KURANGNYA PENGETAHUN DAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENULIS SEBUAH BUKU

Bagiku menulis itu ibarat berbicara sendiri , dengan di temani oleh sebuah pena dan sehelai kertas, kalau cuman di bayangkan sekilas itu mudah, tapi ketika saya mempunyai banyak ide dan gagasan yang spontan terucap itu menurut saya sangat indah bahkan saya ingin menulisnya di sehelai kertas ,tapi setelah saya mengambil sehelai kertas saya tidak tau apa yang ingin saya tulis ? kemana ide brilian saya tadi ? seakan hilang seketika. Saya tidak tau harus memulai menulisnya dari mana .

Pada akhirnya saya terdiam dan tidak melanjutkan untuk menulis, di sisi lain yang membuat saya tidak suka menulis saya malu ketika tulisan saya di baca oleh setiap orang ,mungkin mereka akan menertawakan tulisan saya yang jelek dan mereka tidak terhibur dengan tulisan saya, itu hanya akan jadi bahan tertawaaan bagi pembaca saja . karena bagi saya dengan keterbatasan kempuan saya dalam menulis dan menyusun kata – kata yang indah sehingga menjadi kalimat yang bagus itu sangatlah susah apalagi saya harus membuat sebuah artikel / karya tulis yang baik itu sangatlah susah. Sesorang harus memiliki banyak ide /gagasan yang sangat kereatif sehingga menjadi sebuah karya tulis atau sebuah artikel.

Jadi menurut saya menulis itu tidak bisa kita belajar serta merta, harus ada pelatihan khusus, apalagi menjadi penulis yang hebat dan kreatif yang karya tulisannya di gemari oleh setiap orang itu yang ada dalam pikiran saya ketika tidak bisa menulis, menjadi seorang penulis buku itu mustahil bagi saya.Beruntunglah saya mempunya kepala sekolah saya selalu memotivasi saya untuk menulis sebuah buku , dan tidak menyurutkan langkah saya ketika melihat 4 buku yang telah di tulis kawan saya di sekolah ketika pelatihan Sagusabu di Takengon , pelatihan yang mereka ikuti selama 4 hari bisa membuat sebuah buku yang luar biasa sehingga saya berkeinginan untuk mengikuti pelatihan Sagusabu.

Penulis adalah peserta Sagusabu Bireuen