irti mahmud

Seorang ibu dari 4 anak sekaligus guru madrasah di Kabupaten Semarang yang berkeinginan untuk menjadikan dunia tulis menulis sebagai bagian indah dari hidupnya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dari Juli ke Juni (Bagian 6) (Tantangan Gurusiana Menulis #26)
Salahkah jika kita jatuh cinta?

Dari Juli ke Juni (Bagian 6) (Tantangan Gurusiana Menulis #26)

Februari, 11

Pelataran Aula SMA Merah Putih tampak meriah. Rangkaian balon-balon warna pink, dusty, dan putih menghiasi pintu masuknya. Beberapa siswa yang berkalung tanda ‘panitia’ mengenakan kemeja dan gamis senada. Putih dan pink. Semua tampak ceria, cantik, dan ganteng.

Hari ini ada acara khusus persembahan dari anak-anak kerohanian Islam. Talk show dalam rangka mengisi bulan Februari yang sering dijadikan uji nyali pernyataan cinta. Anak-anak Rohis sepertinya ingin menawarkan bahwa masih ada cinta yang lain, yang lebih indah dari cinta biasa. Tema yang diambil pun cukup unik, kemerdekaan cinta. Kabarnya pembicaranya juga istimewa. Alumni dari SMA Merah Putih yang masih muda tapi mendunia. Namanya Elang Dirgantara. Usianya baru 22 tahun dan tengah menempuh pendidikan S2 di Australia. Kebetulan saat ini lagi liburan pulang ke Indonesia.

Jingga yang tengah mengisi daftar hadir peserta acara membetulkan lagi letak topi rajutnya yang melorot. Ia memang belum terbiasa berjilbab. Dan topi rajut itu selain sebagai pemanis juga berfungsi untuk membantu agar jibabnya tidak lari ke sana ke mari. Hari ini ia tampak makin cantik dengan blouse warna pink yang dipadukan dengan celana jeans. Yah, sebenarnya siapapun tahu kalau Jingga memang cantik. Hanya kadang ia terlalu cuek dengan kecantikannya.

Jingga hadir bersama teman sebangkunya, Lena. Sama seperti Jingga, Lena juga memilih perpaduan warna pink pada gamis dan kerudungnya. Atau mereka telah bersepakat menyesuaikan dengan tema acara? Biasanya kan perempuan suka ribet banget dengan hal-hal demikian. Khawatir salah kostum, barangkali. Tapi yang jelas, semua sepakat bahwa hari ini rata-rata peserta perempuan yang hadir tampak cantik dan manis.

Dari barisan peserta putra yang tengah antre mengisi daftar hadir, diam-diam Setya mengamati Jingga dan Lena. Memang cantik.

“Jaga mata!” mendadak sebuah tangan menghalangi pandangannya.

Setya menoleh kaget. Resnu menggerakkan alis tebalnya. “Liat apa, lo? Dosa tau.”

Setya ngakak. “Katanya pandangan yang pertama itu boleh. Yang berikutnya baru bujukan syaitan.”

“Itu jika sedetik. Bukan setengah jam!”

“Iyakah?” Setya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Detik berikutnya ia mengambil jatah snack dari panitia, lalu mengikuti langkah Resnu ke tempat duduk yang masih kosong. Bangku paling depan. Sepertinya acara rohis kali ini cukup sukses. Banyak sekali peserta yang hadir. Aula yang biasanya tampak longgar itu terasa penuh.

Beberapa saat kemudian MC mengumumkan bahwa pembicara sudah hadir dan acara akan segera dimulai. Semua menatap ke arah pintu samping bagian depan. Penasaran dengan sosok pembicara yang kata MMT publikasinya ‘akan bikin meleleh hati kalian’ itu.

Menit berikutnya, suara tepuk tangan meriah mengiringi kehadiran Elang Dirgantara yang melambai kepada semua peserta. Ia juga tersenyum ramah kepada seluruh peserta. Setelan jas yang menutupi hem putih yang bersahaja itu melekat pas di tubuh semampainya. Betul-betul sosok yang sempurna. Peserta bagian putri bahkan tak malu-malu memotret dengan hapenya. Apakah hati mereka benar-benar telah meleleh oleh sosok yang mirip boy band asal negeri Ginseng itu?

