Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Caca si Cacing ke Kampung Pohon Sirsak
Gambar diambil dari https://www.jeppt.com/id/a-leafy-vector-cartoon-tree-ppt-background.html

Caca si Cacing ke Kampung Pohon Sirsak

Tantangan Hari Ke-69, #TantanganGurusiana

.

“Ayo kita balapan!” kata Keke si Ulat Keket.

“Ayo, siapa takut,” jawab Lulu si Ulat Bulu.

Mereka berdua berlari sekuat tenaga ke arah Kampung Tanah. Hari ini, mereka berjanji akan mengunjungi rumah Caca si Cacing untuk bermain seluncur daun bersama. Keke dan Lulu berbalapan sambil menghindari ulat-ulat lain yang meramaikan jalanan Kampung Pohon Sirsak. Mereka berdua saling menyalip sampai memasuki Kampung Tanah.

“Yey… Aku pemenangnya,” Lulu bersorak gembira.

Keke berhenti di pinggiran jalan sambil mengatur napasnya. Lulu masih tertawa bahagia. Namun, tawanya terhenti saat ia melihat kehebohan di Kampung Tanah. Si Manusia pemilik tanah sedang meratakan dan menggemburkan tanah di wilayah kampung itu. Pasti si Manusia ingin menanam pohon di Kampung Tanah.

“Ke, Keke, kita harus segera ke rumah Caca. Pasti rumah Caca hancur juga terkena cangkul,” kata Lulu sambil menunjuk ke arah rumah Caca.

Keke yang melihat pemandangan itu pun langsung mengangguk. Mereka berjalan cepat ke arah rumah Caca. Terlihat Caca berdiri agak jauh dari rumahnya yang hancur. Ia terlihat sedih. Lulu dan Keke segera menghampirinya.

“Caca…” teriak Lulu.

“Lulu, Keke, lihatlah rumahku hancur. Si Manusia sepertinya akan menanam sayuran di sekitar sini,” jelas Caca perlahan.

“Apakah rumahmu akan hilang, Caca?” tanya Keke.

“Rumahku tidak akan hilang, tetapi saat ini aku tidak punya tempat tinggal sebelum si Manusia selesai menanam,” kata Caca lagi.

“Jangan bersedih, Ca. Bagaimana kalau untuk sementara waktu kau tinggal dulu saja di rumahku?” tanya Lulu menawari Caca.

“Kau juga boleh tinggal di rumahku dulu, Ca,” sahut Keke.

“Aku ke Kampung Pohon Sirsak?” tanya Caca terkejut.

Lulu dan Keke mengangguk bersamaan.

“Mana mungkin. Aku tidak bisa melewati jalan lurus menanjak seperti jalan ke arah kampung kalian. Tubuhnya yang berlendir ini membuat jalanan semakin licin,” kata Caca sedih.

“Sudahlah, ayo kita coba dulu. Daripada kau tidak memiliki tempat tinggal,” kata Keke tidak sabar.

“Kami akan membantumu, Ca. Tenang saja,” kata Lulu menambahkan.

Caca terharu memandang kedua sahabatnya. Sambil tersenyum, Lulu dan Keke mengikuti Caca ke samping rumahnya. Hanya beberapa baju yang dibawa Caca untuk pergi ke Kampung Pohon Sirsak yang belum pernah dikunjunginya. Setelah melewati jalanan Kampung Tanah, akhirnya mereka bertiga sampai di batas Kampung Tanah dan Kampung Pohon Sirsak. Setelah ini, jalanan yang sangat menanjak akan dimulai.

Bagi Lulu dan Keke, jalan menanjak bukan masalah besar. Mereka malah selalu berbalap lari saat di jalan menanjak. Namun, Caca tidak pernah sekali pun melewati jalan menanjak. Hidupnya selalu di tanah. Caca memandang jalan menanjak dengan hati berdebar. Bisakah ia melalui jalan menanjak itu?

Lulu dan Keke mulai berjalan. Di belakang mereka, Caca berjalan perlahan-lahan. Jalanan menjadi semakin licin akibat tubuhnya yang berlendir. Lulu dan Keke semakin jauh dari Caca. Sesekali, Caca tergelincir dan jatuh kembali ke tanah. Saat itulah, Lulu menoleh ke belakang.

“Caca... Mengapa kamu tidak berteriak meminta tolong kepada kami saat terjatuh seperti ini?” tanya Lulu sambil membantu Caca berdiri.

“Aku ingin berusaha menyusul kalian, tapi ternyata aku memang tidak bisa berjalan di jalan seperti ini,” kata Caca sambil terengah-engah.

Lulu dan Keke akhirnya membantu Caca dari belakang. Caca berjalan terlebih dahulu, di belakangnya ada Lulu dan Keke yang memegangi ekornya agar tidak tergelincir. Namun, Caca tetap saja tergelincir. Mereka bertiga jatuh ke tanah bersamaan. Bukannya merasa kesakitan, mereka malah tertawa bersama. Sambil tertawa, mereka memikirkan bagaimana cara yang mudah untuk membawa Caca ke Kampung Pohon Sirsak.

“Ah, aku punya ide bagus!” tiba-tiba Lulu mengagetkan semuanya.

“Apa? Bagaimana?” tanya Keke tidak sabar.

“Kita suruh saja Caca naik ke selembar daun, lalu kita berdua menyeretnya. Sama seperti saat kita bermain seluncur daun,” jelas Lulu.

“Setuju. Idemu bagus sekali, Lu,” kata Keke gembira.

Tak berapa lama, mereka mencari selembar daun yang cukup lebar untuk dinaiki Caca. Caca segera menaiki daun tersebut. Lulu dan Keke menarik Caca yang menaiki selembar daun. Dengan kekuatan penuh, keduanya berlari menarik daun tersebut. Akhirnya, mereka bertiga tiba di rumah Lulu di Kampung Pohon Sirsak dengan selamat.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post