Irwansyah Ismail

Saya guru yang sekarang aktif mengajar di SMA Negeri 1 Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meskipun senang membaca, tetapi soal tulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KUCING DI DALAM DRUM

KUCING DI DALAM DRUM

TantanganGurusiana hari ke-56

Bila Anda guru pemula atau guru yang baru mulai mengajar, jangan terlalu yakin bahwa semua akan serba well run saat memulai debut Anda di dunia “Umar Bakri.” Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah lama yang dulu pernah diajarkan oleh guru bahasa Indonesia kita saat kita masih bersekolah. Begitu pula dengan sekolah tempat kita mengajar, selalu ada riak, selalu ada dinamika. Bahkan, kadang muncul perasaan suka dan duka yang mungkin tak terbayangkan sedikit pun. Artinya, selalu saja ada persoalan yang akan kita hadapi dalam melaksanakan tugas mulia dalam mengurusi anak bangsa ini.

Persoalan yang saya maksud mungkin hanya persoalan sepele. Misalnya, mengurusi siswa yang sering terlambat datang ke sekolah dan siswa yang tidak membuat pekerjaan rumah. Ada pula siswa yang lebih suka masuk ke sekolah dengan cara melompati pagar daripada masuk dari pintu gerbang. Kadang tidak pernah jelas alasannya, mengapa anak-anak calon pemimpin bangsa ini lebih enjoy masuk ke areal sekolah dengan cara yang mustajab itu. Padahal, pintu utama sekolah sudah dibuat sebagus mungkin agar mereka bangga dapat melewati pintu gerbang kebanggaan dan tumpuan masa depan mereka yang gemilang.

Beragam bentuk ujian dan tantangan yang muncul saat kita mulai bergabung dalam komunitas sebuah sekolah. Tak peduli jenjang sekolah apa pun. Bahkan, belum ada pakar yang berani membuat kesimpulan jenjang sekolah yang mana yang dipandang lebih sulit untuk diurus , atau lebih muda untuk ditangani. Semua selalu bergantung dengan kondisi sekolah, latar belakang siswa yang bersekolah di situ, dan proses pembelajaran, bahkan dana pendidikan yang tersedia. Begitu pula dengan permasalahan yang muncul pun dapat terjadi secara berkelompok atau dapat pula dalam bentuk perseorangan.

Begitu beragamnya siswa sehingga seringkali membuat seorang guru tidak mampu mendeteksi sifat perilaku yang disengaja ataupun memang didasarkan dari sifat anak yang bersangkutan. Begitu pula dengan peristiwa yang kualami saat aku menjadi guru di sebuah sekolah menengah pertama, di daerah kecamatan, di tempat aku pernah bertugas.

Sebenarnya, aku bukanlah guru yang berdinas di tempat tersebut. Namun, karena SMP tersebut baru saja dibuka dan masih kekurangan guru, maka atas inisiatif kepala sekolah, beberapa guru SMA Negeri yang memang terletak tidak jauh dari SMP tersebut diminta ikut bergabung menjadi guru di sana.

Karena masih baru, di sekolah ini belum ada siswa kelas dua (sekarang kelas tujuh). Yang ada hanya siswa kelas satu. Semuanya ada tiga kelas. Ada lebih kurang empat pluuh siswa pada setiap kelasnya. Secara kebetulan, aku sendiri mendapat tugas mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris. Waktu itu, pelajaran bahasa Inggris merupakan pelajaran yang benar-benar baru diajarkan di kelas satu SMP.

Hari-hari awal, pelajaran diberikan dengan memperkenalkan bentuk-bentu ucapan salam dan tegur sapa yang biasa digunakan dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Kemudian pelajaran berlanjut dengan memperkenalkan simple vocabularies, yaitu kosa kata yang juga biasa digunakan atau biasa ada dekat di sekitar kita. Agar pengenalan kosa kata tersebut bermakna, maka diperkenalkan juga penggunaanya dalam bentuk kalimat-kalimat pendek dan serderhana.

Terus terang sebagai guru baru dan sebagai guru yang belum mumpuni dalam melaksanakan tugas, semuanya tidak berjalan mulus. Motivasi awal sudah selalu aku berikan. Aku beberkan penting dan manfaat belajar bahasa asing ini. Maklum, ini kan bahasa internasional. Begitulah, kurang lebih kalimat yang kupakai untuk meletupkan semangat mereka agar antusias mengikuti pelajaran bahasa Inggris yang memang asing bagai mereka. Tetapi, kondisi mereka sangat beragam. Tidak semuanya dari latar belakang yang biasa mendengar bahasa asing ini. Yang biasa mendengar bahasa asing ini pun, kebanyakan hanya karena kecanduan nonton film-film barat yang mereka lihat melalui televisi. Kalaupun ada orang asing yang sempat ke daerah kecamatan yang kecil ini pasti karena alasan sedang dalam urusan kerja. Hal ini tentu tak mungkin dapat dijadikan pengalaman untuk langsung berkomunikasi dengan orang-orang tersebut.

