BAJU LEBARAN
Part-1
#TantanganGurusiana hari ke-59
Matahari sebentar lagi akan turun, hilang ke dalam semak belukar di sekitar areal tambang. Seperti kemarin, matahari hari ini menyisakan rasa panas yang memedihkan kulit. Maklumlah,ketika kemarau seperti saat ini, panas matahari seakan meningkat menjadi beberapa kali lipat daripada panas matahari pada hari-hari biasa. Sinar panas matahari menimbulkan rasa panas tebakar pada permukaan kulit para penambang tradisional. Selang beberapa hari rasa panas itu akan hilang. Kulit mulai mengelupas membuat permukaannya membentuk butiran-butiran kecil bagai sisa kotoran yang sebentar lagi terlepas dari kulit yang ditempelinya. Hanya beberapa pekan akhirnya berubah menjadi kehitam-hitaman.
Keadaan yang serba tak menyenangkan itu bukan tidak dirasakan Farhan. Bagi penambang kecil seperti dia, melimbang seharian di bawah terik matahari merupakan hal yang biasa. Maklumlah, melimbang menjadi pekerjaan yang terpaksa mereka lakukan. Paling tidak ada harapan yang selalu mereka simpan di dalam hati mereka, agar hasil bekerja pada hari ini setidaknya dapat membuat asap dapur di rumah tetap mengepul. Selebihnya, uang yang di dapat dari kerja keras ini dapat dipakai buat memenuhi kebutuhan lainnya. Tentu saja yang paling banyak dan yang paling sering dijadikan alasan adalah keperluan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak. Bagi orang kecil seperti Farhan, slogan sekolah gratis nyatanya belum benar-benar dapat rasakan. Belum ada realisasi serius dari pihak sekolah. Alasan klasik yang biasa diberikan sekolah adalah banyaknya kebutuhan sekolah yang belum teranggarkan oleh anggaran yang disediakan pemerintah. Sekolah tak banyak pilihan. Satu-satunya cara mengatasinya adalah dengan mengharapkan bantuan dari dari orang tua atau wali peserta didik.
Farhan menghempaskan ujung cangkulnya ke permukaan tanah. Ujung cangkul yang tajam menghujam ke dalam bumi. Tangkai cangkul didorongnya ke depan. Permukaan tanah tempat ujung cangkul yang terhunjam terungkit, lalu tanah itu pun terbongkar. Dengan sisa tenaga yang masih ada, Farhan menarik gumpalan tanah bercamur pasir itu dengang ujung cangkul. Tanah itu dilemparkannya ke samping pada tumpukan tanah yang sebelumnya ia cangkuli.
Pekerjaan mencangkul dan membongkar tanah ini dilakukannya berulang-ulang. Semua dilakukannya hampir tanpa dihalangi oleh hujan atau teriknya matahari. Bagi orang-orang yang nasibnya seperti Farhan, hujan atau panas bukanlah alangan untuk mencari nafkah atau bermalas-malasan. Justru yang paling mereka khawatirkan adalah bila jatuh sakit. Kalau hal ini terjadi, otomatis mereka tidak bisa bekerja. Ini berarti tidak bakal ada pasir timah yang dibawa pulang. Ini juga berarti menjadi ancaman bagi perut dan kebutuhan anak dan istrinya yang tidak bisa ditunda-tunda.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus bangetBesok pkai bju lbran farhan
Thanks Bu Des
Mantap. Besok paksi baju lebaran ya!
Mks Bu Sam..