Irwanto

Nama jawa, yang punya orang minang. Mengajar matematika, setiap hari mengarang. Irwanto, guru matematika asal Pariaman Sumatera Barat. Bagi saya masalah i...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak ada berangkat bareng lagi
Tagur hari ke-1384

Tak ada berangkat bareng lagi

Tahun Ini, Kita Tak Bareng Lagi

Irwanto

Kita bukan himpunan yang besar. Bukan pula merupakan perkumpulan yang illegal. Kita bagian dari komunitas, yang berdiri atas sebuah tujuan dan tumbuh bersama dalam kesepakatan. Di dunia maya kita berunding, berangkat bareng ke sebuah perhelatan.

Setelah sama-sama berada di ruang nyata, kita menikmati keseruan dengan bercengkrama. Mudah sekali bagi kita mengawali kebersaamaan. Di ruang tunggu anjungan bandara, kita saling bercerita. Tak peduli apakah diceritakan nyambung atau tidak, penting bagi yang lain atau tidak, pokoknya bercerita. Yang lain boleh menanggapi, memberi komentar, atau diam saja, kalau tidak suka.

Muka-muka yang mungkin saja pernah kusut, tertekan, banyak masalah, stress, depresi, marah, kecewa, terpukul, putus asa, cemas dan sebagainya, hilang seketika. Berubah menjadi muka-muka ceria, riang, berseri, dan berbunga-bunga. Sebentar lagi, kita akan berada dalam satu armada, yang membawa kita ke ibukota.

Menunggu jadwal keberangkatan, ada yang bercerita tentang pengalaman keseruan, yang lain ikut menimpalinya dengan mengait-ngaitkan lokasi yang dikenalnya. Ada pula yang mengabadikan moment kebersamaan melalui kamera gawainya, yang lain ikut serta menjadi model tanpa peduli pada kepantasan gaya. Yang penting bagi kita, ikut eksis dengan model sesuai selera.

Bermacam-macam fose gaya kita tampilkan. Ada yang kepalanya ditekuk, tangan dibentuk model pistol, bahu dimiringkan, senyum dikembangkan, mata disipitkan, dan gaya-gaya yang lain yang menambah percaya diri. Kita berusaha berpenampilan semanis mungkin.

Setelah melihat hasil bidikan, kita pun saling tertawa. Apalagi kalau bidikan itu sempat terkirim ke dunia maya. Tujuan kita bukan untuk memanas-manasi, tapi hanya untuk sekadar mengabarkan pada dunia, bahwa kita semua baik-baik saja. Pesan tersiratpun disampaikan pada panitia, bahwa rombongan sedang diperjalanan.

Ditengah keasikan, menikmati awal kebersaman, terdengar petugas bandara memberi pengumuman,” Diberitahukan kepada Penumpang Balam Airline dengan nomor penerbangan B7032 tujuan Jakarta, diharapkan masuk ke ruang tunggu karena pesawat anda sudah mendarat.”

Alhamdulillah, kita bersyukur karena pesawat tidak delay, alamat rancangan yang telah tersusun akan sesuai. Terhadap yang lain, aku pastikan jumlahnya, agar tidak ada yang kemana-mana. Saat memperhatikan anggota yang akan berangkat bareng, mataku tersita pada Yessi yang tiba-tiba saja berdiri, setelah mendengar pengumuman sambil mengangkat barang bawaan.

“Ngapain?” tanyaku

“Kita sudah di panggil, mamak!” jawab Yessi.

“Dipanggil kemana? Kita kan sudah berada di ruang tunggu,” kataku sambil mengintruksikan Yessi untuk tetap stay di kursinya semula.

“Duduk!” Tanpa bantahan Yessi pun mengikuti intruksiku.

“Kelompok SUN mana?” tanyaku lagi pada Yessi, karena Santi, Uki dan Nora tidak ada diantara kami

“Tu… “jawab Yessi dengan mengarahkan ujung bibirnya kearah Uki yang sedang berfhoto bersama kelompok SUN-nya. Mereka membelakangi bandara. Pastilah Uki mengambil pesawat yang sedang mendarat sebagai backgroundya.

“Sini, Mak! Anglenya sangat bagus sekali,“ kata Uki tanpa peduli pada aku yang sedang geram melihat ia selalu memanfaatkan moment kebersamaan, padahal sebentar lagi gate menuju pintu pesawat akan segera dibuka.

Melihat Uki sedang mengambil fhoto. Yessi langsung berlari dan diikuti oleh anggota yang lain.

“Aku yang dipanggil, kenapa mereka yang kesana,” gumamku.

Melihat tingkah semua anggota, aku hanya menggeleng-gelengkan. Senyumku mengembang ketika kuperhatikan betapa cerianya mereka semua. Sejenak, kuhilangkan rasa kesal dan sungkam, ikut fhoto bareng dengan mereka.

“Kita gate berapa, Mak” tanya Santi karena petugas bandara sudah membuka gate menuju pesawat.

“Ndak ada tertera. Yang penting nomor penerbanganya, Yuk kita jalan!” ajakku menuju gate 5.

“Pak ir, tolong!” kata Bu Hasna yang merasa tidak kuat membawa barang bawaannya.

“Berat sebelah Mamak!” kata Uki ikut langsung mengambil travel bagasiku dan menggantikanya dengan tas bawannya. Jadilah aku membawa dua barang bawaaan, kiri dan kanan, menuju bandara, sementara Uki dan yang lainnya tak henti-hentinya mengabadikan.

“Tinggalah dahulu BIM, kami semua permisi,” ucapku dalam doa menjelang pesawat tinggal landas menuju Jakarta tahun lalu yang merupakan tahun terkahir kebersamaan, karena tahun ini tak satupun diantara mereka yang bisa berangkat sama-sama.

Pariaman, 4 November 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

04 Nov
Balas



search

New Post