Begitulah. Aula SMA Merah Putih hari itu menorehkan sejarah. Anak-anak yang biasanya berseragam abu-abu putih itu diajak untuk mengenal cinta luar biasa, yang lebih indah dari serita cinta remaja SMA. Elang, dengan bahasa penuturannya yang ringan, mengajak peserta untuk mengenal kisah para sahabat Rasulullah yang berprestasi di usia muda. Tentang Aisyah r.a yang menjadi ahli hukum fiqih perempuan pada usia belasan tahun. Tentang Usamah bin Zaid panglima perang melawan Romawi pada usia 18 tahun. Imam Syafi’i yang menjadi mufti pada usia 15 tahun dan telah hafal al Qur’an pada usia 7 tahun. Umar bin Abdul Aziz yang menjadi gubernur pada usia 22 tahun. Muhammad al Fatih menjadi sultan pada usia 22 tahun dan berhasil menaklukkan kekuasaan Konstantinopel pada usia 24 tahun. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pemuda Islam yang dikisahkan Elang.

Semua itu tidak lain karena kecintaannya kepada Islam. Seluruh hidup dan waktunya dipersembahkan untuk kejaayaan Islam. Hingga tak sempat bagi mereka untuk berfoya-foya pada masa remaja. Sebab sejatinya tugas manusia sejak zaman Nabi Adam sampai sekarang sama: menjadi hamba dan sekaligus wakil-Nya di dunia. Sebagaimana tujuan akhirnya, yaitu surga atau neraka. Jika nabi dan para sahabat rela menebus surga dengan perjuangan mereka yang luar biasa, pantaskah kita yang belum melakukan apa-apa ini berandai-andai akan kebagian surga? Pantaskah kita, yang lebih sering sibuk mengobral cinta pada sesama ini berharap surga yang sama dengan mereka?

“Jadi, siapa di antara kalian yang pernah jatuh cinta?” tanya Elang dalam salah satu sesi tanya jawabnya. Awalnya ada beberapa tangan yang tunjuk jari. Lalu bertambah lagi dan bertambah lagi.

“Saya bahkan saat ini sedang jatuh cinta, Kak!” kata salah satu peserta yang disambut meriah seluruh peserta.

Elang tersenyum tanpa dosa. Sudah biasa digombalin begitu. Resiko jadi cowok tamfan, katanya tadi di awal ketika perkenalan. “Boleh saja jatuh cinta,” katanya datar. “Hanya saja, kita harus memahami dengan betul batasan-batasan jatuh cinta. Biar cinta kita tidak salah arah. Sebab cinta yang salah arah, alih-alih mendatangkan kebahagiaan, justru akan mendatangkan kesengsaraan. Mau mengenal batasan-batasan cinta yang lebih jelas?”

“Mauu…” serempak peserta menjawab.

Elang mengangkat jempolnya. Ia lalu berjalan ke arah kursi peserta. “Siapa yang menghadirkan cinta di hati kita?” tanyanya pada Resnu yang kebetulan duduk paling dekat dengannya.

“Allah.” Jawab Resnu mantap.

“Bagus!” Elang mengangkat jempolnya. “Allah yang telah menghadirkan cinta untuk kita. Dari mana? Dari semua hal yang telah secara sempurna Dia ciptakan untuk kita. Gunung yang menjulang, lautan yang dalam, langit yang membentang, warna warni keindahan alam, semua Dia ciptakan untuk kita, manusia. Melalui mata kita untuk melihat, telinga untuk mendengar, tangan untuk meraba, hidung untuk membau, juga hati untuk merenungkan semuanya.”

