Irwanto

Nama jawa, yang punya orang minang. Mengajar matematika, setiap hari mengarang. Irwanto, guru matematika asal Pariaman Sumatera Barat. Bagi saya masalah i...

Selengkapnya
Navigasi Web
Semakin Kumembenci
Tagur hari ke-1062

Semakin Kumembenci

Semakin Kumembencimu, Semakin Besar Rasa Sayangku

Irwanto

Tidak hanya dalam hati, berkali-kali kata “benci” itu keluar dari mulutku. Kata-kata itu kuteriakan sekuat tenaga. Sampai memantul pada dinding-dinding batu. Membuyarkan lamunan sekawanan burung yang tengah bertengger di dahan ranting kayu.

“Aku benci kamu, Ayu!”

Pandanganmu seketika berubah menjadi sayu. Kau tak lagi berharap setangkai bunga dari tanganku. Tanpa sapa dan tanpa tanda, kau ubah suasana hatiku menjadi gundah gulana.

Kau hadirkan lahar melelehkan duka beserta abu hitam pekat yang menyengat. Kau hancurkan jembatan harapan, beserta kabut asap yang semakin pekat. Kau memaksaku menghindar, agar aku tahu diri dengan segala kekuranganku ini.

Aku putus asa. Aku kecewa. Aku terhenyak, lelah tak berdaya. Persendianku pun lemah tak bertenaga.

“Apa salahku, Ayu?”

“Tidak ada yang salah, Bima,” jawabmu.

“Tapi mengapa kau setega ini?”

Pertanyaaanku hanya kau jawab dengan linangan air mata. Kau ingin tunjukan padaku bahwa kau pun tidak berdaya untuk menolaknya. Hatikupun ikut merasa iba.

Aku membencimu. Aku benci pada dirimu yang telah menina bobokkan jiwaku, hingga ragaku terkuras dalam dahaga. Bersama gerimis, kau jatuhkan ranting kayu di tanah basah. Kau buat aku berpacu dengan kerasnya hidup. Kau persembahkan pelangi, di saat hujan sudah berhenti, menghadirkan rindu pada masa-masa indah bersamamu.

Aku terluka. Lukaku menganga tepat diujung jantungku. Bagaimana aku akan menutupnya agar kering tak bersisa, sementara disetiap bagian luka, terus tersentuh oleh rasa?

Rasa yang berbaur antara benci dan sayang, bahkan semakin aku membencimu, semakin bertambah rasa sayangku.

“Aku bingung, Ayu! Apakah aku akan tetap memelihara kedua rasa itu?”

Dalam jiwa yang kini terpasung antara benci dan sayang, kurengkuh kehangatan dari kekakuan yang membuat tubuhku mengigil. Kucoba sirnakan rasa tercabik dalam runtuhan tahta menjadi puing. Mahkota akan teruntai dengan kilauan cahaya, hingga jubah cintaku berubah rona.

Kuabaikan pekatnya hitam, saat langit datang bersabda. Kuhibur diriku dengan harapan hampa. Kunikmati pedihnya rasa sakit yang mengiris dan pilunya hati antara benci dan sayang.

Biarlah semua menjadi berbeda. Sementara itu, aku tak akan berhenti padukan doa. Memohon kepada Yang Kuasa, agar segala ketakberdayaan, berubah menjadi kekuatan. Sampai rasa benci dan sayang yang berkesan, berpadu dalam bentuk keikhlasan.

Pariaman, 22 Desember 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post