irti mahmud

Seorang ibu dari 4 anak sekaligus guru madrasah di Kabupaten Semarang yang berkeinginan untuk menjadikan dunia tulis menulis sebagai bagian indah dari hidupnya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Motivasi sang Pengantin  (Tantangan Menulis Gurusiana #27)

Motivasi sang Pengantin (Tantangan Menulis Gurusiana #27)

Tengaran, 10 Februari 2020

Hari Senin ini ada tamu istimewa di madrasah kami. Mereka adalah dr. Salma Karimah dan sang suami Wahid Hasyi, M. Eng. Keduanya adalah pengantin baru yang menikah di tanggal cantik 02022020 yang lalu. Sengaja kami hadirkan di madrasah untuk memberikan motivasi kepada anak-anak kami siswa kelas VI yang akan menempuh ujian madrasah pada pertengahan April nanti.

Ujian sekolah/madrasah memang sudah diputuskan untuk ditiadakan tahun ini. Namun di tempat kami, Kabupaten Semarang, diambil kebijakan bahwa tahun ini adalah tahun terakhir pelaksaan ujian sekolah/madrasah. Sedangkan Ujian Satuan Pendidikan (USP) insya Allah akan dimulai tahun depan agar persiapan lebih matang.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap sekolah/madrasah pasti ingin memperoleh hasil yang maksimal dalam nilai ujian. Meskipun kita tahu bahwa nilai akademis bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang di masa datang, namun kami menekankan kepada anak-anak kelas VI, bahwa dengan nilai ujian yang bagus, maka setidakya hal itu akan menjadi persembahan kado yang indah bagi ayah dan ibu.

Nah, untuk itulah kami mengundang pembicara muda untuk memotivasi anak-anak kelas VI, bahwa sukses dan berpestasi itu bukan sesuatu yang mustahil. Siapapun berhak dan bisa meraihnya. Dalam kegiatan yang dikemas dengan dialog santai dan ringan ini, mbak Salma dan mas Wahid menyampaikan beberapa kiat untuk meraih kesuksesan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesungguhan

Tidak ada keberhasilan yang begitu saja seolah jatuh dari langit. Keberhasilan pasti membutuhkan kesungguhan dan kerja keras. Begitu pula dengan sukses ujian, ia bukan sesuatu yang bisa diraih dengan instan, melainkan butuh proses untuk menyiapkannya. Kesungguhan dalam proses itulah salah satunya.

2. Komitmen

Maksudnya di sini adalah janji dan tanggung jawab untuk menjalani rangkaian proses ujian dengan sebaik-baiknya. Di antaranya adalah dengan belajar sebagaimana yang seharusnya. Bukan berarti anak-anak kelas VI tidak boleh nge-game atau bermain, akan tetapi yang penting adalah adil dalam menggunakan waktu-waktunya. Ada saatnya bermain, ada saatnya istirahat, ada saatnya belajar, ada saatnya mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Semua itu hendaknya dijalani dengan senang tanpa keterpaksaan. “Nikmati saja prosesnya,” demikian kata mbak Salma.

3. Berdoa

Ini termasuk kata kunci dalam setiap kegiatan manusia, termasuk ketika akan menempuh ujian. Ia bukanlah pelengkap kegiatan, namun sebaliknya doa adalah inti dari kegiatan itu sendiri. Sebab sebagai manusia beriman, kita yakin bahwa tanpa ridlo dan restu-Nya maka semua yang kita rencanakan bisa saja berakhir sia-sia. Di sinilah pentingnya doa, sebagai bentuk dari kepasrahan dan tawakal kita kepada-Nya.

4. Jujur

Karakter ini salah satu yang amat penting dalam mencapai sukses ujian. “Sebab kita ingin sukses kita bukan hanya di dunia, tapi sukses sampai di akhirat,” kata mas Wahid. “Buat apa mengukir kesuksesan dunia tetapi gagal di akhirat? Buat apa pintar tapi jadi koruptor? Buat apa kaya tapi hasil menipu? Jangan sampai kita tertipu dengan hal-hal seperti itu. Oleh karena itu, mari berjanji untuk selalu jujur dalam semua sisi, mulai dari sekarang hingga akhir nanti.”

5. Menjaga salat

Salat adalah ibadah pokok yang mudah bagi seorang muslim. Tidak memerlukan banyak biaya seperti haji, atau mengalami banyak tantangan seperti puasa. Jika ibadah yang mudah dan sederhana saja gampang ditinggalkan, bagaimana dengan ibadah yang lain? Mbak Salma dan mas Wahid mengingatkan bahwa menjadi cerdas dan pintar itu penting, tetapi menjadi salih dan salihah itu jauh lebih penting. Kesalihan ini pula yang justru akan menjadi penolong bagi kedua orangtua kita di dunia sampai di akhirat. Sebab anak-anak salih yang senantiasa berdoa bagi kedua orangtuanya akan menjadi bagian dari amal jariyah yang tak putus pahalanya.

Demikianlah mbak Salma dan mas Wahid mengakhiri dialog sederhana tapi manis siang ini. Mereka menyampaikan kiat sukses ujian sekaligus membagikan pengalaman mereka belajar sampai akhirnya menjadi seperti sekarang. Mbak Salma adalah alumni kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sementara mas Wahid adalah alumni S2 dari program enginering di Australia. Semoga kesuksesan itu menular juga kepada anak-anak kami di kelas VI. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiinn.... Semoga murid2nya dapat beasiswa dr ausie jg y bu..

10 Feb
Balas

Aamiin...syukran, cik gu..

11 Feb

Salutttttt....

11 Feb
Balas

11 Feb

:)

11 Feb



search

New Post