“Bahkan tidak usah jauh-jauh berjalan. Coba perhatikan pada penciptaan diri kita. bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya? Sepasang mata kita yang dinaungi alis, lubang hidung kita yang menghadap ke bawah dan bukan ke atas. Telinga di kanan dan kiri. Mulut yang satu saja jumlahnya. Semua dengan fungsinya masing-masing. Tidak ada yang tumpang tindih melainkan saling melengkapi. Apalagi organ-organ dalam tubuh kita yang begitu rumit dan saling kait mengkait. Siapa yang bisa menjamin bahwa jantung kita akan terus berdetak sampai esok hari? Siapa yang bisa memastikan bahwa panjang usus halus kita tidak saling membelit dengan limpa, pankreas, dan hati? Apakah kita sendiri?”

“Jawabnya: sudah tentu bukan! Apa daya kita terhadap segala hal yang luar biasa itu? Apa kuasa kita untuk memastikan bahwa semua organ tubuh berfungsi seperti yang seharusnya? Bagaimana jika tiba-tiba Allah mengambilnya dari kita? Bahkan untuk mengusir lalat yang mencuri makanan kita pun kadang kita tak mampu. Lalu masihkah kita layak untuk sombong dengan mengatakan bahwa cinta telah bersemi di hati kita? Kemudian menggebu-gebu mengatakan bahwa jatuh cinta adalah hak segala bangsa?”

“Please, teman-teman, coba kita renungkan lagi sekarang! Tidak malukah kita jika terus-terusan merajakan nafsu yang menyesatkan kita? Pantaskah kita berulang kali melalaikan sujud kepada-Nya? Mau ditaruh di mana muka kita jika acap kali menerjang larangan-Nya atas nama cinta? Apakah kita masih belum yakin bahwa semua sudah dalam pengaturan-Nya yang Maha Sempurna? Ketika Allah menyuruh kita untuk menjaga pandangan, pasti ada maksudnya. Ketika Allah melarang kita memakan yang haram, pastilah untuk kebaikan kita. Pun ketika Allah menyuruh kita untuk menjaga hati, pastilah banyak hikmah yang akan dihadirkan untuk kita. Lalu apa yang harus kita lakukan manakala jatuh hati?”

Seluruh peserta diam, saling pandang sejenak. Bahkan perempuan-perempuan yang tadi tanpa malu-malu mengambil foto pun tertunduk bisu.

“Jawabnya mudah, teman-teman. Yaitu iringi dia dengan banyak berzikir kepada-Nya. Sibukkan hati dengan banyak aktivitas yang bermanfaat. Jika biasanya guru memberikan 5 soal PR untuk kita kerjakan, maka mintalah pada guru untuk memberikan 10 PR lagi. Jika biasanya kita piket dengan menyapu kelas, cobalah untuk menyapu lapangan upacara, ha ha. Pendeknya, jangan biarkan waktu kita kosong tanpa kegiatan. Karena hal itu akan mengundang celah bagi syaitan untuk mengajak kita berangan-angan. Kata Opik, obat hati itu ada lima perkara. Teman-teman tahu lagunya?”

“Tahu…” para peserta menjawab kompak.

“Mari kita bersama menyanyikannya..”

Maka mengalunlah lagu “Tombo Ati” di seantero aula SMA Merah Putih. Elang bertindak sebagai konduktor. Lima belas menit kemudian, Elang pun mohon diri untuk menutup sesi talk show-nya. Tepuk tangan yang lebih meriah mengiringi kepergian Elang Dirgantara dari area panggung nuansa merah jambu itu. Menyisakan serpih cinta yang tak bertuan, dari hati-hati yang meleleh karena kesalahpahaman.

Jingga enggan beranjak dari duduknya. Ada sepenggal potongan cinta tak berwujud yang diam-diam ia kubur di sudut hatinya. Ia bersyukur, rasa itu tak sempat berkembang biak dan membutakan mata hatinya. Sebelum terlambat, ia ingin menghadirkan cinta yang lain, cinta yang mampu mengantarkannya ke surga dan bukan menipunya di dunia..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salut untuk Jingga... sukses selalu bunda... Barokallahu fiik...

09 Feb
Balas

Wafiiki barakallah.. terimakasih dukungannya, ibuk..

09 Feb
Balas

Jingga dapat hidayah nih ..

11 Feb
Balas

Iya, mau hijrah katanya hehe

15 Feb



search

New Post