Pembelajaran harus berlangsung dengan interaktif dan komunikatif. Karena itu, setelah memberikan beberapa contoh, siswa secara bersama-sama atau secara bergiliran diminta untuk membuat kalimat sendiri. Mereka dapat membuat kalimat-kalimat baru dengan menggunakan kosa kata yang ada di dalam kamus atau kosa kata yang memang sudah mereka pelajari sebelumnya. Ada juga siswa yang diminta untuk melengkapi dan menerjemahkan kalimat yang dibuat oleh temannya.

Cara ini ternyata cukup ampuh untuk membuat suasana kelas menjadi hidup dan ramai. Beberapa orang siswa yang merasa sudah sangat menguasai beberapa kali megacung tangan untuk diberikan kesempatan menjawah soal-soal yang diberikan. Jadi, siswa secara bergiliran diminta membuat kalimat dengan kata tertentu, misanya kata book (buku), maka mereka membuat kalimat “This is a book”, The book is in on the table. Sementara siswa yang lain akan menerjemahkan kalimat tersebut menjadi “Ini buku”. “Buku ada di atas meja.” Demikian seterusnya.

Maklum saja, mereka baru saja meninggalkan bangku sekolah dasar. Sekarang mereka menjadi anak-anak SMP. Itu pun belum enam bulan menjadi siswa di sini. Harap maklum kalau pola pikir dan tingkah laku mereka belum sepenuhnya terbebas dari pola pikir anak-anak sekolah dasar. Karena itu, suara gaduh, keusilan, dan jawaban yang disampaikan selalu diiringi oleh suara riuh. Kadang-kadang muncul suara nyaris berteriak bercampur aduk dengan komentar atas jawaban siswa lainnya. Sungguh suasana pembelajaran yang hingar bingar. Tapi itu kupandang lebih baik untuk mengatasi rasa jenuh setelah belajar sejak pagi. Juga membangun antusias mereka menerima materi yang benar-benar baru ini.

Ternyata tidak semua siswa mengikuti dengan serius materi siang hari itu. Salah seorang siswa justru terlihat hanya memanfaatkan suasana ramai itu dengan mengganggu teman-temannya yang lain. Sesekali dia melemparkan gumpalan kertas. Pada kesempatan lain, ia hanya melipatkan kedua tangannya di atas meja. Lalu, meletakkan samping kepalanya di atas lipatan tangan tersebut. Saat jawaban soal menggema serempak, ia ikut-ikutan mejawab dengan suara yang keras tetapi tidak jelas arah jawabannya. Jawaban yang lebih terlihat sebagai jawaban ala kadarnya daripada jawaban sebenarnya.

Timbul ideku untuk menariknya kembali dalam aktivitas pembelajaran. Seperti siswa yang lain, dengan sengaja sebuah soal yang telah telah dibuat kulemparkan kepadanya untuk diterjemahkan. Betul juga, ternyata ia tak mampu menjawab dengan lancar. Padahal, kalimat itu sangat sederhana, The cat is in the room. Tidak ada jawaban. Dengan perasaan sedikit kesal, kucoba mendorongnya untuk menemukan jawaban yang tepat. Lalu dengan suara sedikit keras kukatakan, “Coba kamu terjemahkan kalimat The cat is in the room . . .. “. Dia diam, gugup, lalu mencoba menjawab, tetapi ada sepatah kata pun yang keluar. Dengan spontan kata awal kuterjemahkan sendiri, kucing ada di dalam? Ibarat ledakan tabung gas yang tak sedikit pun direncanakan, dengan suara keras, tiba-tiba ia melanjutkan kalimat itu dengan jawaban : “ . . . di dalam deruuuuuumm ....” Ledakan tawa seisi kelas tak dapat dibendung. Kebetulan saat itu bersamaan dengan bunyi bel sebagai tanda berakhirnya pelajaran pada hari itu.

Kejengkelaanku sirna. Setelah duduk di ruang guru dan pada saat bersiap-siap pulang baru aku teringat, kelas tersebut kutinggalkan tanpa doa akhir menutup pelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post