Irwanto

Nama jawa, yang punya orang minang. Mengajar matematika, setiap hari mengarang. Irwanto, guru matematika asal Pariaman Sumatera Barat. Bagi saya masalah i...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ramadan Bulan yang Berkesan

Ramadan, Kebersamaan Yang Paling Berkesan

Datangnya Bulan Suci Ramadan, mengembalikan memori pada kenangan masa-masa kebersamaan. Kebersamaan dengan keluarga, sanak saudara, dan kawan-kawan sepermainan. Apalagi menjalaninya di daerah yang masih kental dengan tradisi dan cara-cara lama. Tentunya ada yang unik, yang bisa dikisahkan, sehingga menjadi warna membingkai cerita hingga berkesan. Mulai dari menyambut bulan Ramadan, banyak momen yang sayang untuk dilewatkan, sehingga pantaslah bulan ini disebut sebagai bulan yang sangat dimuliakan.

Sebelum memasuki Bulan Ramadan, ada yang mendatangi tempat pemandian yang dikenal dengan acara balimau, yang pada prinsipnya bermaksud untuk membersihkan diri sebelum menghadapi bulan suci.

Membersihkan diri, tidak hanya dengan membersihkan raga, tapi juga membersihkan jiwa dengan cara berkunjung ke rumah orang tua, karib kerabat, dan sanak saudara. Bagi perempuan yang baru menikah, diumur pernikahan yang belum cukup satu tahun, akan mendatangi rumah mertua, dikenal dengan istilah maantaan limau, membawa makanan sebagai buah tangan, bersilahturahmi demi khusuknya menjalankan ibadah di bulan Ramadan.

Tidak hanya karib kerabat yang dikunjungi. Menjelang bulan puasa, masyarakat yang berada dalam ikatan satu kaum, atau beberapa kaum, mendatangi lahan pekuburan leluhur yang sama, yang disebut juga dengan pandan pakuburan. Mereka bergotong royong membersihkan pusara, berziarah, dan ditutup dengan doa bersama.

Doa dipimpin oleh pemuka agama, yang dikenal dengan nama urang siak. Bersama-sama, tua dan muda, anak-anak dan orang dewasa, pria dan wanita, para suami dan para istri, duduk berbaris di tikar, menyantap hidangan yang dikenal dengan istilah makan bajamba. Momen ini, menghimbau para perantau untuk pulang kampong, berkumpul dengan sanak saudara.

Perantau selalu merindukan yang namanya pusaro dan makan bajamba. Bahkan ada yang sengaja pulang dari rantau untuk puasa pada hari pertama, yang diistilahkan dengan puaso tuo, berada di rumah orang tuangnya di kampung. Berkumpul dengan sanak saudara dari lain rantau, bersama-sama membersihkan rumah dan tanah warisan. Sambil mengobati rasa rindu, membahas permasalahan yang ada, bermusyawarah dan bermufakat dalam rumah orang tua yang disebut rumah tuo, rumah yang menjadi hak pakai bagi anak perempuan dan menjadi hak milik bagi anak laki-laki.

Seiring waktu yang terus berjalan, banyak cara dan kebiasaan mulai ditinggalkan. Kalaupun masih ada, tidak seindah yang lama, tidak semulia tahun-tahun sebelumnya, Sudah sepi dari kebersamaan dan kunjungan.

Gotong royong di pandan pakuburan kaum dan makan bajamba berjalan seadanya. Pusaro menyambut puasa hanya dilakukan sekelompok kecil orang dan doa bersama pun digelar seadanya. Dibandingkan dengan beberapa tahun belakangan ini, kebersamaan pada bulan Ramadan yang pernah meriah pada tahun-tahun sebelumnya hanya menjadi rindu dan warna dalam bingkai cerita, bagi orang-orang yang hidup pada masanya.

Pariaman, 29 Februari 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post