Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bilqis (3)

Tantangan Hari Ke-242, #TantanganGurusiana

.

Setahun setelah itu, orang tua Bilqis membawa kedua anaknya kembali ke kota besar. Mereka tetap bekerja pada salah satu pabrik industri. Namun, tak berapa lama kemudian, lagi-lagi Bilqis mengalami sakit dengan gejala yang sama: pernapasannya terganggu. Saat dibawa ke rumah sakit, sang dokter kembali mengatakan hal yang sama. Bilqis harus tinggal di tempat yang jauh dari asap pabrik atau kendaraan, daerah pedesaan atau lereng gunung dalah pilihan yang tepat.

Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya mama Bilqis setuju untuk pulang kampung. Mereka boyongan ke kampung ayah Bilqis. Saat itulah, warga kampung terhenyak dengan kedatangan mama Bilqis. Bukan, bukan karena ia kembali untuk tinggal kedua kalinya di kampung itu. Namun, mengapa ia datang ke rumah mertua tanpa suaminya? Pikiran itulah yang timbul dalam benak orang kampung.

Ternyata, si ayah Bilqis sudah menikah lagi dengan orang lain. Ia sudah muak dengan kehidupan kampung, mengurus kedua orang tua yang sakit-sakitan, ditambah anak yang tidak diharapkan kehadirannya. Ya, setelah memiliki anak sulung berjenis kelamin perempuan, ayah Bilqis berharap istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki setelahnya. Namun, apa mau dikata. Lahirlah bayi perempuan itu: Bilqis,

Semenjak kelahiran Bilqis, ayahnya selalu marah-marah. Bahkan, ayah Bilqis pernah merencanakan untuk memberikan si kecil Bilqis kepada orang lain. Bilqis benar-benar anak yang tidak diharapkannya. Mama Bilqis hanya bisa menangis saat mengingat kejadian itu. Si kecil Bilqis? Ia tak pernah tahu bahwa ayahnya tak mengharapkannya. Sejak tinggal di kampung ayahnya, ia selalu merindukan ayahnya.

“Ma, kok ayah Bilqis nggak ada di rumah?” tanya Bilqis polos.

“Ayah Bilqis kerja jauh, belum bisa pulang. Toh, di sini Bilqis kan sudah punya Pakde, Budhe, dan tetangga yang lain,” jelas mamanya.

Setiap memandang temannya berangkat ke sekolah dengan diantar ayahnya, Bilqis selalu merasa iri. Ia tak pernah merasakan hal yang sama. Karena itulah, ia selalu berusaha mencari perhatian kepada orang lain, kepada ayah atau ibuku, misalnya. Ia juga sering “mengganggu” tetanggaku yang lain. Wajah polosnya selalu membuat tetanggaku kasihan dan sungguh sayang kepadanya. Semua orang selalu memandangnya dengan perasaan trenyuh yang bergelora di dada, tanpa bisa mengucapkannya. Ah, Bilqis… Bilqis… malang sekali nasibmu.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post