Irni Wulandari

Saya lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 14 Juni 1975, dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari orang tua yang keduanya adalah guru. Karen...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jangan Jadi Generasi "Bagai Kerbau dicocok Hidung"

Tahun ini kembali berkesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan Perpustakaan Keliling di kantorku, LPMP DKI Jakarta. Saat pertama kali ditawari dan diajak oleh tim pusling, rasanya senang sekali. Membayangkan suka citanya anak-anak SD menyambut kami sudah membuat saya bersemangat. Betapa tidak, kegiatan seperti ini menjadi salah satu “hiburan” bagi saya yang seringkali tenggelam dalam tugas rutin kantor.

Kali ini kami berkunjung ke SD Negeri Semper Barat 13 di Jakarta Utara. Lokasi yang cukup jauh dari kantor, bahkan saya rasanya belum pernah ke daerah itu. Saat tiba di sana, pihak sekolah menyambut kami dengan baik dan antusias, sehingga perjalanan cukup jauh terasa ringan apalagi membayangkan keceriaan anak-anak yang sudah menunggu dari pagi. Dan... benar saja, saat kami masuk kelas, anak-anak telah duduk dengan rapih siap mengikuti kegiatan pusling bersama kami.

Kegiatan perpustakaan keliling yang dilakukan oleh LPMP DKI Jakarta adalah salah satu program untuk mendukung gerakan literasi yang telah dicangkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan sejak beberapa tahun lalu. Berbagai kegiatan kami lakukan bersama anak-anak SD, mulai dari mendongeng, membaca dan diselingi permainan yang tentunya sangat menyenangkan.

Dalam kunjungan kali ini, kami mengawali kegiatan dengan perkenalan, dilanjutkan dengan mendongeng tentang Kampung Kelinci yang sarat akan nilai-nilai positif bagi anak-anak. Seperti biasa, kegiatan mendongeng diakhiri dengan kegiatan menceritakan kembali oleh anak-anak. Ada hal menarik saat mengamati anak-anak tampil bercerita dan bermain peran. Rata-rata anak-anak terlihat malu untuk tampil dan berekspresi. Biasanya perlu pemberian motivasi dan semangat agar mereka berani maju dan berekspresi. Saat diminta bercerita, ada yang lancar menyampaikan setiap kisah dalam cerita yang tadi didengarkan, namun rata-rata anak yang berani maju, masih kesulitan memilih kata dan menceritakan kembali. Hal ini lah yang menjadi perhatian bagi saya. Anak-anak ternyata belum terbiasa untuk merangkai kata menjadi sebuah cerita yang bermakna, dengan kata lain belum terasahnya kecerdasan berbahasa yang mungkin belum banyak dilatih oleh orang tua maupun guru di sekolah. Anak-anak sudah terbiasa diajarkan untuk menjadi pendengar namun belum dibiasakan untuk mengekspresikannya menjadi bahasa lisan. Apabila hal ini berlanjut sampai dewasa, maka jangan heran jika nantinya pun akan menjadi pribadi yang hanya mampu mendengar tanpa berani bersuara mengekspresikan pendapatnya sendiri. Dan akhirnya peribahasa “Bagai Kerbau Dicocok Hidung” akan menjadi satu karakter yang kurang baik, bahkan bisa menjadi penghambat untuk kemajuan bangsa ke depan. Karena itulah, karakter berani berpendapat dan mengeluarkan ekspresi pikirannya harus dilatih sejak usia dini, dimulai dari keluarga dengan pendidikan demokratisnya sampai sekolah dengan pembelajaran yang mengedepankan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik, sehingga anak terbiasa untuk berani berbicara, berpendapat menyampaikan perasaan dan idenya. Semoga dengan pembiasaan yang baik akan membentuk pribadi, manusia Indonesia yang berani menyuarakan idenya, berpendapat dan berekspresi yang tentunya tetap dilandasi oleh akhlak yang santun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post