
Bom Atom Hiroshima
Tantangan Hari Ke-95, #TantanganGurusiana
.
“PR kalian untuk hari ini, silakan pelajari pengaruh pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu terhadap peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ya,” kata Bu Silvi.
“Iya, Bu,” jawab siswa kelas VI-Alfa serempak.
“Baiklah, pelajaran Sejarah berakhir di sini untuk pertemuan kali ini. Sampai jumpa minggu depan. Assalamualaikum,” ujar Bu Silvi sambil beranjak pergi meninggalkan kelas.
Saat siswa-siswi di kelas VI-Alfa menjawab salam Bu Silvi, suara bel tanda istirahat berbunyi. Sementara teman-temannya berlarian menuju kantin dan membuka bekal mereka, Hafiz dan Bima bersamaan mendatangi bangku Sultan.
“Aku penasaran dengan kondisi Kota Hiroshima setelah dijatuhi bom atom,” ucap Hafiz tiba-tiba.
“Iya, mungkin banyak sekali korban meninggal akibat bom tersebut,” tambah Bima.
“Mau berpetualang sepulang salat Jumat nanti?” tanya Sultan kepada kedua temannya.
“Setuju. Nanti siang, ayah dan ibuku pergi ke rumah paman. Aku bosan sendirian di rumah,” kata Bima.
“Aku sih selalu mau kalau diajak berpetualang,” tambah Hafiz sambil tersenyum.
Pembicaraan mereka bertiga berlangsung sampai bel tanda masuk berbunyi. Setelah mengikuti pelajaran Matematika bersama Pak Aldo, bel pulang pun berbunyi. Mereka bertiga berpisah di pintu gerbang sekolah. Sambil melambaikan tangan, Sultan mengingatkan kedua sahabatnya untuk datang tepat waktu ke rumahnya.
Tepat pukul 13.00, Hafiz dan Bima tiba di rumah Sultan. Mereka bertiga langsung menuju ke kamar Sultan.
“Lebih baik kita berkunjung ke masa lalu Hiroshima pada tanggal berapa?” tanya Sultan kepada kedua temannya.
“Jangan langsung setelah bom atom dijatuhkan. Pasti daerah Kota Hiroshima masih dipenuhi radiasi akibat bom, seperti yang tadi dijelaskan Bu Silvi” kata Hafiz.
“Selain itu, lebih baik kita berkunjung ke daerah pinggiran Kota Hiroshima saja, yang agak jauh dari pusat bom,” tambah Bima.
“Oke. Kita ke Hiroshima seminggu setelah pengeboman terjadi, ya. Berarti tanggal 13 Agustus 1945,” kata Sultan sambil memencet tombol di pintu lemarinya.
Setelah waktu diatur, mereka bertiga segera masuk ke dalam lemari dan duduk berdesakan di karpet mengkilap. Tak lama setelah duduk, mereka terseret ke dalam pusaran yang berputar begitu cepat. Tiba-tiba saja, mereka terdampar di pinggiran Hiroshima setelah pengeboman oleh Sekutu terjadi.
Kota Hiroshima seperti kota mati. Meskipun saat itu masih siang hari, langit tampak sangat gelap. Sultan dan kedua temannya memakai masker dengan cekatan. Mereka bertiga menatap Kota Hiroshima lebih dekat lagi. Semua bangunan hancur dan rata dengan tanah. Bau benda-benda terbakar masih menghantui hidung mereka. Dari kejauhan terdengar suara rintihan kesakitan. Bau aneh pun muncul dari berbagai arah.
“Mengerikan sekali. Aku tidak tahan melihat pemandangan ini,” kata Bima.
“Iya, lebih baik kita pulang, Sultan,” ajak Hafiz.
Sultan mengangguk sambil menatap kedua temannya. Dipencetnya tombol “kembali” pada remote yang dipegangnya. Mereka terbawa pusaran dan tiba di lemari kamar Sultan. Mereka masih bergidik membayangkan pemandangan kelam yang telah mereka saksikan.
“Bagaimana kalau kita mengunjungi Kota Hiroshima saat ini, 75 tahun setelah peristiwa pengeboman itu terjadi?” ajak Sultan kepada kedua temannya.
“Ide bagus,” jawab Bima.
Mereka segera duduk lagi di karpet mengkilap setelah tombol waktu diatur Sultan. Sekali lagi, mereka terseret oleh pusaran yang begitu cepat. Sekitar 10 detik kemudian, mereka tiba di Kota Hiroshima di tahun 2020. Baru saja mendarat, mereka bertiga sudah tercengang dengan pemandangan di hadapan mereka. Bangunan megah dan kokoh berdiri berjajar. Pepohonan hijau sungguh menyenangkan penduduknya. Selain itu, jalanan dan segala sesuatunya sangat rapi dan bersih.
“Ini benar-benar berbeda dengan 75 tahun yang lalu,” kata Hafiz sesaat setelah mereka kembali ke kamar Sultan.
“Iya, Kota Hiroshima sudah benar-benar bangkit dari peristiwa mengerikan itu,” sambung Bima.
“Nah, tugas kita adalah mencari pengaruh pengeboman Nagasaki dan Hiroshima terhadap peristiwa Proklamasi Indonesia. Kemarin aku sudah sempat belajar dengan kakakku. Kata kakak, setelah Nagasaki dan Hiroshima dibom, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Saat itulah, pejuang kemerdekaan Indonesia segera merencanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, kita bisa merdeka seperti sekarang ini berkat perjuangan para pahlawan kemerdekaan kita,” jelas Sultan.
Kedua temannya mengangguk paham mendengar penjelasan Sultan. Karena waktu sudah sore, mereka segera berpamitan untuk pulang dari rumah Sultan. Mereka berjanji akan berpetualang lagi di lain kesempatan.***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Terima kasih, Kakak ;)