliau masih pergi ke sekolah ysng dipimpinnya dan pulang sekitar pukul tiga sore. Sepulang dari sekolah beliau pergi menengok kebunnya. Di kebun beliau merasakan sakit perut dan meminta kepada tukang kebunnya untuk menyampaikan kepada keluarganya supaya dijemput dari kebun. Menjelang magrib adeknya menjemput beliau dan langsung melarikannya ke rumah sakit umum dan sampai di rumah sakit sekitar pukul tujuh malam. Setelah mendapatkan penanganan di rumah sakit beliau tampak sehat dan bisa berkomunikasi lancar dengan keluarganya.

Tanpa diduga pagi-pagi tiba-tiba beliau mengeluhkan sakit di bagian dadanya dan akhirnya menghembuskan napas sekitar pukul enam pagi. Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun, selamat jalan Pak Masran, semoga husnul khotimah dan keluarga yang ditinggal ikhlas dan tabah.

Setiap kabar duka yang kita terima menjadi pengingat kepada kita bahwasanya ajal sudah pasti adanya. Kedatangannya bisa kapan saja dan dimana saja. Bermuhasabah diri apakah diri ini sudah mempunyai cukup bekal ketika sang malakal maut menjemput. Semoga ketika saat itu tiba kita berada dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.