Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bahasa Jawa Krama (2)

Tantangan Hari Ke-162, #TantanganGurusiana

.

Sementara itu, bahasa krama yaitu bahasa yang memiliki tingkat santun yang paling tinggi. Bahasa ini digunakan dengan tujuan untuk memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada lawan bicaranya. Bahasa krama dibagi menjadi krama lugu dan krama alus atau krama inggil. Jika bahasa krama lugu tersusun dari kata-kata krama yang dicampur dengan sedikit kata-kata ngoko, maka bahasa krama inggil adalah bahasa yang tersusun dari kata-kata krama semua dicampur dengan bahasa krama inggil. Lebih jelasnya, bahasa ini tersusun atas kata-kata yang memiliki tingkat penghormatan paling tinggi. Bahasa semacam ini sudah sangat jarang terdengar, kecuali di keraton-keraton Jawa (Yogyakarta dan Surakarta, misalnya).

Penyebutan bahasa krama di sini akan ditangkap sebagai bahasa krama inggil oleh masyarakat. Setiap kali membicarakan mengenai bahasa krama, hal pertama yang terpikir oleh otak masyarakat adalah bahasa krama inggil. Mereka tidak peduli kepada keberadaan jenis bahasa krama lugu, basa madya, basa krama desa, basa kedhaton, ataupun krama inggil. Namun demikian, mereka tetap mengatakan bahwa bahasa krama yang dimaksud adalah krama inggil meskipun bahasa krama yang lebih sering digunakan pada zaman sekarang adalah bahasa krama lugu.

Jadi, bahasa krama yang akan dibicarakan di sini yaitu bahasa krama yang dianggap sebagai bahasa krama inggil oleh masyarakat (yang sebenarnya adalah bahasa krama lugu) yang merupakan bahasa campuran antara bahasa ngoko dan bahasa krama. Bahasa semacam inilah yang kini sedang marak digunakan dalam masyarakat. Para remaja dan dewasa menggunakan bahasa semacam ini kepada orang-orang yang lebih tua, karena memang bahasa campuran seperti inilah yang biasa mereka pelajari dari orangtuanya dan bisa mereka terapkan. Padahal, tingkat kesantunan atau tingkat penghormatannya masih berada pada tataran sedang, berada di bawah tingkat kesopanan bahasa krama inggil. Untuk berbicara kepada orang yang lebih tua seharusnya perlu digunakan bahasa yang lebih tinggi lagi tingkatan santunnya, yaitu bahasa krama inggil.

Bahasa krama inggil sedang krisis pada masa ini, bahkan sebagian besar orang tidak mengenal dan jarang menggunakannya. Bahasa ini kini memang masih terdengar di lingkup keraton, namun tidak di masyarakat umum. Orangtua berlomba-lomba agar anak-anaknya dapat berbahasa krama dengan baik dan benar, sementara mereka sendiri tidak mampu mengajarkannya. Selain itu, tidak banyak tempat kursus bahasa Jawa bila dibandingkan dengan menjamurnya tempat-tempat kursus bahasa asing. Karena itulah, bahasa krama inggil bisa dikatakan terletak pada ambang pintu kepunahan.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post