Secepat Ini Kau Berubah

Bagaikan disapu angin langksiau, semudah ini diriku kau campakkan. Dengan sengaja, kau hadir bersamanya pada acara kerukunan kita. Mempertontonankan kebahagianmu diatas kesedihanku.

Perlakuanmu, telah membuat aku menjadi tak berharga. Kau berhasil membuat aku terdiam, terhempas dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Secepat ini kah kau berubah?

Baru kemaren kau menangis meminta pengertianku. Memohon untuk melepaskankan segala bentuk ikatan. Kau katakana masih sayang, sementara kau pun mengatakan akan menolak segala bentuk perjodohan. Tapi hari ini, kau seakan tanpa beban, menunjukkan kepada semua orang, bahwa kau sudah punya gandengan. Secepat inikah kau beradaptasi dengan keadaan?

“Dia calon suamiku,” katamu memperkenalkannya padaku dan juga yang lainnya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Pastinya kamu tahu betapa pahit senyumku. Bahkan aku seperti mendapatkan mimpi yang tak berpihak kepadaku.

Tak mudah bagiku menerima perlakuanmu. Aku hanya bisa bercumbu dengan kegelapan. Kudengar gemuruh berbunyi risau, hantarkan kegalauan. Lamaaaa sekali. Entah kapan akan berhenti. Seperti perlakuanmu yang terus menerus membuat aku sakit hati. Kau seakan tidak pernah tau dengan perasaan hatiku.

Angin malam menampar wajahku. Senja pun mengalun meniti rasa rindu. Hari ini sudah kuputuskan, untuk menjauh darimu. Bukan karena aku benci, tetapi karena aku sedang melindungi diri dari pedihnya sayatan luka yang kau asami.

Aku tahu, ini adalah ujian dari Tuhanku.Tuhan yang menjanjikan sesuatu yang terbaik, namun tidak mudah kudapatkan dan tidak seperti membalik telapak tangan.

Biarlah untuk kali ini saja kutulis semua nestapa san kukubur duka dalam lara. Karena aku tak akan lagi bisa bersembunyi. Di padang tandus yang kini kau pagari.

Pariaman, 7 Juli 2023