BAHASA IBULAH YANG MEMBENTUK RASA, EMOSI, NALAR, DAN ETIKA KITA SEJAK DINI

Hari Bahasa Ibu Internasional yang ditetapkan oleh UNESCO setiap tanggal 21 Februari dianggap penting karena dapat menjadi tonggak kesadaran suatu bangsa untuk menjaga bahasa ibunya. Sangat penting mengingat banyak bahasa lokal di dunia yang mulai punah. Diperkirakan sekitar 3.000 bahasa lokal akan punah di akhir abad ini. Hanya separuh dari jumlah bahasa yang dituturkan oleh penduduk dunia saat ini yang masih akan eksis tahun 2100

Ajakan UNESCO untuk mengampanyekan bahasa ibu untuk pembelajaran terutama di kelas-kelas Paud. Meskipun ini sulit dilakukan di perkotaan, namun di pedesaan bisa menjadi salah satu jalan keluar, menurut survei PISA. kemampuan nalar siswa yang selama ini daya nalar kritis siswa masih rendah

Bahasa daerah tetap lestari manakala masih digunakan oleh penuturnya. Itu artinya bahasa tersebut masih memiliki sifat adaptif terhadap perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Demi mewujudkan harapan tersebut, Badan Bahasa saat ini menyusun langkah strategis untuk melindungi bahasa daerah dengan berfokus kepada upaya konservasi dan revitalisasi bahasa dan secara aktif melibatkan seluruh elemen masyarakat yang dapat melestarikan bahasa daerah.

Gurusiana.id mengadakan lomba menulis bulan februari 2022, gerakan menulis karya dalam bahasa daerah sebagai bentuk pengayaan literasi serta mengutamakan dan memanfaatkan media digital dengan pertimbangan media tersebut dekat dengan dunia anak muda yang diharapkan mampu berperan aktif dalam melestarikan bahasa daerah.

Penggunaan bahasa ibu adalah bentuk diseminasi kebudayaan dengan keberagamannya. Bahasa ibu adalah sebuah aset pencapaian dalam bidang pendidikan. Tidak hanya itu, bahasa ibu tidak hanya sebagai alat pendidikan tetapi juga sarana pendidikan dalam mempertahankan bangsa.

Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dalam menjaga bahasa daerah. Kita jaga bahasa daerah kita melalui apapun medianya karena keberagaman adalah bentuk kekayaan budaya. Sangat memprihatinkan jika ada satu bahasa yang punah. Inovasi dan kreativitas tidak hanya dari pemerintah,semua lini masyarakat. Kunci belajar sastra dan budaya adalah di bahasa

Pelestarian aksara daerah melalui teknologi. Hal ini dilandasi terhadap aksara yang mulai kurang diperhatikan. Padahal aksara adalah sarana untuk menjaga bahasa daerah. Berbagai pihak mengumpulkan aksara melalui riset literatur dan belum terjun langsung untuk mencari aksara tersebut ke berbagai daerah karena keterbatasan biaya.

Banyak bahasa yang terancam punah terjadi karena rendahnya sikap positif anak muda terhadap bahasa daerah. Melalui lomba menulis di gurusiana.id ini maka kita turut berupaya melestarikan bahasa daerah lewat karya dan berbagai produk yang memperkenalkan kata-kata arkais dari bahasa yang sudah tidak dikenal masyarakat. Harapannya masyarakat akan lebih mengenal kearifan dan nilai-nilai di dalamnya yang sekarang mulai pudar.

Mari kita mengajak generasi muda untuk tidak malu berbahasa daerah dan tidak melupakan bahasa ibu meski sudah banyak mengenal bahasa lain. Selain itu, marilah kita mengajak generasi muda untuk membuat karya dalam bahasa daerah di berbagai platform media social.