irti mahmud

Seorang ibu dari 4 anak sekaligus guru madrasah di Kabupaten Semarang yang berkeinginan untuk menjadikan dunia tulis menulis sebagai bagian indah dari hidupnya...

Selengkapnya
Navigasi Web

Prokrastinasi, Penyakit Apakah Itu? (Tantangan Menulis Gurusiana #24)

Hari ini hampir seharian hujan di tempat tinggal saya. Cuaca sedikit muram ini seolah memberi pembenaran atas ide menulis yang tak segera muncul di kepala saya. Memang beginikah nasib penulis pemula seperti saya? Menulis baru akan lancar jika diri, hati, dan suasana mendukung. Kelihatan sekali bedanya dengan para penulis senior. Bagi para penulis senior, kejadian apapun bisa melahirkan sebuah tulisan. Bagi para penulis senior, menulis itu, ya, tinggal menulis saja. Tidak perlu duduk menyengaja untuk menuangkan tulisan. Begitukah?

Saya tersenyum kecil, karena terlalu sering membayangkan jika suatu hari nanti menjadi penulis sungguhan. Bagaimana rasanya? Berapa banyak ide yang melintas dalam sehari? Apakah terus menerus seperti hujan yang turun hari ini?

Baiklah karena saya sedang menunggu munculnya ide untuk menulis, maka saya memaksa diri untuk membaca-baca buku. Atau tepatnya membuka-buka gawai saya. Biasanya saya sering membuat catatan kecil jika menemukan sesuatu yang unik atau menarik dari gawai ini. Nah, kali ini saya menemukan catatan yang cukup menggelitik: tentang prokrastinasi. Anda pernah mendengarnya? Syukurlah jika sudah mengenalnya. Berarti tingkat literat Anda akan saya acungi tiga jempol sekaligus (dengan meminjam punya tetangga, he he). Bagi Anda yang belum familier dengan prokrastinasi, berikut penjelasannya.

Prokrastinasi (aduh, menulisnya saja bagi saya masih suka salah) adalah suatu kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau tugas. Bagaimana? Anda familier dengan pengertiannya, kan? Itu sih, saya banget. Nah, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Australia dan Jerman, menyebutkan bahwa tindakan prokrastinasi itu sebagai sebuah bentuk kegagalan pengaturan diri. Ih, serem ndak, sih?

Untuk mengenali seberapa akut kebiasaan buruk ini melancarkan godaannya, mari kita kenali gejala-gejalanya.

1. Merasa masih banyak waktu untuk mengerjakan tugas.

Siapa yang pernah merasa demikian? Jika menerima tugas yang pertama kali terlintas adalah menanyakan, ‘deadline nya kapan, ya?’ Hi hi hi, ini adalah gejala pertama dari prokrastinasi. Jadi, masih mau dilanjut atau diputus saja?

2. Merasa hanya sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Perasaan ini sering menipu kita. Istilah lainnya adalah kita terlalu percaya diri dengan kemampuan kita. Atau setali tiga uang dengan kebiasaan untuk menyepelekan tugas yang diberikan kepada kita.

3. Merasa lebih bersemangat ketika mengerjakan esok hari, pekan depan, bulan depan, atau waktu tertentu.

Nah, ini tingkat yang semakin parah. Menurutnya tugas akan semakin mudah dikerjakan pada masa yang akan datang. The power of kepekso menjadi senjata utamanya. Mengapa? Memang tidak sedikit orang yang merasa potensi luar biasanya akan berhamburan pada saat yang sangat genting, yaitu menjelang deadline. Akan tetapi, tidak semestinya jika hal ini menjadi kebiasaan kita. Sesekali boleh, asal jangan keterusan. Nanti jadi penyakit, katanya.

4. Tugas makin sempurna jika dikerjakan ketika ingin mengerjakan.

Gejala keempat ini sepertinya menandakan betapa belum baiknya manajemen diri kita. Coba kita sedikit menengok cerita orang-orang sukses. Disiplin adalah kunci utama kesuksesan. Demikian rata-rata yang mereka sampaikan. Disiplin ini bisa dimulai dari hal yang kecil. Misalnya menentukan menulis setiap hari, selama 30 menit, pada jam sekian. Jika belum ada ide untuk menulis, maka tetap gunakan waktu itu untuk melakukan kegiatan yang ada hubungannya dengan menulis. Misanya membaca karya penulis lain, atau sekedar membuat kerangka karangan dari ide-ide yang kita miliki.

5. Pengerjaan tugas tidak akan optimal ketika berada dalam mood yang kurang baik (senang menunggu mood).

Ini dia barangkali yang sering menjadi titik permasalahannya. Menunggu saat. Saya jadi ingat sebuah tulisan yang pernah saya baca: “Jangan suka merajakan perasaan, sebab ia suka jahat pada kita, jika kita jadikan raja.” Maksudnya kurang lebih adalah kita baru akan bekerja jika suasana hati mendukung. Lalu bagaimana jika seharian merasa muram seperti saya tadi? Gawat, tentu saja. Soalnya nanti harus memulai lagi dari hari pertama. Ha ha ha.

Teman-teman yang baik hatinya, itulah sedikit yang mampu saya tuliskan di penghujung hari ini. Hujan masih mengiringi di luar sana. Semoga mampu mengingatkan pada diri saya sendiri tentang pentingnya disiplin. Semoga juga menginspirasi Anda semuanya. Salam hangat dari penulis pemula…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aku termasuk diantaranya...

07 Feb
Balas

Hooh, Bu. Kita senasib wkwk..Ayo berubah...#power rangers

07 Feb

Mantap, Bun. Ga ada ide tapi sudah jadi tulisan. Mudahmudahan saya bisa.

08 Feb
Balas

The power of kepepet, bun...masih saudara sama the power of kepekso..hihihiayok pokoknya maksa nulis terus...

08 Feb

Tulis aja apa yg mau kita tulis..Akhirnya akan mengalir seperti air kran..Idenya keluar...Deras mengalir...Tulisan ibu juga bagus...Lanjut bu...?

07 Feb
Balas

Terimakasih, Bu. Memotivasi sekali...

07 Feb



search

New Post