Sungguh ironis, bila ditemui seorang siswa madrasah yang punya kemampuan agama yang tinggi dan punya bakat yang hebat dalam pengembangan ilmu keagamaan, terjerat oleh pergaulan yang menyesatkan, seperi miras (minuman keras) atau menjadi Bandar narkotika.

Masyarakat menuding madrasah dengan pertanyaan-pertanyaan yang bernada menyalahkan pendidikan. Sampai dimana tingkat pemahamannya tentang potongan ayat-ayat qur’an yang dihafalnya tentang miras dan narkoba? Haruskan ini dekedar menja info public dan catatan kasus dimadrasah saja?

Sebagai guru madrasah kejadian diatas merupakan suatu pil pahit imbas dari suatu kegagalan dalam mendidik siswa untuk bermoral yang islami dan perlu dicarikan solusinya. Minimal untuk masa ke depan merupakan penekanan pada bahan ajar dan koreksi terhadap pola pembelajaran di madrasah.

Melalui pendekatan kontekstual (CTL) yang merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunya nyaata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Ernawati syafar : 2003) diharapkan dapat menjadikan solusi bagi guru madrasah untuk mencapai penglaman belajar siswa tentang minumuan keras dan narkoba sehingga siswa memperoleh pengalam baelajar yang baru.

Pengalaman belajar tidak hanya berupa materi protongan ayat yang menyangkut miras dan narkotika atau menjadi bahan hafalan dan anlisa kata demi kata dalam pembelajaran Alqur’an Hadits. Lebih jauh secara pendekatan konteksutal, diharapkan guru mengajarkan materi minuman yang memabukan dapat menggali pengalaman belajar siswa dari lingkungannya